32.6 C
Bogor
Saturday, April 20, 2024

Buy now

spot_img

Amal yang Merusak Ramadhan

Al-Habib Quraisy Baharun dalam satu tausiyah mengungkap lima hal yang jadi perusak amal di bulan Ramadhan. Lima hal ini patut dihindari ketika kita menjalankan puasa Ramadhan.

1. Beramal Tanpa Ilmu
Salafus sholeh rahimahullah berkata: “Orang yang beramal tanpa ilmu bagai orang yang berjalan tanpa ada penuntun. Sudah dimaklumi bahwa orang yang rusak karena berjalan tanpa penuntun tadi akan mendapatkan kesulitan dan sulit bisa selamat. Taruhlah ia bisa selamat, namun itu jarang. Menurut orang yang berakal, ia tetap saja tidak dipuji bahkan dapat celaan.”

Salafus sholeh rahimahullah juga berkata: “Siapa yang terpisah dari penuntun jalannya, maka tentu ia bisa tersesat. Tidak ada penuntun yang terbaik bagi kita selain dengan mengikuti ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Riya atau Ujub termasuk perkara orang yang beramal tanpa ilmu. Ia lebih menuruti nafsunya daripada mengikuti kaidah ilmu. Seperti riya, melakukan amal bukan karena mengharap ridha Allah, tetapi mengharap pujian dari orang lain. Begitu juga Ujub yaitu orang yang mengagumi amalannya sehingga mennggap yang lain rendah.


2. Masih Melakukan Maksiat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga saja.” (HR. Ahmad).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR Al-Bukhari No 1903).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda: “Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, ‘Aku sedang puasa, aku sedang puasa’.” (HR Ibnu Khuzaimah).

Lagwu adalah perkataan sia-sia dan semisalnya yang tidak berfaedah. Sedangkan rofats adalah istilah untuk setiap hal yang diinginkan laki-laki pada wanita atau dapat pula bermakna kata-kata kotor.

Kita juga diperingatkan agar menjaga anggota tuhuh dari yang haram. Sebagaimana sabda Nabi berikut: “Ditetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina, akan diperoleh hal itu, tidak mustahil. Kedua mata itu berzina dan zinanya dengan memandang (yang haram). Kedua telinga itu berzina dan zinanya dengan mendengarkan (yang haram). Lisan itu berzina dan zinanya dengan berbicara (yang diharamkan). Tangan itu berzina dan zinanya dengan memegang. Kaki itu berzina dan zinanya dengan melangkah (kepada apa yang diharamkan). Sementara hati itu berkeinginan dan berangan-angan, sedangkan kemaluan yang membenarkan semua itu atau mendustakannya.” (HR. Muslim).

3. Pelit dengan Harta
Bulan Ramadhan adalah waktu terbaik untuk berderma dan mengeluarkan harta. Dari Ali, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang mana bagian luarnya terlihat dari bagian dalam dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya.” Lantas seorang Arab Baduwi berdiri sambil berkata: “Bagi siapakah kamar-kamar itu diperuntukkan wahai Rasululullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Untuk orang yang berkata benar, yang memberi makan, dan yang senantiasa berpuasa dan shalat pada malam hari diwaktu manusia pada tidur.” (HR at-Tirmidzi No 1984)

4. Puasa Tetapi Tak Sholat
Seorang saleh ditanya bagaimana puasa tapi tidak sholat? Beliau menjawab, ‘Saya heran, kenapa ia berpuasa tapi meninggalkan sholat.Bukankah ia mengetahui firman Allah Ta’ala: “Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.” (QS. At-Taubah: 11).

Alasan lain adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Pembatas antara seorang muslim dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim No. 82).

5. Terburu-buru Dalam Sholat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:”Sebaik-baik sholat adalah yang lama berdirinya.” (HR. Muslim No 756)
Dari Abu Hurairah, beliau berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang sholat mukhtashiron.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Ibnu Hajar rahimahullah membawakan hadits di atas dalam kitab beliau Bulughul Maram, Bab “Dorongan agar khusyu dalam shalat.” Sebagian ulama menafsirkan ikhtishor (mukhtashiron) dalam hadits di atas adalah sholat yang ringkas (terburu-buru), tidak ada thuma’ninah ketika membaca surat, ruku’ dan sujud. (Kitab Bulughul Maram, 49:3, Asy-Syamilah).

**ass

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -
- Advertisement -

Latest Articles