28.2 C
Bogor
Wednesday, July 16, 2025

Buy now

spot_img
Home Blog Page 1484

Menyambut Ramadhan di Tengah Wabah Corona

Oleh: Cokky Guntara

Pembicaraan tentang Covid-19 atau virus corona memang belum usai. Hampir di banyak negara masih dihantui dan di lelahkan lantaran virus yang mengerikan ini. Virus yang muncul di Kota Wuhan, China ini seolah-olah begitu semangat dan tak lelah menyebar ke penjuru dunia. Tak tanggung-tanggung, ia telah menularkan ke jutaan orang. Bahkan tak sedikit juga yang meninggal karena virus ini.

Di indonesia, korban yang tercatat terinfeksi virus corona ini semakin bertambah. Sebagaimana yang diumukan oleh juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona atau COVID-19, Achmad Yurianto. Ia mengatakan jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia kembali bertambah hingga mencapai 6.760 orang

Karena penyebarannya begitu massif, pemerintah pun terus berupaya mencari solusi untuk mengurangi dan memberantas virus ini. Mulai dari kebijakan sosial distancing hingga kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Dengan diberlakukannya aturan ini, maka segala bentuk aktifitas yang mengumpulkan banyak orang akhirnya dikurangi bahkan ditiadakan.

Di tengah-tengah pandemi virus corona, tak lama lagi, umat Islam akan memasuki bulan suci Ramadan. Bagi pemeluk agama Islam, ramadhan adalah bulan dimana mereka diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa.

Semua umat muslim pasti gembira menyambut bulan yang mulia ini. Bagaimana tidak, bulan ramadhan adalah bulan dimana diturunkannya kitab suci Al-Qur’an. Sebagaimana Allah SWT berfirman,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al Baqarah: 185)

Banyak mufassir yang menerangkan kemuliaan bulan ramadhan ini. Salah satunya adalah Ibnu Katsir yang menafsirkan ayat mulia ini dengan mengatakan, “Allah Ta’ala memuji bulan puasa, yaitu bulan Ramadhan, dari bulan-bulan lainnya. Allah SWT memuji bulan ini karena Ia menetapkannya sebagai bulan diturunkannya Al-Qur’an dari bulan-bulan lainnya”.

Selain karena diturunkannya Al-Qur’an, umat muslim juga gembira dengan kehadiran bulan yang penuh ampunan ini. Karena puasa merupakan ibadah yang memang kebaikan dan ganjaran serta pahalanya hanya Allah SWT yang tahu. Maka tak heran jika umat muslim belomba-lomba menjalankan puasa dengan sebaik mungkin.

Sebagaimana hadits Rasulullah yang berbunyi “Semua amalan anak Adam akan dilipatgandakan (balasannya), satu kebaikan akan dibalas dengan 10 sampai 700 kali lipat. Allah Swt. berfirman: Kecuali puasa, sesungguhnya itu untuk-Ku, dan Aku yang langsung membalasnya. Hamba-Ku telah meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku.” (HR. Muslim)

Namun puasa ramadhan tahun ini mengundang banyak tanya. Bagaimana mengisi bulan puasa ramadhan di tengah pandemi virus corona? Bagaimana meraih amalan-amalan baik seperti silaturahmi? Atau bisakah kita berkumpul dan mengaji bersama di masjid-masjid atau mushala? Sedangkan pemerintah menganjurkan masyarakat untuk mengurangi aktifitas di luar rumah dan berkumpul-kumpul. Bahkan ada anjuran yang dikeluarkan oleh PBNU untuk sholat tarawih yang biasa dilaksanakan secara berjamaah di masjid atau mushala, kini dilaksanakan dirumah masing-masing.

Tentunya pertanyaan-pertanyaan ini harus dijawab agar umat muslim mempunyai jalan keluar dan solusi. Perlu adanya edukasi terutama untuk masyarakat awam bahwa menjalankan amalan-amalan yang baik di bulan ramadhan ini tetap bisa dilakukan meskipun di rumah saja.

Di antara banyak amalan, yang paling digandrungi oleh umat muslim saat Ramadan adalah Salat Tarawih dan tadarus Al-quran. Dua amalan tersebut banyak dipraktekan kaum muslim. Karena selain berbuah pahala, juga selaras dengan anjuran baginda Nabi Muhammad SAW.

Abu Hurairah RA meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang memeriahkan bulan Ramadan dengan ibadah/qiyamu ramadan; (dan dilakukan) dengan penuh keimanan dan keikhlasan, maka akan diampuni segala dosanya yang telah lalu”. (Shahih Bukhari, h.1870)

Memetik Hikmah

Puasa di bulan suci ramadhan hanya dilakukan selama satu tahun sekali. Walaupun ramadhan tahun ini di warnai dengan situasi pandemi covid-19, namun kegembiraan dan semangat untuk menyambutnya tak boleh surut. Umat muslim harus tetap meningkatkan keimanan dan memperbanyak ritual ibadah yang bisa dilakukan walaupun hanya di rumah. Seperti tadarus Al-Qur’an, qiyamul lail, atau shalat tarawih.

Sejenak, mari kita refleksikan momentum ramadhan di tahun-tahun lalu. Kesibukan di luar rumah yang menjadi rutunitas kita, seperti bekerja, berbisnis, atau berpergian sering kali menghabiskan waktu. Sehingga tak jarang juga melupakan atau meninggalkan amalan-amalan baik di bulan puasa ramadhan. Padahal sangat disayangkan melewatkan momentum per satu tahun sekali ini.

Akan tetapi ada hikmah di balik pandemi situasi pandemi ini. Apa itu? Yakni umat muslim bisa punya banyak waktu untuk menjalaknan amalan baik seperti membaca Al-Qur’an. Hal tersebut sering abai lantaran masyarakat disibukan dengan banyak aktifitas duniawi yang dilakukan di bulan puasa. Namun kali ini tidak, karena masyarakat dianjurkan untuk tetap dirumah saja.

Membaca Al-Quran bukan hanya berhenti di satu waktu. Setiap saat dan setiap hari tentunya kita diperintahkan Allah SWT untuk membacanya dan menjadikannya sebagai pedoman. Membaca Al-Quran di bulan Ramadhan tentu memiliki keutamaan tersendiri bagi seorang muslim.

Pahala bagi yang membaca Al-quran pun luar biasa besar dan dilipatgandakan. Sebagai mana sabda Rasulullah “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka ia akan mendapatkan satu kebaikan dengan huruf itu, dan satu kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Aku tidaklah mengatakan Alif Laam Miim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (HR Tirmidzi).

Jika membaca Al-Qur’an akan menuai kebaikan dan pahalanya dilipatgabdakan, bagaimana jika dibaca di bulan yang penuh keberkahan ini? Tentu akan lebih banyak lagi kebaikan serta ganjaran yang akan diraih bagi siapa yang membacanya.

Kemudian selain membaca Al-Qur’an, situasi seperti ini justru memberikan kesempatan kepada umat islam untuk menjaga kualitas puasanya. Sebab ada beberapa hal yang membuat kualitas atau pahala puasa berkurang. Diantaranya adalah ghibah (gosip), menatap lawan jenis (yang bukan mahramnya) dengan syahwat dan berkata dusta.

Tak hanya yang disebutkan diatas, ada juga hal yang perlu dijaga saat berpuasa selain makan dan minun, yaitu berkata Lagwu dan Rafats atau sia-sia dan porno(Baca:Fathul bhari). Hal ini dijelaskan dalam hadits, dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ

Artinya : “Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rafats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.

Hal-hal yang membuat kualitas atau pahala puasa berkurang itu sering terjadi lantaran dipengaruhi aktifitas diluar rumah. Seperti berkumpul dengan teman, seringkali terlontar perkataan buruk secara spontan serta pembicaraan yang tidak penting. Bahkan tak jarang pula terlontar perkataan atau kalimat yang berbau porno.

Kemudian aktifitas diluar rumah pun membuat masyarakat bebas bertemu dan melihat siapapun, tak terkecuali lawan jenis yang tentu saja bisa menimbulkan hawa nafsu.

Namun karena aktifitas diluar rumah berkurang dan masyarakat dihimbau untuk tetap berada dirumah saja, hal-hal yang dapat mengurangi kualitas puasa bisa dihindarkan. Dengan demikian, kita bisa mengambil hikmah ramadhan disaat pandemi corona ini, yaitu fokus menjalankan ibadah puasa yang diirngi dengan amalan baik dan terhindar dari perbuatan merusak pahala berpuasa. Wallahu a’lam.

Penulis adalah Ketua Cabang PMII Jakarta Selatan, Alumni Institut PTIQ Jakarta.

Kelompok Tani Al Fata Siap Pasok Kebutuhan Bawang Putih di Bulan Ramadhan

Ciawi | Jurnal Inspirasi

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengapresiasi hasil panen bawang putih petani di Kabupaten Temanggung. Ia menuturkan komoditas bawang putih di Temanggung akan dikembangkan maksimal dan diharapkan menjadi penyangga nasional. Lahan Kelompok Tani (Poktan) Al Fata yang diketuai Bangun Sugito di Desa Petarangan Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah termasuk bagian yang dipanen Mentan pekan lalu dan masih akan panen hingga awal Mei mendatang.

Bawang putih yang ditanam dilahan seluas 386 hektar adalah varietas Lumbu Kuning dan Lumbu Hijau dengan hasil 12 ton per hektar siap ramaikan pasar bawang putih jelang Ramadhan 2020. “Hasil panen bawang putih di Petarangan cukup menggembirakan, walaupun ada hama tetapi bisa dikendalikan” kata Heriyanto Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Kledung, Senin (20/4).

Kledung Kata Heriyanto siap memasok bawang putih ke pasar guna memenuhi kebutuhan bawang putih jelang Ramadhan. Heriyanto melanjutkan dalam pendampingan kepada poktan Ia bersinergi dengan petugas POPT Lab melakukan Gerakan Pengamatan hama Pengendalian Hama Terpadu (Gerdal). Pengendalian dilakukan rutin terutama dibulan Januari karena curah hujan yang tinggi.

Kata Dia bawang putih lokal dari sisi ukuran kini sudah bisa bersaing dengan bawang putih dari luar (impor), bahkan memiliki keunggulan aroma yang lebih kuat. “ Aroma bawang putih lokal lebih kuat, dan ukuran sekarang bisa bersaing,“ ujarnya. Luas lahan bawang putih secara keseluruhan di Kecamatan Kledung 1134 ha, 45 ha diantaranya dibiayai APBN 2019 dan 50 hektar pembiayaannya difasilitasi oleh PT Food Station Jakarta.

Untuk menjaga mutu Penyuluh terus memberi informasi penyuluhan pasca panen yang baik, mendorong penangkar untuk bisa menyerap panenan bawang putih untuk benih musim tanam November – Desember dan membantu petani mencari pesanan langsung dari konsumen serta mengusulkan harga dasar ke Dinas untuk diteruskan ke Pusat. Harga dasar yang diusulkan ke Dinas untuk cabut basah all grade dengan kadar air 80% Rp. 12 ribu dijual dengan daun dilahan langsung, magel dengan daun Rp. 18 ribu kadar air> 30% siap simpan dan protolan Magel Rp. 21 ribu tanpa daun dengan kadar air . 30% siap dipasarkan dan menjadi konsumsi pasar. Sementera Untuk protolam kering harganya Rp. 35 ribu kadar air , 25% dan sudah diikat (kering benih) Rp. 45 ribu kadar air , 25%.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menuturkan dalam mengatasi virus covid-19 ini pertanian merupakan garda terdepan. Sebab, pemenuhan kebutuhan pangan juga berperan penting untuk menjaga imunitas tubuh. “Kegiatan tidak boleh berhenti, bahkan peran penyuluh justru menjadi sangat penting untuk meningkatkan produksi pertanian,” kata Dedi.

Ia menyemangati para penyuluh untuk tetap aktif dan produktif mendampingi petani, agar proses budidaya di lahan masing-masing panen dan pemrosesannya berjalan dengan baik.

RG/PPMKP

PSBB Belum Maksimal

Bogor | Jurnal Inspirasi

Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kota Bogor hingga hari keempat dinilai belum maksimal. Bahkan, Wakil Walikota Bogor, Dedie A. Rachim memiliki tiga catatan penting dalam PSBB ini.

“Ada tiga catatan penting dalam pelaksanaan PSBB ini. Ada yang harus dievaluasi, sebab kebijakan tersebut belum mampu menurunkan jumlah orang yang terkonfirmasi posiif Covid-19,” ujar Dedie kepada wartawan, baru-baru ini.

Menurut dia, sejak PSBB diberlakukan masih banyak masyarakat yang belum menggunakan masker ketika ke luar rumah. “Kita harus evaluasi. Terutama bagi masyarakat yang belum tahu pentingnya penggunaan masker,” ungkapnya.

Selain itu, sambung dia, pengusaha dan para pedagang masih melakukan kegiatan seperti biasa. Padahal bidang itu, kata Dedie, tak masuk dalam pengecualian PSBB. “Ya, contohnya berjalan toko dan usaha yang tak dikecualikan masih buka usaha,” katanya.

Dedie menegaskan, Pemkot Bogor akan menggalakan kembali mengedukasi masyarakat mengenai pelaksanaan PSBB. “Kami sudah menginstruksikan agar kelurahan dibantu Babinsa dan Babinkamtibmas mengimbau para pelaku usaha,” ucapnya.

Dedie juga mengakui bahwa mobilitas masyarakat dan kegiatan transportasi jasa angkutan umum masig tinggi. “Ini akan kami evaluasi. Sebab ada angkutan umun masih beroperasi di luar jam operasional. Kami sering menemukan angkutan umum yang masih beroperasi dengan daya muat lebih dari 50 persen,” paparnya.

Atas dasar itu, Pemkot Bogor bakal melakukan evaluasi pada beberapa lokasi penyekatan yang dirasa kurang tepat. Jadi satu sampai dua hari kedepan kami bakal eauasi,” tegasnya.

Sementara itu, Anggota DPRD Kota Bogor asal PKB, Jatirin mengatakan bahwa agar pelaksanaan PSBB maksimal, pemerintah mesti memikirkan dampak ekonomi bagi masyarakat bawah. “Kalau mau maksimal harus dibarengi dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Selain itu, aparat yang bertugas juga diberi BOP dan menggandeng ulama guna memberikan pemahaman kepada warga,” ungkapnya.

Jatirin menyatakan, apabila sistem PSBB tak segera dievaluasi, maka akan sulit untuk memutus mata rantai penyebaran wabah Covid-19 di Kota Bogor yang notabenenya merupakan zona merah.

“Untuk memutus wabah Corona memang tergantung masyarakat, dan bila begini terus dampak sosialnya bakal makin besar. Tapi susah kalau hanya meminta warga diam di rumah tanpa dipenuhi kebutuhannya. Banyak warga yang ngadu ke saya. Kalau kita diam di rumah terus, lantas dapur kami bagaimana?,” paparnya.

Jatirin menuturkan bahwa wabah Covid-19 sudah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kota Bogor, sehingga penanganannya mesti dengan strategi yang luar biasa. “Misalnya, “Gerakan Sejuta Masker” yang digaungkan bagus. Tapi alangkah baiknya bila masker itu didistribusikan langsung ke warga melalui RW,” ucapnya.

Lebih lanjut, kata dia, apabila kebutuhan masyarakat sudah dapat dicover pemerintah, maka penegakan disiplin dapat dilakukan dengan mudah. Contohnya, kata dia, apabila ada sopir angkot yang nekat tak pakai masker, langsung diberi sanksi berupa pelarangan operasi. “Atau ‘kandangin’ langsung angkotnya. Jadi intinya bantuan bagi warga harus segera didistribusikan,” tegasnya.

Terpisah, Camat Bogor Tengah, Agustian Syah mengaku bahwa hingga kini masih banyak pelanggaran PSBB yang terjadi di wilayahnya, terutama oleh para pelaku usaha yang tetap menekat membuka tokonya. Padahal, mereka tidak masuk dalam daftar usaha yang dikecualikan.

“Ya, seperti toko baju, ATK dan bengkel. Semuanya kami data dan melaporkannya ke Gugus Tugas Covid-19. Soal dicabut atau tidak izin usahanya, kami masih menunggu rekomendasi,” ucapnya.

Dalam kesempatan berbeda, Paur Humas Polresta Bogor Kota Ipda Desty Irianti mengatakan bahwa sedikitnya terdapar 193 surat terguran sudah dikeluarkan Polresta Bogor Kota terhadap para pengendara yang melanggar PSBB. “193 durat tilang itu adalah data tanggal 15 sampai 16 April,” ungkapnya.

Ia menyatakan, pelanggaran paling banyak dilakukan adalah tidak menggunakan masker oleh pemotor. Kemudian, pemotor berboncengan berbeda alamat KTP. “Kemudian untuk penumpang mobil pribadi, mereka tak jaga jarak,” paparnya.

Ipda Desty menyatakan bahwa sejauh ini belum ada tindakan sanksi lanjutan bagi pelanggar PSBB. “Sementara belum ada sanksi lanjutan,” katanya.

Seperti diberitakan sebelumnya, dalam penerapan PSBB, Pemkot Bogor bersama kepolisian akan menggunakan KUHP Pasal 212, 216 dan 218 bagi para pelanggar PSBB. Khususnya mereka yang menyelenggarakan kegiatan yang menyebabkan berkumpulnya banyak orang.

Selain itu, para pelanggar juga akan dikenakan Tindak Pidana Ringan (Tipiring) Pasal 93 Undang Undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Karantina Kesehatan dengan denda Rp100 juta hingga pencabutan izin bagi pengusaha yang melanggar.

Fredy Kristianto

Hadits Hari Ini

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna dan Ibnu Basysyar mereka berdua berkata; telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, aku mendengar Abu Ishaq bercerita dari Al A’raj Abu Muslim bahwasanya dia berkata; Aku bersaksi atas Abu Hurairah dan Abu Sa’id Al Khudri bahwasanya keduanya menyaksikan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Tidaklah suatu kaum yang duduk berkumpul untuk mengingat Allah, kecuali dinaungi oleh para malaikat, dilimpahkan kepada mereka rahmat, akan diturunkan kepada mereka ketenangan, dan Allah Azza Wa jalla akan menyebut-nyebut mereka di hadapan para makhluk yang ada di sisi-Nya.

Dan telah menceritakannya kepadaku Zuhair bin Harb, telah menceritakan kepada kami Abdurrahman, telah menceritakan kepada kami Syu’bah dalam sanad ini dengan hadits yang serupa.

HR Muslim No. 4868.

HARUSKAH MENGGUNAKAN MASKER?

Hari ini siapa yang tidak kenal dengan kata CORONA VIRUS. Ya, Beberapa bulan ini mendadak popular. Entah berapa ratus atau ribu  kali kita mendengar kata ini diucapkan. Namun setiap kali diucapkan menimbulkan perasaan kawatir, galau, atau sejenisnya. Mengapa? Karena itu adalah nama penyebab penyakit. WHO telah menetapkan namanya yaitu CoronaVirus Desease-19 atau COVID-19. Dan lebih galau lagi karena  WHO juga telah menetapkan sebagai pandemi dunia.

 Salah satu komponen penting dalam memahami pademi virus corona yang sedang kita hadapi saat ini, yang masih ada kesalahan pahaman adalah proses penularannya. Cara penularan utama virus ini yang sudah diketahui banyak orang adalah dari orang ke orang lain melalui tetesan atau percikan dari pernapasan, bersin atau batuk (droplet infection). Beberapa bagian percikan ini akan mendarat di permukaan bahan-bahan atau barang-barang dan bertahan beberapa lama bahkan beberapa hari. Beberapa bagian lagi karena ukurannya yang kecil akan tetap melayang di udara selama beberapa jam. Beberapa bagian lagi mungkin terbawa oleh orang lain disekitar  tanpa terlihat dan bisa memulai proses penularannya. Tetesan bisa mencapai sekitar satu hingga dua meter. Ini adalah alasan mengapa jarak social  minimal satu meter.

Namun jika batuk sangat kuat, bersin atau tertawa keras percikan bisan mencapai tiga setengah meter. Oleh Karen aitu kita perlu menghentikan penyebaran percikan-percikan dari orang-orang yang sedang sakit, untuk dapat menghentikan penyebaran virus ini. Namun tidak semua orang yang mengandung virus secara fisik terlihat sakit. Beberapa diantaranya hanya pembawa atau carier, mereka tidak menunjukkan gejala-gejala sakit. Beberapa lagi, baru sakit bebrapa hari setelah melewati masa inkubasi.

Apa itu masa inkubasi? Masa inkubasi adalah waktu dari ketika virus memasuki tubuh sampai orang itu bermanifestasi dengan tanda-tanda dan gejala. Masa inkubasi ini berkisar dari satu hingga 12 hari, tetapi untuk keseragaman ditentukan 14 hari. Masa sakit berkisar tujuh hingga empat belas hari, mungkin bisa sampai 20 hari atau lebih lama lagi.  Jadi perjalanan penyakit ini rata-rata berjalan kurang lebih  satu bulan.  

Waktu perjalanan penyakit ini perlu diketahui, supaya kita bisa memperkirakan waktu untuk mengisolasi diri. Ini penting karena kita tidak bisa mengetahui orang-orang disekitar kita  siapakah yang sedang benar-benar sehat, atau siapakah yang mungkin sedang membawa virus kecuali mereka yang sudah dinyatakan positif. Namun untuk mengetahui betul bahwa seseorang positif tentu memerlukan waktu yang lama.

Jadi dengan cara penyebaran seperti itu sangat sulit untuk mengontrol penyebaran virus ini.satu-satunya cara yang bisa kita lakukan adalah menghindarinya. Masker adalah satu-satunya cara yang bisa digunakan. Bukan melindungi diri dari virus, tetapi melindungi percikan orang-orang yang sedang membawa virus. Saat ini masker sulit ditemukan dipasaran. Jika tidak ada masker, gunakan apapun yang dapat melindungi, mungkin saputangan, handuk, kerudung atau apapun yang dapat menahan percikan agar tidak keluar.

Dari mana seseorang dapat terinfeksi virus? Kemungkinan terbesar adalah dari seseorang yang telah terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala, kemudian meninggalkan tetesan atau percikan pada suatu tempat hingga berpindah ke orang yang sehat. Virus hanya bertahan hidup didalam tubuh inang (manusia atau hewan). Jika berada  diluar tubuh inang dia akan mati dalam beberapa saat.  Namun jika masuk ke dalam tubuh Dia bisa berkembang, dan ini terjadi terus menerus.

Semua orang bisa terinfeksi virus ini. Sebagian bisa diselamatkan, namun sebagian lagi tidak akan bisa bertahan. Siapa yang akan meninggal dan siapa yang akan sembuh kita tahu. Kita juga tidak tahu siapa orang disekitar kita yang sedang membawa virus. Jadi kita perlu hati-hati dan waspada. Kita harus berasumsi bahwa setiap orang terinfeksi dan membawa virus. Jadi kita harus tetap melindungi dengan masker.

Jika setiap orang, minimal orang-orang yang tinggal di kota bogor menggunakan masker jumlah yang tertular akan turun secara signifikan. Dampaknya adalah sistem pelayanan kesehatan, Rumah sakit yang merawat pasien-pasien covid-19 tidak lagi kewalahan dan dapat mengelola kasus dengan lebih mudah dibandingkan dengan sebelumnya. Penurunan kasus ini pada akhirnya dapat menghentikan virus secara alamiah.

Jika ini dapat dilakukan kita mendapatkan banyak kemanfaatan , diantaranya adalah penghematan yang luar bisa dari pengeluaran obat dan alat-alat kesehatan lainnya, yang tentu harganya sangat mahal. Hal baik lain yang bisa kita peroleh adalah minimalnya efek samping penggunaan obat.

Belajar dari sejarah, pandemi yang kurang lebih sama terjadi tahun 1918 yaitu pandemic flu spanyol, dimana berjuta-juta orang meninggal karenanya.  Pada perjalanan pandemic itu baru disadari perlunya penggunaan masker setelah akhir-akhir masa pandemi, setelah berjuta-juta orang meninggal. Pada saat itu orang dipaksa menggunakan masker bahkan dibawah todongan senjata. Sejak itulah masalah bisa dikendalikan. Belajar dari peristiwa itu, tidak berlebihan jika mulai saat ini semua orang harus menggunakan masker. Pilihannya adalah menggunakan masker atau menunggu semua orang terinfeksi. Jika pilihan kedua yang pilih, bisa dibayangkan berapa juta (di Indonesia saja) yang akan dikuburkan tanpa diantar keluarga. Berapa yang di Jawa Barat? Berapa yang di Bogor?

Jadi, bukankah mencegah lebih baik dari mengobati? Mari kita mulai menggunakan masker daripada menunggu lebih banyak orang terinfeksi.

Pembatasan Sosial Skala Besar Dalam Penanganan Covid-19 di Kota Bogor akan dilaksanakan mulai 15 April 2020 pukul 00.00 WIB dan dievaluasi setiap 14 hari.

Info lebih lengkap mengenai aturan yang berlaku selama PSBB Bogorian bisa cek melalui https://bit.ly/psbbkotabogor
.

psbbkotabogor #bogorlawancorona #pemkotbogor #bogorberlari

Hadits Hari Ini

17 April 2020
23 Sya’ban 1441 H

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ أَخْبَرَنَا أَبُو مَالِكٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ أَقُولُ حِينَ أَسْأَلُ رَبِّي قَالَ قُلْ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَعَافِنِي وَارْزُقْنِي وَيَجْمَعُ أَصَابِعَهُ إِلَّا الْإِبْهَامَ فَإِنَّ هَؤُلَاءِ تَجْمَعُ لَكَ دُنْيَاكَ وَآخِرَتَكَ

Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun, telah mengabarkan kepada kami Abu Malik dari bapaknya bahwasanya dia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika Beliau didatangi oleh seorang laki-laki dan kemudian laki-laki tersebut bertanya:
“Ya Rasulullah, apa yang sebaiknya saya ucapkan ketika saya memohon kepada Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung ?”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:

Ketika kamu memohon kepada Allah, maka ucapkanlah doa sebagai berikut: “Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku, selamatkanlah aku, dan berikanlah rezeki kepadaku !”. (Saat itu Beliau menggenggam jari-jari Beliau kecuali ibu jari), karena sesungguhnya doa-doa tersebut telah mencakup dunia dan akhiratmu.

HR Muslim No. 4865.

وَعَلَيْكُمْ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

PSBB Masih Diwarnai Pelanggaran

Bogor | Jurnal Inspirasi

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kota Bogor telah dua hari berjalan. Kendati demikian, masih banyak masyarakat yang  melakukan pelanggaran. Di antaranya tak memakai masker dan sarung tangan untuk pemotor, dan berboncengan. Padahal, alamat yang tertera dalam KTP mereka berbeda.

Selain itu, pengendara mobil pribadi masih banyak yang duduk tidak sesuai aturan. Menanggapi hal itu, Wakil Walikota Bogor, Dedie A. Rachim mengatakan bahwa kesadaran dan ketidakpahaman warga menjadi faktor PSBB tidak maksimal.

“Masyarakat masih belum memahami ketentuan dalam penggunaan kendaraan pribadi selama masa PSBB. Dimana, jumlah penumpang mobil tidak boleh lebih dari dua orang, serta pengaturan posisi duduknya juga tidak boleh bersebelahan,” ujar Dedie kepada wartawan, Kamis (16/4).

Menurut Dedie, khusus kendaraan angkutan umum bus, masih ada pelanggaran social dan physical distancing. “Kemudian masih banyaknya warga yang belum memakai masker atau belum memiliki masker ketika berkegiatan diluar,” ungkapnya.

Dedie juga mengakun masih menemukan adanya kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat diluar kelompok masyarakat yang dikecualikan. “Kami berharap kedepannya masyarakat bisa lebih aware perduli serta mampu mengikuti instruksi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Surat teguran akan dikoordinasikan dengan Polresta Bogor,” ucapnya.

Seperti diketahui, di Kota Bogor terdapat 10 titik yang disekat saat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berlangsung 15 hingga 28 April 2020. Sebanyak 10 tersebut adalah, Simpang Ciawi, Simpang BORR, Simpang Pomad, Simpang Yasmin,  Simpang Terminal Baranangsiang, Simpang Batutulis, Simpang Empang, Simpang Gunung Batu,  Simpang RSUD dan Simpang Bubulak.

Lebih lanjut, Dedie mengapresiasi seluruh jajaran dari masing-masing instansi yang telah bertugas di hari pertama penerapan PSBB sehingga berjalan dengan lancar, meski masih ada beberapa evaluasi ringan.

“Menjaga dan memastikan semuanya mengikuti aturan PSBB bukan hal mudah bagi petugas. Tentu saja dengan segala keterbatasan dan kekurangan, saya pribadi mengucapkan terimakasih dengan tulus ikhlas, mudah-mudahan pengorbanan teman-teman semua, dari TNI Polri, Satpol pp, Dishub, dalam rangka menjaga keamanan masyarakat,” ujar Dedie.

Menurut Dedie, apa yang dilakukan petugas di lapangan merupakan bagian dari misi kemanusiaan untuk menyelamatkan jiwa warga di tengah wabah Covid-19. “Kalau masih ada warga yang tidak peduli, tolong diberikan teguran, kalau perlu diberikan langkah-langkah yang lebih tegas,” ungkapnya.

Terpisah, Kapolresta Bogor Kota Kombes Pol Hendri Fiuser juga berpesan kepada jajarannya untuk bertindak tegas, namun tetap humanis agar tidak terjadi hal-hal yang kontra produktif di lapangan.

Fredy Kristianto

Pembahasan Ciptaker Minta Dihentikan

Jakarta | Jurnal Inspirasi

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) diminta untuk menghentikan pembahasan Omnibus Law Cipta Kerja (Ciptaker) oleh sejumlah organisasi buruh yang tergabung dalam Majelis Pekerja Buruh Indonesia (MPBI) mendesak. MPBI sendiri beranggotakan Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), dan Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI).

“Permasalahan omnibus law sangat kompleks sehingga pembahasannya tidak tepat jika dilakukan di tengah situasi pandemi seperti ini. Terlebih lagi, sejak awal, tidak ada keterlibatan serikat buruh di pembahasan draf RUU Cipta Kerja,” ujar Presiden KSPSI Andi Gani Nena Wea dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Kamis (16/4).

Andi Gani mengatakan syarat pembuatan undang-undang (UU) itu adanya partisipasi publik. Sementara itu, dalam perancangan Omnibus Law Ciptaker belum banyak masukan dari masyarakat. “Dengan demikian sudah hampir bisa dipastikan, UU ini tidak mengakomodasi kepentingan kaum buruh,” tuturnya.

MPBI sudah membuat surat untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua DPR RI. Isinya, MPBI akan menggelar aksi besar-besaran secara nasional. Aksi itu akan gelar pada akhir April ini dan serentak di 30 provinsi di Indonesia. MPBI mengultimatum pemerintah dan DPR untuk membuka ruang dialog sebelum 30 April nanti.

Presiden KSBSI Elly Rosita Silaban mengatakan sebaiknya semua pihak fokus pada penanganan pandemi Covid-19. Juga terhadap gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal yang saat ini mulai terjadi. “Kami meminta pembahasan RUU Cipta Kerja bisa dihentikan. Kalau masih melanjutkan pembahasan itu sama saja DPR dan pemerintah membunuh para buruh. Karena hal itu akan memaksa buruh untuk turun ke jalan di tengah corona ini,” tegasnya.

Buruh, menurut Elly, takut dengan virus corona. Namun, mereka lebih takut lagi dengan masa depannya yang tidak memiliki kepastian jika omnibus law disahkan. Sementara itu, Ketua KSPI Said Iqbal meminta DPR dan Pemerintah fokus memikirkan cara efektif mengatasi penyebaran virus corona. Salah satunya, dengan meliburkan buruh dan tetap membayar upah penuh. “Itu sebagai langkah physical distancing. Sampai hari ini jutaan buruh masih bekerja di perusahaan, mereka terancam nyawanya,” pungkasnya.

Asep Saepudin Sayyev |*