Ciawi | Jurnal Inspirasi
Menteri Pertanian Syahrul Yassin Limpo menegaskan generasi muda atau yang biasa disebut pemuda milenial menjadi penentu kemajuan pertanian di masa depan. Estafet petani selanjutnya adalah pada pundak generasi muda, mereka mempunyai inovasi dan gagasan kreatif yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan pertanian. Mentan percaya anak muda yang mau terjun di bidang pertanian bisa punya peluang kehidupan dan ekonomi yang lebih baik. Dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia, dunia dalam genggaman mereka.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan) Dedi Nursyamsi menambahkan, keberadaan para petani milenial sangat diperlukan untuk menjadi pelopor sekaligus membuat jejaring usaha pertanian.
“Mereka diharapkan mampu menarik minat generasi milenial menekuni usaha di bidang pertanian. Apalagi, sudah banyak petani milenial yang kini telah menjadi pengusaha sektor pertanian dan mengembangkan usahanya dari hulu hingga hilir,”ujarnya.
Terpilihnya Duta Petani MIlenial asal Semarang Shofyan Adi Cahyono menjadi magnet generasi milenial Kabupaten Semarang terjun ke pertanian. Bahkan sebutan Petani sekarang populer dipanjangkan menjadi Pemuda Tampan Masa Kini. Hal tersebut diungkap Iswanto S.TP Koordinator Kelompok Jabatan Fungsional Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan Kabupaten Semarang Jawa Tengah.
“Kehadiran Shofyan Adi Cahyono sebagai Duta Petani Milenial memberi warna bagi generasi milenial Kabupaten Semarang untuk tampil mengambil peran di pertanian, “ ujarnya, Minggu(3/5).
Iswanto menyebut petani milenial yang mengelola Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Tani Manunggal di Desa Bedono Kecamatan Jambu mengelola kopi mulai dari penanaman, panen, proses pembuatan jadi kopi bubuk kemasan, hingga warung kopi siap saji. Bahkan produk kopi Gunung Kelir sudah diekspor hingga Australia. Lebih dari itu, mereka juga merintis wisata edukasi prose pembuatan dan pengolahan kopi. Wisatawan bisa datang langsung ke lokasi ini untuk bersama-sama melakukan proses pengolahan dari biji kopi menjadi bubuk dan siap saji.
Selain itu tanaman hias yang dikenal kalangan awam dengan sebutan Sri Rejeki atau Aglaonema yang dinobatkan menjadi salah satu andalan di Kabupaten Semarang juga tengah terus dikembangkan sejumlah petani milenial tanaman hias. Aglaonema selama ini cocok dibudidayakan di wilayah Bandungan dan Ungaran serta Getasan yang berada di kaki gunung Merbabu dan Telomoyo.
Tak sia – siakan kesempatan Dinas Pertanian terus mendorong trend positif ini dengan melakukan pembinaan melalui kegiatan pelatihan, fasilitasi sarana rumah kemas dan sejumlah fasilitas lainnya. Ke depan diharapkan lebih banyak petani milenial yang muncul dengan komoditas berbeda karena potensi pertanian Kabupaten Semarang begitu banyak seperti kopi, tanaman hias, hortikultura buah – buahan, sayuran baik konvensional maupun organik dan padi organik serta konvensional.
“Petani – petani milenial sekarang lebih mudah diberikan informasi teknologi terbaru. Mereka cepat beradaptasi dengan teknologi, jadi menyampaikannya pun mudah, “ ucapnya.
RG/PPMKP