29.9 C
Bogor
Friday, July 11, 2025

Buy now

spot_img
Home Blog Page 1192

Covid Bisa Jadi Bom Waktu

Jakarta | Jurnal Inspirasi

Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM Mikro resmi mulai diberlakukan pada Rabu (9/2) hari ini hingga 22 Februari mendatang. PPKM Mikro ini dilakukan setelah pemerintah menerapkan PPKM jilid 1 dan 2. Namun PPKM Mikro ini menjadi sorotan tajam dari pakar epidemiologi karena terkesan membingungkan. Tak hanya masyarakat, pakar epidemiologi juga kebingungan dengan kebijakan ini.

Pakar Kesehatan Masyarakat dan Ahli Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo mengaku PPKM mikro ini jelas berlawanan dengan prinsip keilmuan. Sebab, testing dinilai menurun. Jika testing semakin kecil, maka seharusnya PPKM harus semakin ke makro.

Dia menegaskan, tracing yang semakin rendah itu seharusnya semakin makro, bukan semakin mikro. Hal itu dinilai keliru secara konseptual dan keilmuan. Sebab tidak memiliki peta, tetapi berani mengambil skala mikro yang justru bisa membahayakan dan menjadi bom waktu.

“Karena RT yang dianggap risiko rendah hijau atau kuning kemudian warganya dibebaskan, longgar. Padahal mungkin di situ adalah zona hijau dan kuning yang palsu, karena testing yang rendah. Artinya ini berbahaya. Kalau mau melakukan mikro lakukan tracing dan testingnya, bukan seperti sekarang. Kita itu tidak pernah mau belajar, maunya sendiri tidak berdasarkan ilmu, tergantung pikirannya dan arahnya ke ekonomi, itu yang keliru,” pungkasnya.

“Karena kita tidak tahu petanya, mana RT yang aman dan tidak aman, karena testingnya rendah. Yang dianggap rendah bisa saja di sana berisiko tinggi, cuman belum terdeteksi. Berbeda dengan Hong Kong mampu melakukan mikro karena testingnya tinggi, makin tinggi testing tracing, petanya makin jelas itu bisa mampu makin mikro,” kata Windhu, Selasa (9/2).

Dia menambahkan, PPKM mikro ini dianggap terlalu berani. Pasalnya, testing dan tracing sangat rendah dan menurun. “Kita testing tracing rendah kok berani-beraninya mikro. Ini bom waktu. Nanti orang-orang yang dianggap aman bisa keluar semaunya. Padahal dia adalah mungkin orang-orang berisiko,” jelasnya.

Seharusnya, kata Windhu, PPKM dikembalikan lagi ke tingkat kabupaten/kota tanpa tebang pilih. Semua daerah di Jawa-Bali harus melakukan PPKM tingkat kabupaten/kota.

Kalau menerapkan PPKM, maka dikembalikan lagi dengan cara yang benar, yakni dikembalikan ke kabupaten/kota, tetapi tidak dengan mikro. Sebab PPKM mikro menyebabkan testing rendah. Sementara untuk ketentuan zona, selama ini dinilai tidak dipatuhi daerah terlebih zona merah.

Windhu meminta untuk jangan terus menerus melakukan coba-coba saat pandemi Covid-19. Harus bersungguh-sungguh jika ingin berbasis masyarakat, seperti kampung tangguh. Namun jangan menerapkan PPKM mikro yang membuat zonasi yang justru berbahaya. Sebab, peta zonasi dianggap peta buta.

“Jadi kalau memang mau betul-betul mau di tingkat RT/RW, bukan zonasi seperti ini. Tapi yang dilakukan adalah pemberdayaan masyarakat untuk pencegahan, penanganan, sampai sumber dayanya saling membantu karena tidak boleh bergerak,” ujarnya.

“Kalau bisa PPKM mikro dengan zonasi ini dibatalkan atau karena sudah terlanjur, dua minggu saja (diterapkan). Setelah itu kembali ke makro. Dan ketika makro, semua kabupaten/kota di Jawa-Bali dilakukan secara serentak. Zonasi itu harus betul-betul membawa konsekuensi kebijakan dan implementasinya, berdayakan masyarakat bahwa penanganann pandemi gerakan masyarakat,” tambahnya.

** ass

Tingkatkan SDM, Pemdes Jambu Luwuk Kerjasama dengan Unida

Ciawi | Jurnal Inspirasi

Pemerintah Desa Jambu Luwuk, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, melakukan kerjasama dengan Universitas Djuanda (Unida) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Kerjasama tersebut bertujuan, untuk meningkatkan kapasitas pegawai desa dalam hal pelayanan terhadap masyarakat.

Dadan Rohmat, alumni Fakultas Fisip 2017 Universitas Djuanda yang juga warga Desa Jambu Luwuk mengatakan, kerjasama ini sebagai bentuk kepedulian dua lembaga terhadap Sumber Daya Manusia (SDM), baik Pemdes Jambu Luwuk maupun Unida.  “Untuk saat ini sasaran nya para perangkat desa, yakni staf desa,” ungkapnya kepada wartawan.

Selain SDM staf desa, lanjut Dadan, dalam kerjasama ini dari Universitas Djuanda juga akan memberikan ilmu yang ada di Fakultas Fisip, baik itu ilmu kebijakan publik, pemerintahan dan lainnya kepada warga. “Warga umum pun nantinya akan diberikan ilmu yang sama,” ujarnya yang juga sebagai inisiator kerjasama tersebut.

Sementara, Dekan Fisip Unida, Deni menjelaskan, nota kerjasama ini bentuk kontribusi dan pengabdian dosen. Universitas Djuanda, lanjutnya, memberikan program atau proyek, namun bukan sejenis proyek infrastruktur, melainkan proyek atau program untuk menciptakan SDM berkualitas dan peningkatan kelembagaan. “Jadi kami akan memberikan ilmu yang berkaitan dengan tugas dan fungsinya staf desa,” jelasnya.

Kepala Desa Jambu Luwuk, Mulyana mengapresiasi kerjasama yang dilakukan Unida dengan Pemdes Jambu Luwuk. “Mudah-mudahan dengan adanya pertemuan ini akan menghasilkan SDM yang handal dan tepat guna, sehingga pelayanan kepada masyarakat lebih meningkat,” tukasnya.

Hadir dalam kerjasama itu, selain Dekan Fisip, Deni dan dihadiri Wakil Dekan, Seran, Ike dan Irma serta Bery Sastrawan.

** Dede Suhendar

Cerita Korban Bencana Banjir Sungai Cidurian di Jasinga

Jasinga | Jurnal Inspirasi

Rumah warga yang berada di bantaran sungai Cidurian, tepatnya di Kampung Parungsapi RT 07 RW 08, Desa Kalongsawah, Kecamatan Jasinga yang dapur rumahnya rusak akibat terjangan luapan sungai Cidurian pada Minggu petang (7/2/2021) ditanggapi Camat.

Camat Jasinga Hidayat Saputradinata menyampaikan, bahwa saat ini keluarga korban banjir akibat luapan sungai Cidurian sudah diungsikan ketempat yang lebih aman. “Itu sudah dilaporkan ke BPBD Kabupatan Bogor, terkait penanganan korban bencana banjir di wilayah Jasinga,” kata Hidayat melaui sambungan selulernya, Selasa (09/02/2021).

Hidayat menambahkan, untuk normalisasi aliran sungai cidurian itu sudah dianggarkan di tahun 2021 untuk dibangunkan tembok penahan tanah (TPT). “Mudah-mudahan itu bisa terealisai, terkait dapur rumah warga yang rusak itu nanti akan dibantu,” katanya.

Hidayat mengimbau, kepada warga yang tinggal di bantaran aliran sungai Cidurian untuk lebih waspada mengingat intensitas curah hujan tinggi minggu-minggu ini. “Memang intensitas curah hujan akhir- akhir ini cukup tinggi agar selalu waspada dan segera melaporkan kepada pihak RT maupun RW agar penanganan cepat teratasi,” ujarnya.

Bencana alam awal tahun 2020 lalu menyisakan duka bagi pasangan keluarga Dotoy Sudrajat dan Enok. Pasalnya, sejak bencana kala akibat meluapnya sungai Cidurian, seisi rumahnya pun hanyut diterjang derasnya arus sungai.

Rumah yang berada di bantaran sungai Cidurian tepatnya di Kampung Parung sapi RT 07 RW 08, Desa Kalongsawah Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor, kembali diterjang sungai Cidurian pada Minggu petang (7/2/2021). Kali ini merobohkan bagian dapur rumah tersebut.

Enok, sang pemilik rumah menceritakan kejadian, bermula ia dan keluarganya sedang berada di rumah, dan saat itu hujan turun sejak siang hari. “Awalnya air sungai datang secara tiba-tiba, terus mendengar gemuruh sungai dan bebatuan, pikir saya wah dapur retak lagi,  ada bunyi tembokan kaya retak gitu, saya lihat dari jendela air sungai sudah besar, ternyata diluar rumah tetangga sudah ramai untuk menyuruh keluar rumah,” jelas Enok saat ditemui di rumahnya.

** Cepi Kurniawan

Dua Pembuang Limbah Medis di Cigudeg dan Tenjo Ditangkap, Aktor Utama Masih DPO

Parung | Jurnal Inspirasi

Kapolres Bogor AKBP Harun mengungkapkan bahwa anggotanya telah mengamankan dua tersangka pembuang limbah medis di wilayah Tenjo, dan Cigudeg beberapa waktu lalu. Ia pun mengatakan limbah tersebut dibuang dari  luar Bogor, bahan selain dua tersangka yang sudah ditetapkan masih diburu aktor utamanya yang sekarang masih  DPO.

“Insya Allah besok kita jelaskan semua, dan sementara ada dua tersangka. Karena, lokasi tersebut masih satu jalur,” kata Kapolres Bogor AKBP Harun kepada wartawan usai meninjau lokasi kampung tangguh di Desa Jabon, Kecamatan Parung, Rabu (9/2/2021).

Mantan Kapolres Lamongan tersebut menjelaskan, pihaknya masih melakukan proses pengembangan terhadap kasus pembuangan limbah tersebut yang berlokasi di dua kecamatan berbeda. “Ini baru dua tersangka dan kita masih kembangkan. Karena, semua limbah yang dibuang berada satu jaringan,” jelasnya.

Lebih lanjut ia menuturkan, untuk aktor inteleknya masih DPO dan yang jelas bukan dari orang kesehatan melainkan pihak ketiga. “Masih pendalaman dan mengenai aktor inteleknya masih kita cari, jelasnya besok bakal dilakukan rilis,” pungkasnya.

** Cepi Kurniawan

Dipantau di Sentul, Setengah Ton Lemang Ganja Asal Aceh Dibongkar di Parung

Parung | Jurnal Inspirasi

Kesaksian warga sekitar dan pemilik toko yang menjadi tempat pengungkapan narkotika setengah  ton lemang ganja di depan pertokoan baju Jalan Raya Parung Bogor pada Selasa malam (8/2/2021), bahwa sepuluh mobil petugas sudah sejak sore memantau pergerakan mobil truk tersebut.

“Sudah sejak sore pas magrib lah, petugas BNN minta izin ke saya untuk memarkir kendaraannya. Infonya mau ada penangkapan,” kata Dedi menceritakan, Rabu (9/2/2021).

Namun sambung Dedi, pada  pukul 23.30 WIB tibalah mobil truk engkel dan diarahkan petugas untuk memarkir di depan tokonya itu. “Mobil itu nyampe sini sekitar setengah dua belas malam, lalu pukul setengah satu petugas membongkanya drum-drum ada 6 drum  yang berada di mobil engkel itu. Petugas sempat kesulitan membongkanya karena terbungkus rapih dan rapat akhirnya petugas bisa membongkar teryata dalam drum itu masih ada puluhan paralon,” kata Dedi.

Masih kata Dedi, setelah peralon itu dipotong dengan alat pemotong, teryata isinya jenis tembakau yang dipadatkan. “Jadi dalam drum itu ada peralon lagi ada 64 batang paralon,” sebutnya.

Sementara warga lain yang juga menyaksikan pengungkapan mengatakan bahwa waga pun sempat kaget karena ada pengungkapan narkotika di wilayah Parung. “Kaget warga gak tahu awalnya, pas tahu warga pun pada ngeliat pengungkapan narkotika yang katanya jenis ganja,” katanya.

Sementara itu menurut Deputi Pemberantasan BNN Irjen (Purn) Arman Depari, penyitaan terhadap barang bukti narkotika golongan 1 jenis lemang ganja setengah ton yang datang dari Aceh  mengunakan jasa kiriman kargo sebelum diamankan di Parung sudah dilakukan pengincaran di daerah Sentul.

“Barang ini bersama dengan truknya sempat berhenti di Sentul Selatan (Bogor) kemudian malam  tadi diambil kembali untuk dipindahkan ke daerah yang sekarang  kita berada. Dan menurut rencananya di daerah ini akan dijadikan gudang penyimpanan untuk sementara sebelum didistribusikan kepada para pemesan,” kata Arman Depari dalam keterangan persnya.

Arman melanjutkan bahwa modus operandi untuk menghilangkan kecurigaan petugas, barang tersebut teknik packagingnya cukup  baru. Petugas susah payah membukanya karena dilapisi dengan bermacam-macam bahan dan tujuannya tentu untuk mengelabui petugas jiga ada pemeriksaan dan juga relatif aman di dalam perjalanan.

“Ganja ini dimasukan kedalam tabung paralon kemudian dilem dan diisi dengan air di wadah dengan semacam drum atau gentong. Satu drum berisi kurang lebih 60 sampai 64 paralon panjang kemudian di dalamnya diisi dengan ganja kering,” katanya.

** Cepi Kurniawan

Tinjau Banjir di Bojongkulur, Achmad Fathoni Cek Efektivitas Rumah Pompa

Gunung Putri | Jurnal Inspirasi

Banjir lagi, banjir lagi. Itulah yang dialami warga perumahan Villa Nusa Indah, Desa Bojongkulur Kecamatan Gunung Putri, yang harus waspada di setiap musim penghujan tiba. Penasaran dengan kondisi di lapangan,  anggota Komisi 3 DPRD Kabupaten Bogor dari Fraksi PKS Achmad Fathoni melakukan tinjau lapangan guna membantu menampung keluhan warga dan berkoordinsi dengan Pemerintah Desa Bojongkulur, Selasa (9/2).

Dalam kunjungannya, Achmad Fathoni langsung berkoordinasi dengan Camat Gunung Putri dan beberapa jajaran Pemdes Bojongkulur termasuk  Puarman Kahar, yang kemudian menuju ke Blok Anggrek yang merupakan lokasi yang paling tergenang.

“Coba mengecek kondisi warga yang sedang bersih-bersih rumah serta kondisi rumah pompa di RW 14 bersama Ketua RW Pak Arifin. Secara umum sangat membantu mempercepat surutnya banjir, tapi ada beberapa catatan terkait kondisi rumah pompa,” kata Achmad Fathoni.

Menurutnya ada beberapa catatan terkait rumah pompa, diantaranya dari setiap rumah pompa yang dibangun selalu ada hal yang tidak dilengkapi, ada   yang kurang penutup bak kontrol, mesin pompa kecil untuk pancingan ada yang tidak disediakan, Saluran eksisting sebagian tidak disambungkan ke bak kontrol tempat pipa sedot dipasang, sehingga air yang dipompakan tidak maksimal, kalaupun ada dibuat alakadarnya tidak sebanding dengan debit mesin pompa.

“Selain itu terkait serah terima kedesa dan RT atau RW kurang jelas, sehingga ketua RT dan RW yang mengelola tidak mengetahui dengan jelas spek dan aturan pemakaian, dan biaya operasional untuk pemeliharaan belum diatur, sementara ini masih memgandalkan iuran warga,” jelas Achmad Fathoni.

Selain mengecek kondisi pompa, dirinya juga melihat situasi Blok Y yang berada di sekitar Masjid Darussalam. “Bersyukur Alhamdulillahi robbil alamiin hanya sedikit yang tergenang. Terkait beberapa catatan kondisi 19 rumah pompa yang dibangun dengan APBD 2020 sekitar 3,8 M akan saya bawa saat rapat dengan PUPR. Semoga tidak banjir lagi,” pungkasnya penuh harap.

** Nay Nur’ain

Tekan Laju Covid-19, Bupati Instruksikan Desa Bentuk Kampung Tangguh

Parung | Jurnal Inspirasi

Bupati Bogor Ade Yasin bersama Kapolres, dan Dandim Kabupaten Bogor, mengunjungi beberapa titik di Kampung Taguh sebagai upaya penanggulangan Covid-19 di tingkat desa. Selain itu dengan adanya kampung tangguh ini juga menjadi upaya Pemkab Bogor dalam penanganan bencana mengingat saat ini cuaca yang begitu ektrem sering terjadi.

“Hari ini memantau kampung tangguh lodaya di wilayah Parung Desa Jabon dan Gunung Sindur Desa Curug. Untuk memastikan kesiapan setiap desa untuk membantu Pemkab dalam upaya penanganan pandemi Covid dan penanggulangan bencana mengingat saat ini sering terjadi bencana jadi diharapkan setiap desa ada kampung tangguh dan posko kesehatan terpadu,” kata Bupati Bogor, Ade Yasin.

Dengan adanya kampung tangguh dan posko terpadu ini diharapkan  penanganan Covid-19 di tinggat RT dan RW  bisa terpantau. “Jumlah yang Covid-19, berapa jumlah yang isolasi berapa jadi bisa terpantau dan juga adanya posko ini diharapkan bisa memaksimalkan sosialisasi terhadap masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan,” kata  Ade Yasin.

Hal ini juga merupakan tindak lanjut dari peraturan pemerintah pusat melalui peraturan Kemendagri nomor 3 tahun 2021 soal PPKM skala mikro. “Saya mendorong melalui dana desa setiap desa di Kabupaten Bogor sudah membentuk kampung tangguh dan posko terpadu,” kata Ade Yasin.

Sementara Kapolres Bogor AKBP Harun mengatakan, bahwa satu kesatuan Bupati, Kodim dan Polres bersama-sama untuk melakukan penanganan Covid-19. “Tidak bisa dipisahkan harus secara bersama -sama karena kami satu kesatuan untuk  menangani Covid ini,” pungkasnya.

** Cepi Kurniawan

Bencana Tanah Longsor, Warga Pesanggrahan Berjibaku Bersihkan Lumpur

Bojong Gede | Jurnal Inspirasi

Pascalongsor di Perumahan Pesanggrahan 2, Desa Ragajaya, Bojonggede, RT 04 RW 15, Kabupaten Bogor, warga dengan bermodalkan sapu lidi dan air yang dialirkan dari rumahnya, seorang warga bernama Chandra berjibaku seorang diri membersihkan lumpur.

Chandra mengatakan,peristiwa tanah longsor yang menyebabkan rumahnya nyaris terendam air terjadi Senin (8/2) siang. Lanjut Chandra, saat itu cuaca sedang tidak bersahabat. Hujan disertai angin kencang membuat salah satu bangunan mengalami longsor.

“Sebelumnya terjadi longsor di wilayah sekitar kita ini. Aliram sungai yang tadinya lancar karena tertutup sungai itu air meluap ke daratan. Sampai setinggi lutut orang dewasa terjadi saat hujan. Dalam waktu 15 menit air cepat naik. Tapi cepat surut juga,” ujarnya.

Sambung dia, kejadian saat itu sekitar pukul 11.00 WIB lalu disertai hujan, banjir dating dan tidak memprediksi musibah ini datang. “Mungkin karena aliran ini tersumbat sehingga terjadi banjir,” tambahnya.

Sementara itu, usai terjadinya bencana tersebut, Chandra harus berjibaku kembali menahan rasa lelah demi wilayahnya bebas dari lumpur. “Cuma ya itu membawa lumpur dan sampah yang ada sehingga terpaksa saya bekerja sendiri untuk membersihkan sisa-sisa lumpur itu,” tegasnya.

Chandra pun harus bekerja ekstra membersihkan lumpur-lumpur luapan kali Pesanggrahan. “Kurang lebih satu sampai dua jam saya membersihkan lumpur ini. Dengan keterbatasan karena dilakukan secara sendiri dengan jumlah air yang terbatas juga. Jadi ya terpaksa dikerjakan. Karena warga mungkin banyak yang bekerja atau tidak tahu alasannya apa,” paparnya.

Selain itu, Chandra berharap agar semua pihak dapat menghidupkan kembali rasa tolong menolong terhadap sesama manusia. “Semoga hal ini tidak terjadi lagi dan pihak terkait lebih memperhatikan kondisi warga yang ada di wilayahnya dan tidak menutup mata dari segala kejadian yang menimpa warga,” pungkasnya.

** Cepi Kurniawan

Soal UPT Ngontrak, Komisi III Dukung Agar UPT Ajukan Kantor

Leuwiliang l Jurnal Inspirasi

Kantor UPT Jalan dan Jembatan Kelas A Wilayah V Leuwiliang yang sudah puluhan tahun masih ngontrak, ditanggapi Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) Kabupaten Bogor, Sastra Winara. Menurut Sastra,  pihak UPT harus mengajukan kantor. “Yang terpenting UPT mengajukan dulu, dan kami dari Komisi III siap mendukung,” kata dia.

Karena keberadaan kantor UPT kepentingannya untuk pelayanan publik, maka itu, kata Sastra,  untuk perencanaan bangunan kantor baru tersebut akan dikoordinasikan dengan Dinas PUPR. “Untuk menjadi pembahasan serius, perencanaan bangunan kantor UPT itu, nanti kami komunikasikan dengan pihak terkait,” ungkapnya.

Sebelumnya dikatakan Kepala UPT Jalan dan Jembatan wilayah V Leuwiliang, Eko Sulistianto, saat ini pihaknya tengah mencari lokasi lahan yang dijadikan bangunan kantor UPT yang idealnya di pinggir jalan agar aksesnya mudah dijangkau.

“Posisi di pinggir jalan kabupaten atau pinggir jalan provinsi itu tidak menjadi masalah yang penting bisa menjangkau wilayah.  Ya kalau bisa sih di Kecamatan Leuwiliang atau Leuwisadeng seperti itu karena aksesnya lebih mudah dari timur maupun ke barat,” ucapnya.

Eko meyebutkan, mengenai perencanaan itu sudah ada. “Bentuknya seperti apa sudah ada. Hanya lahannya yang belum diperoleh,” tandasnya.

Penilik Jalan dan  Jembatan Wilayah Kecamatan Leuwiliang dari UPT, Dedi menerangkan, sebelum UPT pindah dan berkantor di wilayah Leuwiliang dan pernah beberapa kali ngontrak dan pindah kantor. “Dulu UPT berkantor di Kampung Gunungpeuteuy Kecamatan Leuwisadeng setelah itu pindah ke Galuga dan Kampung Pasirangin Kecamatan Cibungbulang,” jelasnya.

Dari situ, tahun 2014 UPT pindah lagi ke wilayah Kecamatan Leuwiliang dan diperkirakan sudah puluhan tahun UPT itu ngontrak dan belum punya kantor sendiri.

** Arip Ekon

Melalui Samisade, Pemdes Cibuntu Bangun Jalan Penghubung

Ciampea l Jurnal Inspirasi

Warga Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea dengan sukarela menghibahkan tanahnya untuk pembukaan jalan yang merupakan jalur penghubung antardesa. Kepala Desa Ahmad Yani mengatakan, rencana pembukaan akses jalan akan menggunakan anggaran satu miliar satu desa (Samisade) dari Pemkab Bogor dengan panjang 1850 meter dan lebar 3 meter.

“ Lokasi pengerjaan jalan di titik ruas jalan Desa Kampung Gunungleutik RT 01 RW 03 Desa Cibuntu,” kata Ahmad Yani kepada wartawan, Selasa (9/2).

Menurutnya, pembukaan akses jalan ini adalah salah satunya jalur penghubung antara Desa Cibuntu dengan Desa Ciaruteunudik. “Keberadaan jalan tersebut sekaligus akses vital kedua wilayah kecamatan, yakni  Kecamatan Ciampea dan Cibungbulang,” jelasnya.

Perencanaan jalan tersebut atas dasar keinginan masyarakat yang sebelumnya telah diajukan pada tahun 2020 lalu. “Mudah-mudahan tidak ada hambatan pada 2021 ini,  pencanangan pembangunan jalan itu segera terealisasi,” ungkapnya.

Untuk pelaksanaan program pembangunan kata dia, dikerjakan tahun sekarang, dan pihaknya mengajak masyarakat untuk melakukan padat karya. “Nantinya, pemanfaatan jalan tersebut untuk menunjang peningkatan perekonomian bagi warga petani,” jelasnya lagi.

Menurutnya, dengan jalan itu aka nada peningkatan ekonomi masyarakat dari hasil bumi dan tidak menutup kemungkinan yang memiliki tanah, ketika jalannya telah terwujud  dipastikan harga jual tanah secara otomatis semakin meningkat. “Karena itu tadi yang paling utama adalah akses jalannya dulu, sudah terbangun,” tukasnya.

Dengan terwujudnya jalan, tambah Yani, jalan tersebut bisa bermanfaat untuk para pengunan jalan khusunya masyarakat setempat. Untuk itu, yani berharap kepada masyarakat  harus saling menjaga dan merawat ketika jalan baru itu sudah terbangun.

** Arip Ekon