Dan telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id, telah menceritakan kepada kami Laits dari Uqail dari Az Zuhri dari Urwah dari Aisyah radliallahu ‘anha, dia berkata:
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan I’tikaf pada sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan, hingga Allah ‘azza wajalla mewafatkan Beliau. Setelah itu, isteri-isteri Beliau-pun melakukan I’tikaf.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan tunjangan hari raya (THR) untuk aparatur sipil negara (ASN) dan pensiunan akan cair pekan ini. Adapun Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) untuk THR ini sudah ditandatangi oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, THR bagi ASN akan cair pada Jumat, 15 Mei 2020. Pencairan THR ini menurutnya akan segera dikoordinasikan oleh satuan kerja (satker). “PP sudah ditandatangani dan PMK-nya juga sudah, dan kita juga sudah siapkan satker untuk eskekusinya, paling lambat adalah hari Jumat yaitu tanggal 15,” ujar Sri Mulyani, Senin (11/5).
Dia menyebutkan, anggaran THR ini sebesar Rp29,382 triliun. Rinciannya ASN pusat, Polri dan TNI mencapai Rp6,77 triliun, sedangkan pensiunan mencapai Rp8,707 triliun dan ASN daerah Rp13,98 triliun.
“Hakim Agung yang setara jabatan eselon 2 lalu pejabat eselon satu dan dua eselon satu dan dua pejabat daerah enggak dapat THR. Totalnya pada hari Jumat ini mencapai Rp29,382 triliun,” papar Sri Mulyani.
Kasus orang yang terinfeksivirus Corona (Covid-19) di Indonesia terus bertambah, bahkan antara 300 hingga 500 kasus baru per hari. Pada akhir pekan lalu, jumlah penambahan mencapai rekor tertinggi sebanyak 533 kasus. Artinya, klaim pemerintah bahwa kasus mulai menurun tidaklah benar. Hal tersebut ditegaskan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Menurut Ketua Umum Pengurus Besar IDI Daeng M Faqih, kalau kasus positif Covid-19 terus meningkat artinya total kasusnya masih bertambah. “Jadi belum tahu kapan puncak (Covid-19), apalagi landai,” ujarnya, kemarin.
Apalagi, dia melanjutkan, melihat data penambahan kasus yang berasal dari pemerintah. Data itu, dia melanjutkan, menunjukkan kasus positif Covid-19 masih terus meningkat. Padahal, IDI khawatir kalau kasusnya terus naik, jumlah pasien akan banyak sedangkan fasilitas pelayanan kesehatan terbatas.
“Akibatnya nanti saudara kita yang terinfeksi Covid-19 tidak tertangani di rumah sakit, kan kasihan. Apalagi mereka harus mendapatkan terapi dan dicegah supaya tidak menular,” katanya.
Ia menambahkan, orang yang terinfeksi Covid-19 yang perlu mendapatkan perawatan harus diisolasi, baik di rumah maupun rumah sakit supaya tidak menular ke orang lain. Oleh karena itu, ia meminta pemerintah perlu hati-hati dan terus berupaya memperlambat penambahan kasus.
Ia menambahkan, social distancing dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) harus diperketat sebagai upaya untuk memperlambat bertambahnya kasus. “Kalau tidak, IDI khawatir kasus terus meningkat,” ujarnya.
Sebelumnya Menteri Koordinasi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy bersyukur, prediksi pertambahan drastis jumlah pasien Covid-19 di Indonesia tidak terjadi. Dia menilai, dari hari ke hari, data pasien positif Covid-19 semakin lemah dan jumlah pasien yang sembuh semakin banyak.
“Kita bersyukur karena angka kasus kita rata-rata masih rendah. Itu bisa dilihat dari grafik yang paling kanan yaitu kasus per hari kita masih di bawah 500 paling tinggi puncaknya,” kata Muhadjir. Kemudian, dia melanjutkan, kesembuhan semakin tinggi yaitu sudah mendekati 300 per hari. Kemudian untuk angka kematian juga landai tidak ada penambahan yang cukup drastis.
IDI juga khawatir kebijakan pemerintah yang melonggarkan
mudik dan memperbolehkan orang pulang kampung justru bisa membuat ribet.
Artinya pemerintah dan tenaga kesehatan harus bekerja dua kali untuk mengawasi
dan mengecek pergerakan orang mudik. M Faqih mengakui, pemerintah memang
memperketat syarat orang yang bisa balik ke kampung. “Memang
masyarakat harus memenuhi syarat mudik yaitu pulang dalam keadaan sehat tetapi
pekerjaan pemerintah akan lebih ribet, artinya petugas harus bekerja ekstra.
Apalagi wilayah Indonesia luas sekali, pasti ada bocor-bocornya,” ujarnya.
Artinya, dia melanjutkan, tidak menutup kemungkinan
masyarakat yang lepas dari pengawasan karena banyaknya jalan tikus di negeri
ini. Persoalan ditambah dengan orang Indonesia yang banyak akal untuk mencapai
tempat mudik.
Karena itu, ia menegaskan menjadi tugas pemerintah untuk
menutup potensi kecolongan atau bocor-bocor tersebut. Ia meminta pemerintah
harus menjamin seluruh masyarakat yang mudik bisa memenuhi syarat yang telah
ditentukan.
“Itulah yang saya bilang pekerjaan ini tidak mudah
di lapangan. Idealnya agar tidak ribet pengawasannya dan tidak ada bocor-bocor
memang harus dilarang pergerakan orang,” katanya.
Tetapi karena yang diterapkan sebaliknya, ia meminta
pemerintah daerah (pemda) di tujuan mudik harus siap. Artinya semua yang datang
harus diperiksa ketat, baik dari kota besar yang kebanyakan zona merah atau
luar negeri.
Pemudik ini harus dikarantina terlebih dahulu dan
menerapkan protokol kesehatan. Ia mengusulkan, karantina yang paling efektif
adalah yang berbasis desa. Artinya, unsur aparat desa, aparat keamanan,
Babinkam, Babinsa, RT/RW, kades, petugas kesehatan seperti puskesmas, kader
bisa diberdayakan mendirikan pos desa mengawasi orang yang masuk dan keluar
desa.
Kemudian, dia melanjutkan, kalau ada pendatang yang sakit
bisa dikirim ke rumah sakit dan menelusuri kontak pasien. Terakhir, ia berharap
pemerintah deaerah membuat RS khusus corona untuk fokus pelayanan dan mencegah
penularan.
Ia optimistis, kalau kegiatan ini kompak dilakukan dan social distancing benar-benar diterapkan maka upaya ini efektif menekan penularan di lokasi mudik. “Sebaliknya, jika upaya ini tidak dilakukan dengan efektif maka peningkatan kasus pascamudik bisa terlihat H+7 sampai H+14. Makanya saya bilang PSBB dan social distancing berbasis desa harus dilakukan untuk menapis (penularan Covid-19),” katanya.
>> Warga Berusia Dibawah 45 Tahun Bebas Beraktivitas
Bogor | Jurnal Bogor
Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor kembali mengajukan
perpanjangan masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ke Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) tahap ketiga melalui Gubernur Jawa Barat. Rencananya
kebijakan itu akan berlaku hingga 26 Mei atau setelah Idul Fitri. Pemkot Bogor
juga akan lebih intens melakukan swab test dan rapid test serta lebih tegas
dalam memberikan tindakan bagi warga yang masih melanggar.
“Kami sudah mengevaluasi PSBB tahap kedua yang sudah
berjalan selama 2 minggu terakhir, dalam waktu dekat PSBB tahap 2 berakhir.
Jadi, berdasarkan data yang disuguhkan pakar epidemiologi, Dinkes, Dishub dan
Forkopimda kita sepakat secara resmi mengajukan kepada Gubernur Jawa Barat
untuk PSBB tahap ketiga selama 14 hari kedepan,” ujar Walikota Bogor, Bima Arya
usai rapat evaluasi PSBB tahap kedua di Balaikota Bogor, Senin (11/5).
Bima mengatakan, berdasarkan hasil evaluasi PSBB tahap
dua, data menunjukan tren penyebaran Covid-19 di Kota Bogor cenderung melandai
yang dilihat dari jumlah penambahan pasien positif dan jumlah pasien positif
sembuh pun menunjukkan angka yang baik. “Kami juga sepakat trennya yang landai
itu harus diiringi langkah-langkah ketat agar ada percepatan penanganan
Covid-19 di Kota Bogor. Kedepan akan ada momentum Idul Fitri yang tentunya
harus diantisipasi dengan langkah-langkah yang lebih ketat,” jelasnya.
Bima menegaskan, bila pemkot akan gencar melaksanakan
swab dan rapid. Sebab langkah ini diperlukan dan menjadi tolok ukur
keberhasilan penanganan PSBB. “Setiap hari rata-rata 30-50 test yang dikirim ke
Jakarta, kita akan tambah lagi, seperti di pasar, stasiun dan minggu ini akan
ada di pasar. Jadi akan terus intens kita lakukan Swab Test dan Rapid Test
ini,” tegasnya.
Pemkot Bogor juga akan merumuskan beberapa hal yang lebih
detail dan teknis mengenai sanksi sesuai kewenangan Pemkot dan juga terkait
pengaturan yang lebih ketat bagi penumpang KRL dari Bogor ke Jakarta atau
sebaliknya.
“Saat ini PT KAI sudah menambah jam operasional dari
pukul 04.00 WIB agar tidak terjadi penumpukan, ada juga antisipasi layanan bus
dari BPTJ. Kita akan sosialisasikan dulu mengenai kewajiban penggunaan surat
keterangan bekerja di sektor yang dikecualikan berdasarkan aturan PSBB,” kata
Bima.
Bima juga mengaku menerima masukan dari berbagai pihak,
terutama masukan dari DPRD Kota Bogor bahwa langkah tegas PSBB ini harus
dimbangi dengan perhatian untuk memastikan bantuan sosial ke warga sampai dan
tepat sasaran. “Warga bisa memonitor melalui aplikasi SALUR (Sistem Kolaborasi
dan Solidaritas untuk Rakyat)salur.kotabogor.go.id. apakah sudah masuk
data atau belum sebagai penerima bantuan. Bagi yang tidak masuk kita akan
luncurkan program Keluarga Asuh melibatkan banyak pihak untuk membantu warga
yang membutuhkan dalam skala yang betul betul darurat,” katanya.
Akhmad Saeful Bakhri
Sementara itu, Wakil Ketua Satgas Covid-19 DPRD Kota
Bogor, Akhmad Saeful Bakhri (ASB) mengatakan bahwa penerapa PSBB di Kota Bogor
menjadi kontradiktif lantaran pemerintah pusat melalui Gugus Tugas Covid-19
memberi kesempatan bagi warga berusia di bawah 45 tahun untuk beraktivitas
meski pandemi virus corona masih terjadi. “Pusat berdalih hal itu
dilakukan agar kelompok usia itu tak kehilangan pekerjaan. Dengan demikian,
PSBB akan semakin tidak maksimal,” katanya.
Selain itu, kata ASB, keberadaan check point pun hanya
efektif pada jam-jam tertentu saja, sehingga membuka celah bagi warga yang tak
dikecualikan untuk beraktivitas di luar rumah. “Dapur umum juga sasarannya
tidak jelas,” katanya.
Tak hanya itu keberadaan RW Siaga Corona juga dinilai tak
berfungsi dengan baik. Hal itu terbukti dari amburadulnya data warga terdampak
Covid-19 ke Dinas Sosial (Dinsos). “Penyaluran Jaring Pengaman Sosial
(JPS) juga jauh dari kata maksimal,” tegasnya.
ASB juga menilai bahwa regulasi yang diterapkan dalam
PSBB juga tergolong lembek lantaran warga masih kerap berkerumun di pasar
hingga fasilitas umum lain seperti stasiun kereta. “Ini karena tidak ada
sanksi tegas. Misal, toko yang tak dikecualikan tetap membandel buka, langsung
tindak. Ini karena kurang tegas, mereka (pedagang) jadi main
kucing-kucingan,” ucapnya.
Alangkah baiknya, kata ASB, apabila Pemkot Bogor
menerapkan karantina komunal berbasis RT dan RW seperti yang dilakukan di
Kabupaten Purwakarta sebagai pengganti PSBB. “Saya kira hal itu akan lebih
mudah diimplementasikan di Kota Bogor lantaran sudab adanya RW Siaga Corona.
Tinggal anggaran PSBB dialihkan kesana,” ucapnya.
Dalam kesempatan berbeda, Ketua Komisi IV Ence Setiawan
juga menilai bahwa semakin hari situasi di masyarakat semakin tidak menentu
lantaran tidak jelasnya bantuan dari pemerintah terhadap warga terdampak
Covid-19. “Penyaluran bantuan tidak serentak. Kemudian ada tumpang tindih,
sementara perusahaan dan toko banyak ditutup. Situasi demikian membuat
masyarakat bawah makin menjerit,” katanya.
Semestinya, kata Ence, apabila pemerintah menerapkan PSBB
alangkah baiknya dilakukan berbarengan dengan pemberian bantuan serta sanksi
tegas bagi para pelanggar. Kendati demikian, hukuman tegas mesti diberlakukan
dengan diiringi bantuan JPS yang serentak dan tepat sasaran. “Kalau
kondisinya demikian, saya rasa PSB efektif. Tapi bila pemerintah belum dapat
memperbaiki, saya rasa mending distop saja PSBB, ganti dengan cara lain,”
katanya.
Ence juga menyoroti terkait aturan bagi pengendara roda
empat yang wajib mengosongkan kursi depan sebelah kiri kendati di dalam mobil
tersebut dihuni oleh keluarga. “Contoh ada suami istri di mobil yang sama.
Bila suaminya mengemudi si istri mesti duduk di belakang. Sedangkan di rumah,
merema tidur satu ranjang,” katanya.
Warga Berusia
Dibawah 45 Tahun Bebas Beraktivitas
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19
Doni Monardo mengatakan bahwa warga yang berusia 45 tahun kebawah diperbolehkan
beraktivitas. Hal ini dilakukan agar kelompok tersebut tak kehilangan mata
pencarian. “Kelompok ini kita beri ruang untuk beraktivitas lebih banyak
lagi sehingga potensi terpapar PHK bisa kita kurangi lagi,” kata
Doni seperti dilansir Kompas.com.
Menurutnya, warga yang berusia 45 tahun ke bawah tak
termasuk dalam kelompok rentan. Dari total warga yang terpapar Covid-19,
tingkat kematian kelompok ini hanya 15 persen.
Bahkan, sambung dia, kerap kali kelompok ini tak memiliki
gejala saat sudah terpapar virus corona. “Kelompok muda di bawah 45 tahun
mereka secara fisik sehat, punya mobilitas tinggi, dan kalau terpapar, mereka
belum tentu sakit karena tak ada gejala,” tegasnya.
Ia menyebut bahwa kematian tertinggi datang dari kelompok
usia 65 tahun ke atas, yakni mencapai 45 persen. Kemudian, 40 persen lainnya
datang dari kelompok usia 46-59 tahun yang memiliki penyakit bawaan, seperti
hipertensi, diabetes, paru, dan jantung. “Kalau kita bisa melindungi dua
kelompok rentan ini, artinya kita mampu melindungi warga negara kita 85
persen,” paparnya. Atas dasar itu, Doni mengimbau kelompok rentan ini agar
tetap di rumah dan menjaga jarak dari orang lain.
Sementara kelompok non-rentan atau di bawah usia 45 tahun diberi ruang untuk beraktivitas lebih banyak lagi. Namun, mereka tetap harus memperhatikan protokol pencegahan Covid-19 saat beraktivitas, seperti menjaga jarak, menghindari kerumunan, menggunakan masker, dan sering mencuci tangan dengan sabun. “Jadi hal ini ntuk menjaga keseimbangan agar masyarakat tak terpapar virus dan juga tak terpapar PHK,” tandasnya.
Setelah longsor dan banjir terjadi pada awal Januari 2020, kini Kampung Ciputih Lebak, Desa Jaya Raharja, Kecamatan Sukajaya rencananya akan direlokasi. Namun pada Senin petang pukul 16.00 Wib (11/5) kembali diterjang longsor dan banjir, namun tidak separah pada awal tahun lalu. Ada 8 rumah dan satu mesjid tertimbun longsoran namun tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.
“Lokasi bencana berada di Desa Jayaraharja pada
pukul 16.00 WIB telah terjadi banjir dan tanah longsor, di kampung Ciputih Lebak,
yang menang kejadian tersebut berada di Kampung bakal direlokasi yang terkena
bencana pada awal Januari 2020,” kata Sekcam Sukajaya Ridwan dalam
sambungan telepon, Senin malam (11/5).
Ridwan juga menjelaskan, kejadian tersebut tidak menelan
korban jiwa, begitu juga kerugian materil karena kejadian itu terjadi di lokasi
yang sama pada 1 januari 2020 yang rencananya kampung tersebut, direlokasi oleh
pemda. “Kalau luapan air dari longsoran, jadi aliran air hujan tidak
semestinya mengalir di jalan aspal terus lari ke tebingan yang dulu longsor,
menimpa lagi di kampung tersebut,” cetusnya.
Ridwan menyebutkn total yang terdampak ada ada 8 rumah
dan 1 mesjid yang nantinya akan direlokasi meski sampai saat ini pemkab masih
mengejar pembangunan huntap dan huntara terlebih dahulu.
“Saat ini kita sudah mengecek ke lokasi alhamdulilah
tak ada korban jiwa, karena rumah sudah lama dikosongkan, saya harap ada
percepatan dari pemkab untuk relokasi warga sukajaya,” tutupnya.
Tujuh atlet dayung binaan Pengurus Cabang Persatuan
Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (Podsi) Kabupaten Bogor, yang tergabung dalam
tim Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) Jawa Barat, untuk Pekan Olahraga (PON)
XX Papua, resmi dipulangkan pada pekan lalu. Bahkan ketujuh pedayung tersebut,
disarankan untuk menjalani program latihan secara mandiri, sesuai dengan
program yang diberikan tim pelatih dayung Jawa Barat.
Ketujuh pedayung yang telah dipulangkan karena alasan
untuk mengantisipasi penyebaran wabah virus Covid-19 tersebut di antaranya
Reski Wahyuni, Aida Setianingsih, Al Jubah, Erdiansyah, Cherina Maharani, Shita
Dewi, dan Iza Tahri Hutabarat. Hal itu dikatakan Ketua Podsi Kabupaten Bogor,
Solahudin, akhir pekan kemarin.
“Terhitung dari pekan lalu, semua atlet yang
tergabung dalam skuat dayung Jawa Barat, sudah dipulangkan oleh tim pelatih.
Sehingga para atlet tersebut harus menjalani program latihan secara mandiri,
sesuai dengan program latihan yang diberikan pelatih selama dirumahkan,”
ujarnya.
Ia menjelaskan, program latihan yang sekarang sedang
dijalani atlet selama dirumahkan, tentunya lebih kepada menjaga fisik,
kebugaran, serta kesehatan. Karena sambung Solahudin, itu semua dilakukan agar
performa atlet tetap terjaga dengan baik dimasa-masa pandemi penyebaran wabah
virus Covid-19 ini. Apalagi, saat mereka kembali bergabung ke tim Pelatda, para
atlet langsung akan mengikuti seleksi degradasi lagi. Jadi kesehatan, fisik,
dan juga kebugaran dari atlet harus bisa dijaga dengan baik.
“Tes untuk seleksi degradasi atlet masih tetap
dilakukan oleh tim pelatih, ketika seluruh atlet Pelatda dayung Jawa Barat
nanti bergabung kembali pada 1 Juni mendatang. Jadi saya ingin tujuh atlet
binaan Pengcab Podsi Kabupaten Bogor, harus tetap konsisten dalam berlatih
selama dirumahkan,” tegasnya.
Solahudin melanjutkan, kalau dilakukannya kembali tes
seleksi degradasi atlet tersebut, tujuannya adalah mencari yang terbaik, dan
siap menyumbangkan medali untuk tim dayung Jawa Barat. Jadi, kesimpulannya,
bukan karena atlet itu sudah lolos bisa tetap bertahan, tapi tim pelatih ingin
mencari yang terbaik lagi.
“Walaupun mereka sudah lolos. Tapi pelatih masih
tetap harus mencari yang terbaik, dan yang siap untuk meraih medali dari setiap
kelas yang pertandingan di ajang PON mendatang,” jelas Solahudin.
Untuk atlet Kabupaten Bogor, lanjut Solahudin, Pengcab
pastinya akan juga memberikan program latihan kepada para atlet. Bahkan,
rencanannya, mulai pekan depan ketujuh atlet ini akan menjalani program latihan
di Situ Cikaret, Cibinong. Hal itu dilakukan, agar performa atlet terjaga
dengan baik, ketika nanti meraka harus kembali ke tim Pelatda Dayung Jawa
Barat, pada 1 Juni mendatang.
“Selain latihan dirumah, atlet kita juga akan
menjalani program latihan di Situ Cikaret. Apalagi intensitas pergerakan
manusia di Situ Cikaret cukup sedikit dimasa-masa pandemi Covid-19 ini. Jadi
kita harus bisa memanfaatkannya dengan baik, sebelum mereka kembali ke tim Jawa
Barat,” pungkasnya.
Persiapan terus dilakukan Dojo James Bond Yongmoodo
Indonesia wilayah Bogor. Kendati dimasa pandemi penyebaran wabah virus Covid-19
masih terus berlangsung, namun tidak mengurungkan langkah Dojo James Bond untuk
melahirkan petarung-petarung sejati. Karena sejatinya, program pembinaan,
maupun program latihan tetap berjalan sesuai rencana yang telah terprogramkan
di tahun 2020 ini.
Terlebih dengan ditundannya beberapa event kejuaraan
Yongmoodo tahun 2020, dikarenakan wabah Covid-19. Tidak jadi penghambat, karena
para petarung Dojo James Bond tetap intens menjalani program latihan secara
mandiri dan kontinyu dirumah masing-masing atlet sesuai dengan arahan pelatih,
selama masa pandemi Covid-19 belum berakhir. Hal itu dikatakan Ketua Federasi
Yongmoodo Internasional untuk wilayah Bogor, dan juga pelatih sipil, Danang
Roosdianto Manaf, Senin (11/5).
“Untuk saat ini, beberapa kegiatan pertandingan
batal digelar pada tahun 2020. Itu semua akibat dampak dari penyebaran wabah
virua Covid-19. Jadi, petarung difokuskan berlatih secara mandiri dirumah
masing-masing atlet, sesuai dengan program latihan yang kita berikan,”
ujarnya.
Praktisi beladiri pemegang sabuk hitam Aikido, Hapkido,
dan Taekwondo itu menjelaskan, selama masa pandemi Covid-19 belum
berakhir, para petarung yang bergabung di Dojo James Bond Yongmoodo Wilayah
Bogor, terus berlatih mandiri. Karena, dengan mereka berlatih, sambung pria
yang akrab disapa Sang Guru tersebut, tentunya sangat bagus dalam menjaga
kebugaran tubuh, serta dapat menjaga performa, maupun fisik dalam kondisi yang
stabil selama pandemi ini.
“Saya melihat para petarung ini sangat semangat dalam
latihan. Bahkan bagi mereka tidak ada masalah dalam menjalani program latihan
mandiri. Terlebih ketekunan mereka dalam berlatih ini, tidak telepas dari
semangat mereka dalam mempersiapkan diri untuk meraih prestasi di kejuaraan
tahun 2021,” papar Danang.
Program penguatan fisik, maupun teknik, tambah Danang,
terus diberikan kepada atlet. Karena, lanjut Danang, jangan sampai para
petarung yang awalnya kondisi fisik, serta teknik mereka bagus sebelum masa
pandemi Covid-19 ini ada, menjadi tidak baik. Maka dari itu, program latihan
harus intens diberikan kepada petarung, agar performa mereka selalu stabil,
pada saat nanti mereka menjalani latihan bersama setelah pandemi berakhir.
“Tahun ini kita puasa dulu bertanding. Tapi, dengan
puasa tanding tersebut, tentunya harus bisa menjadi persiapan yang lebih baik
lagi, sebelum menghadapi kejuaraan tahun 2021,” pungkasnya.
Atlet tarung derajat putra andalan Kabupaten Bogor, untuk
Jawa Barat pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua, Agus Firmansyah, tidak
akan lelah, dan jenuh meski harus menjalani program latihan secara mandiri
dirumah, selama masa tanggap darurat Covid-19 belum berakhir.
Apalagi, program latihan mandiri yang diberikan tim
pelatih tarung derajat Jawa Barat selama masa pandemi Covid-19, tidak berubah
dari program awal ketika masih berlatih bersama tim Pelatihan Daerah (Pelatda)
Tarung Derajat ‘Tanah Pasundan’. Hanya saja, perbedaannya tidak dapat berlatih
dengan tim. Hal itu dikatakan Agus Firmansyah, Senin (11/5).
“Saya akan memaksimalkan program latihan secara
mandiri, sesuai dengan program latihan yang diberikan tim pelatih kepada saya
selama menjalani latihan mandiri,” ujarnya.
Ia menjelaskan, jika program latihan mandiri selama masa
darurat covid-19 ini, tidak jauh berbeda dengan program awal sewaktu masih
berlatih bersama dengan tim Jawa Barat. Hanya saja, yang jadi penghalangnya,
tidak bisa berlatih bersama dengan tim PON tarung derajat Jawa Barat.
“Walau tidak latihan bersama tim Jawa Barat seperti
biasanya. Justru dengan latihan mendiri ini harus bisa jadi motivasi saya untuk
lebih baik lagi, ketika nanti kita kembali latihan bersama seperti awal sebelum
Covid-19,” tegasnya.
Program latihan mandiri ini, sambung Agus, harus jadi
motivasi untuk bisa lebih baik lagi. Apalagi, ini semua untuk menjaga performa,
maupun fisik dan kebugaran tubuh bisa terjaga dengan baik. Sehingga, pada saat
masa Covid-19 berakhir, performa juga stabil, ketiga kembali berlatih bersama
teman-teman tim tarung derajat Jawa Barat.
“Untuk saat ini, yang perlu dijaga itu, kesehatan,
kebugaran, fisik, maupun performa. Karena itu memang sudah jadi program latihan
yang diberikan tim pelatih selama berlatih mandiri. Jadi saya wajib untuk
menjaga itu semua selama latihan mandiri dirumah,” pungkasnya.
Terhitung sejak 14 Januari hingga 6 Mei 2020 lalu, Bidang
Organisasi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Bogor, telah
menyelesaikan lima kegiatan yang berkaitan dengan organisasi. Hal tersebut
ditegaskan Wakil Ketua I KONI Kabupaten Bogor, Joy F Pendhita, Senin (11/5).
“Sejak awal Januari hingga pertengahan Mei ini. Kita
sudah menyelesaikan lima kegiatan yang berkaitan dengan sengketa. Baik itu dari
cabang olahraga, ataupun atlet,” ujarnya.
Joy menjelaskan, jika lima kegiatan yang telah
diselesaikan bidang organisasi KONI Kabupaten Bogor, di antaranya kunjungan
KONI ke Jawa Barat pertama pada 14 Januari terkait penanganan perkara dan
konsulidasi perkara sengketa cabor Federasi Arung Jeram Indonesia (Faji) dan
Persatuan Olahraga Biliar Seluruh Indonesia (Pobsi), kedua pemanggilan pada
pengurus cabor Faji 21 Januari mengenai penanganan perkara dan kosulidasi
perkara sengketa cabor Faji yang dihadiri hanya pihak dari TB Wajedi, dan pihak
Bayu Rahmawanto tidak hadir.
Ketiga sambung Joy, pemanggilan cabor Persatuan Atletik
Seluruh Indonesia (Pasi) pada 24 Februari penangan perkara cabor Pasi terkait
mutasi atletnya, pemanggilan cabor Persatuan Menembak Indonesia (Perbakin) pada
15 Maret mengenai penangan perkara cabor perbakin terkait mutasi atletnya,
serta penangan perkara bantuan hukum terhadap atlet dari cabor Pasi atas nama
Hendro Yap, dalam hal memberikan bantuan hukum kepada keluarga atlet terkait
permasalahan administratif kependudukan dalam perkara litigasi di Pengadilan
Negeri (PN) Cibinong, pada 6 Mei lalu.
“Kelima kegiatan tersebut telah kita selesaikan
seluruhnya. Sehingga sekarang ini sudah tidak ada lagi masalah yang terjadi
pada atlet, maupun cabor tersebut,” pungkasnya.
Lima pebulutangkis Kabupaten Bogor, untuk Jawa Barat pada
Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua, harus menjalani program latihan secara
mandiri. Hal itu disebabkan, masih tingginya jumlah penyebaran wabah virus
Covid-19 di tanah air, ataupun Jawa Barat sendiri, sehingga tim pelatih lebih
memilih untuk mengintruksikan atlet berlatih mandiri dirumahnya masing-masing
selama pandemi Covid-19 berakhir.
Apalagi penyelenggaraan PON 2020 sudah resmi ditunda
pelaksanaannya ke tahun 2021, jadi untuk sementara waktu, sambil menunggu masa
pandemi Covid-19 berakhir, para atlet harus menjalani progran latihan mandiri
dirumah masing-masing atlet, sesuai dengan program yang diberikan pelatih
setiap harinya. Hal itu dikatakan Ketua Pengcab Persatuan Bulutangkis Seluruh
Indonesia (PBSI) Kabupaten Bogor, Dedi Budi Sumardi, akhir pekan kemarin.
“Ada lima atlet kami yang masuk tim Pemusatan
Latihan Daerah Jawa Barat, untuk PON Papua. Bahkan, sekarang ini mereka juga
tengah menjalani program latihan mandiri, selama masa pandemi Covid-19,”
ujarnya.
Pria yang akrab disapa Debus itu menjelaskan, jika kelima
pebulutangkis binaannya yang sudah dipulangkan oleh PBSI Jawa Barat, untuk
berlatih secara mandiri dirumah selama masa pandemi wabah virus Covid-19 belum
berakhir, di antaranya Muhammad Fachrikar AP, Amanda Ramadiansyah, Nita Violina
Marwah, Renaldi Samosir, dan Herdiana Julia Marbela.
“Jadi sekarang mereka berlatih dirumah mereka
masing-masing, dan tujuan dari pemulangan mereka oleh tim pelatih Jawa Barat,
tentunya untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan,” tegasnya.
Yang jelas, dengan dipulangkannya lima pebulutangkis
Kabupaten Bogor tersebut, merupakan langkah yang tepat untuk mengantisipasi
hal-hal yang tidak diinginkan selama masa pandemi Covid-19. Terlebih, tambah
Debus, perhelatan PON juga ditunda ke tahun 2021, jadi kalau para atlet
dipulangkan ke daerahnya masing-masing, persiapan juga masih panjang. Karena
masih ada waktu satu tahun kedepan untuk persiapannya.