32 C
Bogor
Sunday, July 20, 2025

Buy now

spot_img
Home Blog Page 1173

Suka Manis, Gula Batu Gutera jadi Alternatif

Bogor  | Jurnal Inspirasi
Kota Bogor memang tidak pernah kehabisan produk khas buatan usaha rumah tangga dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Produk Gula Batu Gutera hadir sebagai alternatif pemanis pengganti gula pasir biasa bagi berbagai macam minuman, baik untuk kopi hingga teh. Usaha keluarga yang dimulai sejak 2017 itu kini fokus pemasaran secara online agar bisa berkembang menjadi produk ekspor dari Kota Bogor.

Direktur Gutera, M Rully Praditpa mengatakan, produk gula batu Gutera baru benar-benar dipasarkan sejak awal tahun 2021 setelah mengantongi izin BPOM pada Januari lalu. Menurutnya, produk gula batu Gutera jadi alternatif penggunaan gula pasir biasa karena lebih sehat. Sebab, proses pembuatan melalui proses yang lebih tradisional dan sederhana.

“Kita baru pasarin di tahun ini karena baru dapat BPOM-nya di awal tahun ini. Saya melihat ini peluang karena belum banyak yang pakai gula batu. Ditambah pengalaman pribadi, ini jadi alternatif pemanis selain gula pasir biasa,” katanya kepada media.

Meskipun berpusat di Tangerang, sambung dia, produk gula batu Gutera sudah tersebar di Jabodetabek dan wilayah lain. Sebab, masih mengandalkan pemasaran lewat online. Pemasaran langsung dengan target rumah tangga memang ia rintis bersama keluarga, dari mulut ke mulut atau antara teman dekat. Seiring berjalan waktu, produk pun dikenal luas dan makin banyak produksi.

“Proses buatnya juga sederhana. Lebih ke tradisional. Dari tebu, lalu jadi cair, kemudian dipanaskan dan didiamkan sampai bentuknya seperti ini. Ini mudah larut baik dicampur dengan kopi, teh atau lainnya,” ujar Rully.

Sementara itu, Bussiness Development Manager Gutera Cita Rianti didampingi Stockist Bogor, Siti Ayu Devianti berharap produk Gutera tidak hanya dipasarkan di Bogor atau Jabodetabek saja. Tapi juga bisa berkembang dan menjadi produk ekspor asli Bogor ke luar negeri.

“Ya minimal untuk tingkat Asia Tenggara dulu, negara tetangga seperti Singapura atau Malaysia. Kami berharap produk Gutera bisa diterima masyarakat, bukan cuma jadi produk Bogor yang laku di dalam negeri, tapi juga jadi produk gula batu dari Kota Bogor yang bisa diekspor. Jadi produk ekspor dari Bogor,” tuntasnya. 

** Handy Mehonk

Beratapkan Terpal, Mobil Pol PP Pamijahan tak Ubah Seperti Mobil Pedagang Tahu Bulat

Pamijahan l Jurnal Inspirasi

Kondisi mobil operasional milik Satpol PP Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor kini menjadi sorotan warga Kecamatan Pamijahan. Pasalnya terlihat bagian atap dan belakang kendaraan itu dipasang dengan terpal. Kondisi mobil seperti ini pun menjadi pertanyaan warga. 

“Ini mobil operasional Satpol PP, atau kendaraan tukang jualan tahu bulat digoreng dadakan,” kata salah satu warga Desa Cibitungwetan, Entis kepada wartawan, kemarin.

Sembari  memperhatikan kondisi mobil yang biasa digunakan petugas Pol-PP yang terparkir di depan Kantor Desa Cibitungwetan, menurutnya, pemerintah tega membiarkan kondisi mobil seperti itu,” paparnya. “Sampai gak kesampaian beli atap mobil, kasihan para anggota, takutnya malu apalagi kehujanan,” katanya.

Sementara, Kasi Trantib Kecamatan Pamijahan Agus mengatakan, bahwa perbaikan mobil itu terkendala waktu dan belum adanya anggaran. “Belum sempat dibawa ke bengkel, lagi pula anggarannya di kecamatan juga belum cair,” ungkap Agus. “Katanya anggarannya belum cair, akan tetapi yang penting kerjaannya beres,” guyon Agus.

Terpisah, Sekretaris Camat Pamijahan Yudi Hartono, mengaku anggaran untuk  perbaikan kendaraan operasional Satpol PP baru akan diusulkan. “Nanti kita usulkan anggaran untuk perbaikan kendaraan tersebut. Ya, idealnya harus ganti pake doble kabin,” kata Yudi.

Sebetulnya kata dia, kalau  untuk  pemeliharaan skala kecil sudah diarahkan agar mobil tersebit dibawa ke bengkel.  “Sudah diarahkan tapi sampe hari ini belum dibawa mungkin masih dipake,” tuturnya.

Ia berharap akan ada mobil operasional yang baru untuk di Pamijahan, khususnya kendaraan operasional Pol PP. Yudi Hartono yang merupakan mantan Ketua KNPI Kabupaten Bogor ini menyebutkan, anggaran di kecamatan untuk perbaikan kendaraan tersebut  itu tidak ada. “Gak ada anggaran untuk kaitan mobil mah,” imbuhnya.

“Mudah-mudahan bonus produksi (BP) bisa diarahkan salah satunya untuk alokasi kendaraan di kecamatan,” tukasnya.

** Arip Ekon

Agar tak Salah Langkah Gunakan Samisade, Pemdes Cibantok Satu Bakal Libatkan Masyarakat

Cibungbulang | Jurnal Inspirasi

Anggaran Samisade yaitu satu miliar satu desa yang digulirkan Bupati Ade Yasin untuk infrastruktur di masing-masing wilayah di Kabupaten Bogor terus menjadi pembahasan. Selain anggaran yang begitu besar juga penggunaan anggaran menjadi salah satu yang harus diwaspadai seluruh kepala desa.

Menanggapi hal itu, Kades Cibatok I Cecep Haerudin mengaku akan berhati-hati apalagi selaku kepala desa ia tidak ingin gegabah dalam merealisasikan bantuan Samisade untuk desa. “Kami pun sesuai aturan yang ada tidak akan menggunakan pihak ketiga dalam pelaksanaannya, padat karya yang akan kami kedepankan, melibatkan warga sekitar untuk mengurangi pengangguran dan tentunya melibatkan BPD, LPM, tokoh masyarakat RT dan RW ,” kata Cecep Haerudin,  Rabu  (24/2/2021).

Cecep mengatakan,  untuk Samisade di Desa Cibantok itu dalam usulan sebelumnya, satu miliar akan digunakan untuk pembangunan jalan lingkungan dengan betonisasi di Kampung Kalurahan RW 05. “Kami memilih jalan itu karena sekian tahun belum tersentuh pembangunan panjangnya 230 meter dengan lebar 2 meter,” kata Cecep.

Dia menjelaskan, dengan adanya bantuan Samisade ditengah pandemi Covid-19, maka pembangunan infrastruktur bantuan dari DD dibatasi karena untuk penanganan Covid. “Alhamdulillah dengan adanya Samisade ini cukup terbantu dan saya selaku kades baru menjabat banyak mengucapkan rasa syukur kepada Bupati Bogor,” pungkasnya.

** Cepi Kurniawan

Ratusan Lapak PKL di Leuwiliang Dibongkar Pol PP Kabupaten Bogor

Leuwiliang | Jurnal Inspirasi

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Bogor membongkar ratusan lapak  pedagang kaki lima (PKL) yang berada di bahu jalan raya Leuwiliang dan di dalam area Pasar Leuwiliang, Rabu (24/2/2021). Salah satu PKL Joni menjelaskan, dirinya  pasrah dan menerima atas pembongkaran yang dilakukan Pol PP asalkan diberikan tempat lebih layak.

“Mau gimana lagi, saya pasrah saja, dan saya disini dagang pakaian. Solusinya dikasih tempat layak, karena kondisi lagi begini sangat susah,” kata Joni, kepada wartawan.

Lebih lanjut ia berharap ekonomi lebih baik, namun kalau Satpol PP mau membongkar dimintanya harus rata dan jangan tebang pilih. Dia menuding masih banyak pedagang liar lain tak dibongkar. “Saya terima, tapi jangan tebang pilih masih banyak pedagang lain pun, bahkan angkutan umum harus ditata juga jangan parkir sembarang,” keluhnya.

Sementara itu, Kasie operasi pol PP Kabupaten Bogor Rhama menjelaskan, ada sekitar 100 PKL yang dibongkar karena menyalahi aturan garis sepadan jalan dan berdiri di lahan tidak peruntukan buat berdagang.

“Selain membongkar di jalan utama, pedagang di dalam Pasar Leuwiliang pun kita bongkar bekerjasama dengan pihak PD Pasar Tohaga sehingga penataan pasar lebih rapi,” tegasnya.

Rhama juga menuturkan, kegiatan ini sudah dilakukan di beberapa pasar yang memang masuk dalam program Pemkab Bogor dengan Pol PP. “Kalau di wilayah Bogor Barat baru Pasar Leuwiliang, tapi tidak menutup kemungkinan pasar lain pun akan sama dibongkar khususnya PKL,” cetusnya.

** Cepi Kurniawan

Kalapas Geram Peredaran Narkoba Disebut dari Lapas Gunung Sindur

Gunung Sindur | Jurnal Inspirasi

Beredar informasi bahwa penangkapan narkoba di Cianjur dikendalikan dari Lembaga Pemasyarakatan khusus kelas IIA Gunung Sindur. Kepala Lapas Mujiarto pun angkat bicara, ia menegaskan di lapas tersebut tidak ada pengendalian narkoba.

“Saya tegaskan lagi tidak ada disini kan ada dua lapas, seharusnya dilakukan investigasi dulu jangan asal ngomong dan sejauh ini belum ada komunikasi dari Polres Cianjur ke Lapas Gunungsindur,” kata Kalapas Khusus kelas IIA Mujiarto saat dikonfirmasi melalui sambungan teleponnya.

Dia menambahkan, pada penangkapan pelaku pembawa ganja saja di Parung ada yang klaim dikendalikan napi di wilayah Bogor juga.

“Perlu pembuktian yang valid jangan sampai omongan saja. Bahkan kami pun langsung melaksanakan sidak ke sejumlah blok di lapas beserta pihak kepolisian dan hasilnya tidak ditemukan barang mencurigakan,” tegasnya.

** Cepi Kurniawan

Komunitas Relawan Kemanusiaan Bogor Barat Gelar Aksi Peduli Korban Banjir

Cileungsi | Jurnal Inspirasi

Komunitas Kemanusiaan Relawan Bogor Barat membagikan paket bantuan kepada korban banjir berupa nasi bungkus, masker dan makanan ringan kepada masyarakat yang terdampak bencana banjir pada waktu lalu di wilayah timur Kabupaten Bogor, tepatnya Kampung Bakom, RT 5, RW 5, Desa Limusnunggal, Kecamatan Cileungsi, Kabupeten Bogor, Rabu (24/02).

Relawan tersebut melakukan pendistribusian langsung kepada warga korban bencana banjir dan didampingi oleh Kepala Desa Limusnunggal Galih Rakasiwi beserta jajaran Pemerintah Desa Limusnunggal, serta Ketua Bogor Timur Jurnalis (BTJ) Sudadi.

Menurut keterangan ketua Komunitas Relawan Kemanusiaan Bogor Barat Dessy Suprihartini bahwa bantuan ini semata-mata hanya ingin bisa bermanfaat untuk masyarakat. “Kami dari tim Relawan Kemanusiaan Bogor Barat hanya ingin menjadi manusia yang bermanfaat untuk sesama dengan membuat aksi nyata untuk perduli banjir untuk  wilayah Bogor dan Jabodetabek,” ujar Dessy Suprihartini.

Dia mengharapkan keperdulian ini bisa meringankan beban masyarakat yang menjadi korban banjir. “Semoga bantuan nasi bungkus, masker serta makanan ringan ini bisa bermanfaat untuk warga. Apalagi disaat pandemi seperti sekarang ini, lalu tertimpa musibah banjir pula. Dan saya juga berdoa agar musibah banjir ini tidak terulang kembali,” harapnya.

Di kesempatan yang sama, Kepala Desa Limusnunggal Galih Rakasiwi mengucapkan rasa terima kasih kepada  Komunitas Relawan Kemanusiaan Bogor Barat yang telah perduli terhadap warga korban banjir di Desa Limusnunggal.

“Saya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Komunitas Relawan Kemanusiaan Bogor Barat yang sudah menyumbang dengan memberikan nasi bungkus, makanan ringan dan juga masker,” pungkasnya.

** Nay Nur’ain

Belum Lama Selesai Dikerjakan, Mega Proyek Bomang Ambles

Kemang | Jurnal Inspirasi

Mega proyek  jalan Bojonggede – Kemang yang berada di wilayah Desa Jampang, Kecamatan Kemang yang baru rampung pengerjaanya mengalami ambles. Padahal, proyek tersebut menelan biaya besar dan belum ada setahun sudah rusak.

Kepala Desa Jampang, Wawan Hermawan mengatakan, amblesnya bahu jalan bomang yang berada di RT 02, RW 02 membuat warganya resah. Pasalnya bahu jalan yang lebih tinggi bisa berdampak buruk terhadap 10 rumah warga di sekitar.

“Kurang lebih ada 10 rumah yang berdekatan dengan amblesnya bahu jalan Bomang. Saya meminta secepat mungkin bahu jalan yang ambles diperbaiki. Bila perlu dibuat turap untuk menahan kekuatan jalannya,” kata Wawan kepada wartawan, Kamis (24/2/2021).

Wawan mengimbau kepada warganya yang rumahnya berdekatan dengan bahu jalan yang ambles agar waspada saat hujan turun karena dikhawatirkan ada longsor. “Saya himbau agar lebih hati-hati, tadi saya lihat ke lokasi sudah dipasangi bambu untuk menahan longsoran tanah tersebut,” cetusnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Bogor, Aan Triana Al Muharom menjelaskan bahwa kondisi ini masih tanggung jawab pihak kontraktor karena masih masa perawatan.

“Kalau tidak ada perbaikan atau dibiarkan tanpa ada perbaikan itu sangat salah. Apalagi, proyek ini menelan anggaran yang cukup besar dan masih ada tahapan selanjutnya,” tutupnya.

** Cepi Kurniawan

Bank Kota Bogor Raih Penghargaan Sebagai Bank Kinerja Cemerlang

Bogor | Jurnal Inspirasi

Perumda BPR Bank Kota Bogor kembali memperoleh penghargaan BPR Awards dengan predikat The Best 32 BPR Milik Pemda dari Majalah Infobank berdasarkan riset Infobank. Penilaian kinerja bank khususnya BPR ini dilakukan setiap tahun oleh riset Infobank yang dalam perjalanannya Perumda BPR Bank Kota Bogor sudah 10 kali memperoleh penghargaan Infobank Award.

Kriteria penilaian BPR Milik Pemda 2021 dikelompokan dalam 9 kategori berdasarkan asset, dan Perumda BPR Bank Kota Bogor masuk ke dalam kategori BPR Beraset Rp 100 – 250 miliar. Dalam kategori tersebut Perumda BPR Bank Kota Bogor menduduki peringkat ke-4 dari total 10 BPR Milik Pemda dan menduduki peringkat pertama se Jawa Barat.

Perolehan berturut-turut pengharggaan Infobank Award tersebut merupakan hasil kerjasama pengurus, dan pegawai serta didukung oleh para stakeholder, terutama kepercayaan nasabah.

Dengan penghargaan Infobank Award yang diperoleh Perumda BPR Bank Kota Bogor ini, tentunya menjadi pemicu untuk terus menjaga dan meningkatkan kinerja yang lebih baik kedepannya. Dan tentunya menjadi BPR yang senantiasa terus membangun kepercayaan dari nasabah dengan memberikan pelayanan prima, dan mampu berkiprah dalam meningkatkan perekonomian daerah untuk kemajuan Kota Bogor yang kita cintai.

** Aprillia Purwanti/Humas&CSR

HADITS HARI INI


24 Februari 2021
12 Rajab 1442 H

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ قَتَادَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا أَحَدٌ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يُحِبُّ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا وَلَهُ مَا عَلَى الْأَرْضِ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا الشَّهِيدُ يَتَمَنَّى أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا فَيُقْتَلَ عَشْرَ مَرَّاتٍ لِمَا يَرَى مِنْ الْكَرَامَةِ

Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Basysyar, telah bercerita kepada kami Ghundar, telah bercerita kepada kami Syu’bah berkata; Aku mendengar Qatadah berkata; Aku mendengar Anas bin Malik radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Tidak seorangpun yang masuk Surga namun dia suka untuk kembali ke dunia, karena menurutnya di dunia tidak ada yang bernilai sedikit pun, kecuali orang yang mati syahid dimana dia berkeinginan untuk kembali ke dunia, kemudian berperang lalu terbunuh hingga sepuluh kali karena dia melihat keistimewaan dan karomah mati syahid.

HR Bukhari No. 2606.

وَعَلَيْكُمْ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Miris, Pemerintah tak Miliki Grand Design Guru Honorer

Jakarta | Jurnal Inspirasi

Pemerintah hingga kini dinilai tidak memiliki rancangan induk (grand design) tentang guru sehingga kasus guru honorer masih akan terus terjadi alias jadi bom waktu. Seperti kasus pemecatan guru honorer Hervina di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan yang mengunggah gajinya selama empat bulan sebesar Rp700 ribu di media sosial, baru-baru ini, meski diperkerjakan lagi namun merupakan satu dari banyak cerita sulitnya perjuangan tenaga pendidikan.

“Di UU ASN, UU Guru dan Dosen, tidak dikenal guru honorer, yang ada guru ASN dan guru Yayasan. Guru ASN itu ada PPPK dan PNS. Nah, kenapa muncul guru honorer karena kelalaian pemerintah untuk segera mengangkat guru-guru menjadi ASN, banyak guru pensiun sementara yang diangkat minim,” kata  Pakar Pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Cecep Darmawan dikutip dari BBC, Selasa (23/2).

Bahkan kata Cecep, minimnya jumlah guru ASN menyebabkan sekolah menjadi dilema. “Menunggu guru ASN sulit dan lama, akhirnya diangkat guru-guru yang diberi label honorer. Ini menurut saya kelalaian pemerintah yang menjadi bom waktu,” tambah guru besar UPI tersebut.

Pengangkatan guru honorer ini, kata Cecep, kemudian mengandalkan anggaran dana BOS yang terbatas, akibatnya gaji para guru honorer menjadi tidak layak. Untuk itu, kata Cecep, pemerintah harus segera membuat pemetaan untuk kemudian mengangkat guru honorer dengan memprioritaskan mereka yang sudah memberikan pengabdian lama.

“Mereka yang di bawah 35 tahun diangkat PNS, yang usia di atas itu jalur PPPK. Ada target waktu dan peta jalannya. Kalau tidak saya khawatir kita akan darurat guru. “Jadi kebijakan yang sifatnya afirmatif. Dihitung saja oleh pemerintah, berapa banyak yang sudah mengabdi lebih dari sepuluh tahun.”

“Kalau saya, angkat saja itu tanpa tes PPPK. Tentu yang memenuhi persyaratan. Logikanya, mereka sudah 10 tahun jadi guru, masa belum profesional,” kata Cecep.

Setelah diangkat, ujar Cecep, kemudian dilakukan pelatihan sesuai yang dipersyaratkan seperti pendidikan profesi guru (PPG). Pasalnya, guru-guru honorer di Indonesia mengungkapkan menerima gaji yang jauh dari kata layak walaupun telah mengabdi belasan bahkan puluhan tahun tanpa kepastian status kerja. Mereka terpaksa mencari pekerjaan sampingan demi bertahan hidup. Namun, mereka memutuskan tetap bertahan karena satu hal, yaitu mencintai pekerjaan.

Penyelesaian kasus Hervina yang mengabdikan 16 tahun sebagai guru honorer dengan mediasi dan kembali mengajar hanyalah solusi jangka pendek yang tidak menyelesaikan akar permasalahan guru honorer, yaitu upah minim dan tidak ada kepastian status kepegawaian.

Pemerintah lewat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berupaya menyelesaikan masalah guru honorer dengan program Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) – merekrut satu juta guru. Namun, sebagian guru honorer menolak cara ini, khususnya bagi mereka yang sudah tua, hanya lulusan sekolah pendidikan guru – setara SMA – dan telah mengabdi belasan tahun, sebab PPPK mensyaratkan pendidikan minimal sarjana.

Sementara di Kabupaten Bogor juga ada cerita dari Dewi, seorang guru honorer dari tahun 2006 hingga sekarang, atau sudah 15 tahun. Ia sama seperti Hervina, seorang guru honorer SDN yang digaji menggunakan dana bantuan operasional sekolah (BOS).

“Pertama kali lulus SMA diterima jadi guru honorer dan digaji Rp50 ribu sebulan, lalu naik jadi Rp100 ribu, Rp150 ribu hingga Rp500 ribu,” kata Dewi kepada wartawan BBC News Indonesia Raja Eben Lumbanrau. “Setelah 11 tahun naik menjadi Rp1 juta sampai tahun kemarin menjadi Rp1,5 juta,”

Dengan penghasilan itu, Dewi yang telah mendapat gelar sarjana pendidikan tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Beruntung, ia memiliki suami yang bekerja.

“Penghargaan kepada kami, seperti gaji rendah, masih di bawah standar. Kalau dibilang cukup, itu tidak etis, sedih rasanya. “Ditambah lagi, gaji dana BOS datangnya tidak setiap bulan. Seperti sekarang, dana BOS belum turun ke sekolah. Jadi kami tidak gajian dari Januari,” katanya.

Dewi merasa tidak ada penghargaan dari pemerintah yang membuat dirinya dapat mengabdi dengan tenang. Hingga kini Dewi masih bergulat dengan kesejahteraan padahal jasanya telah membuat anak didiknya dapat mencapai mimpi menjadi tentara, sarjana dan dokter.

Lalu, apa tanggapan Dewi terkait program PPPK?. “Saya tidak setuju karena itu bukan solusi, tapi mau tidak mau harus daftar,” jelas Dewi.

“Saya sudah berumur 35 tahun, CPNS tahun ini tidak ada. Kalau tidak dicoba, saya bisa menjadi guru honorer seumur hidup,” jelasnya kemudian, seraya menyebut saat ini jumlah guru honorer rata-rata lebih dari 50% dari total guru yang mengajar di satu sekolah negeri di Kabupaten Bogor.

Dewi berharap, pemerintah mempertimbangkan guru honorer yang telah lama mengabdikan diri, belasan hingga puluhan tahun, agar mendapatkan prioritas menjadi aparatur sipil negara (ASN).

Sementara pemerintah mengklaim ada perlindungan kerja dan kesejahteraan guru. Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan pada Kementerian Pendidikan, Iwan Syahril mengatakan, rekrutmen ASN-PPPK menjadi salah satu solusi untuk menyelesaikan masalah kekurangan guru, kesejahteraan guru honorer, hingga perlindungan kerja guru di berbagai daerah.

“Gaji dan tunjangan PPPK sama dengan PNS. Hal ini akan menjawab persoalan kesejahteraan guru honorer,” tegas Iwan dalam siaran pers yang merespon kasus Hervina.

“Selain itu, pada manajemen PPPK, terdapat pasal pemutusan hubungan perjanjian kerja yang sudah diatur dan ada prosedurnya sehingga bisa memberikan perlindungan kerja kepada guru,” lanjutnya.

Namun ketika ditanya mengenai keluhan para guru honorer dan upaya pemerintah untuk menyelesaikan masalah guru honorer itu, Iwan tidak merespon. Sebelumnya, Mendikbud Nadiem Makarim mengatakan, pemerintah akan membuka seleksi formasi guru PPPK hingga satu juta yang tidak terpengaruh batas usia dan lama bekerja.

Perekrutan PPPK dijadwalkan akan dimulai Juni mendatang. Guru honorer yang bisa mendaftar adalah mereka yang tercatat di dapodik dan lulusan pendidikan profesi guru (PPG) yang saat ini tidak mengajar.

Setiap pendaftar diberi kesempatan mengikuti ujian seleksi sampai tiga kali. Kemendikbud juga menyediakan materi pembelajaran secara daring dan seluruh biaya penyelenggaraan ditanggung negara.

“Semua guru honorer bisa mengikuti tes tersebut tapi yang akan diangkat menjadi guru P3K hanya yang lulus tes, berapa pun jumlahnya. Kalau yang lulus tes 200.000 berarti 200.000 yang diangkat,” kata Nadiem dalam Taklimat Media tentang Capaian Program Prioritas Tahun 2020 dan Program Prioritas Tahun 2021.

** ass