27.2 C
Bogor
Monday, April 29, 2024

Buy now

spot_img

Program Ketahanan Pangan Masih Terkendala Produksi dan Pemasaran

Nanggung | Jurnal Bogor 

Program ketahanan pangan yang bersumber dari Dana Desa (DD) tahun 2022 dengan besaran 20 persen dari total pagu yang diterima desa, hingga kini berjalan di atas kesulitan. Pasalnya, selain proses produksi yang begitu menyulitkan para pengelola, harga jual pun tak sebanding dengan pengeluaran. 

Di Desa Parakanmuncang, Nanggung, Kabupaten Bogor misalnya, merealisasikan program ketahanan pangan dalam bidang hewani dan nabati diantaranya peternakan dari berbagai macam ikan dan budidaya jamur tiram.

Kepala Desa Parakanmuncang Mauludin menjelaskan, di wilayahnya program ketahan pangan di desanya bukan hanya untuk ketahanan pangan nabati, namun termasuk ketahanan pangan dengan hewani.

“Yang hewani di bagi menjadi 7 titik di beberapa kampung dengan budaya macam-macam ikan. Sementara satu titik untuk induk  jamur tiram anggotanya dari berbagai kampung,” jelasnya.

Mauludin mengatakan,  sudah enam bulan berjalan, namun  belum bisa memberikan dampak yang besar terhadap pengelola, tapi hingga kini mereka masih bertahan.

Diceritakannya, bahwa budidaya jamur tiram gampang-gampang susah, sebab penjualan hasil panen yang dihasilkan  kurang dari sepuluh kilo perhari  ketika dibawa ke pasar akan berat diongkos. 

Kemudian, kata dia,  disebar di daerah sekitar tidak bisa habis terjual, ketika ditunda satu atau tiga hari jamur tiram akan menjadi sampah.

“Walaupun tingkat kesulitan hal-hal permasalahan tersebut, mereka (pengelola) tetap berjalan. Melakukan produksi, melakukan pemeliharaan, pemanenan setiap hari dengan kesulitan-kesulitan yang ada,” paparnya.

Jadi kata dia, bahwa budidaya jamur tiram untuk pengelola pemula tingkat kegagalannya masih tinggi. Karena proses dari mulai proses pengadukan bahan baku itu keahliannya harus dimiliki oleh pengelola.

Pasalnya, dalam proses budidaya jamur  saling keterkaitan, ketika dalam salah satu proses terdapat sebuah kegagalan itu akan merembet ke semua prosesnya dan akan terjadi tidak akan tumbuh jamur yang dikelolanya. 

Kendati, dengan berbagai macam cara  setelah dilakukan kegiatan tersebut sehingga proses kegagalan itu masih bisa diminimalisir.

“Pengelola hingga saat ini masih bisa bertahan walaupun dengan macam proses kegagalan. Namun, dengan proses bertahan tersebut kendala yang memberatkan adalah harga produksi semakin tinggi tapi harga jual tetap begitu saja. Bahkan dengan adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) itu biaya produksi semakin tinggi, pengeluarannya semakin tinggi, tapi daya beli masyarakat  ataupun pasar itu begitu saja, akhirnya dari beberapa anggota ada yang bongkar pasang,” kata dia.

Namun, pihak Desa Parakanmuncang tidak menyerah begitu saja. Terkait dengan dampak dari harga jual yang murah pihak desa selalu berkomunikasi dengan para pengelola untuk berinovasi agar hal ini terus berkelanjutan.

“Nanti kita akan coba untuk tidak menjual mentah, tetapi dengan cara diolah supaya mendapatkan margin yang sesuai dengan harapan. Meski untuk melakukan inovasi perlu membutuhkan biaya dan pengorbanan,” katanya.

“Kita selalu berkomunikasi dengan pengelolaan agar mereka bisa berinovasi supaya bisa menghasilkan sebuah produk dengan margin yang lebih tinggi,” tambah dia.

Mauludin berharap program ketahanan pangan ini bisa menjadi program yang berkelanjutan dan terus dikembangkan guna menciptakan kemandirian pangan dan membangkitkan potensi perekonomian di masyarakat.

“Saya berharap program ini terus berlanjut sampai sejauh mana para kelompok ini bisa melakukan inovasi dan tidak menyerah begitu saja  mengalami berbagai kesulitan berbudidaya,” pungkasnya.

** Andres

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -
- Advertisement -

Latest Articles