Nanggung l Jurnal Inspirasi
Penderita penyakit hedrosefalus Muhamad Altakih (7 bulan), bayi laki-laki asal Kampung Pasirgintung RT 01 RW 04, Desa Batutulis, Kecamatan Nanggung, bakal dibantu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bogor Nurodin.
Nurodin yang biasa panggil Jaro Peloy, merespon cepat setelah mendengar kabar dari media adanya salah satu warga yang menderita penyakit hedrosefalus.” Tolong segera kirim kartu keluarga si penderita penyakit tersebut. Lewat aplikasi WhatsApp aja kirim kartu keluarganya ke saya nanti kita bantu,” kata Jaro Peloy, saat dihubungi Jurnal Bogor, Minggu (26/7)
Jaro Peloy politisi PKB ini berjanji, meski penderita tersebut belum memiliki kartu BPJS, dia akan membantu pembuatan kartunya untuk penanganan kesembuhan M.Altikah. “Menjadi dasar utama adalah kartu keluarga dan segera kirim ke saya. Kasihan itu harus cepat dibantu karena kami ada tim kader yang menangani hal itu,” janjinya.
Sedangkan, kata dia, kalau memang BPJS-nya belum ada, nanti akan dibuatkan sekalian, karena penanganan penyakit hedrosefalus itu harus dibawa ke rumah sakit Cipto Jakarta, dan harus menggunakan BPJS. “Tinggal kesiapan keluarganya aja berikut fasilitas kendaraannya nanti kita siapkan,” ucapnya.
Sebelumnya diberitakan Jurnal Bogor, kondisi M. Altakih anak ketiga pasangan Cecep Sukaezi dan Siti Aisyah itu sangat memprihatinkan, penyakit sang buah hati diketahui sejak berumuran 2 bulan. Namun kondisi sekarang terlihat semakin parah, orang tua bayi belum bisa membawa anaknya berobat karena keterbatasan biaya.
” Waktu usia masih didalam kandungan hingga lahir waktu itu kedaannya biasa saja, tidak ada gejala atau tanda- tanda kalau M.Altakih menderita penyakit hedrosefalus,” ujar Ibu Kandung M. Altakih Aisyah, kepada Jurnal Bogor.
“Dari umur 2 bulan M Altakih terbaring sakit karena menderita pembesaran di bagian kepala,” kata Aisyah dengan nada sedih. Untuk memastikan penyakit yang diderita sang anak, kata Aisyah, pernah mencoba membawa M.Altikah ke Puskesmas Nanggung, Namun belum bisa dirujuk ke rumah sakit lain lantaran ketiadaan kartu BPJS. ” Kartu BPJS sedang diurus dari bulan Maret, tetapi hingga sekarang belum juga beres,” keluhnya.
Menurutnya, semenjak pandemi Covid-19 pada Maret sang suami yang berpropesi sebagai sopir angkot 02, Bubulak Sukasari pendapatan usahanya tak menentu. “Bukannya tidak mau membawa berobat anak ke rumah sakit, tahu sendiri kondisi sekarang ini pendapatan sebagai sopir angkot dalam sehari hanya mendapat 30 atau 50 ribu saja,” kata dia.
Informasinya, ucap Aisyah, untuk penyembuhan M.Altakih harus dibawa ke rumah sakit di Jakarta. “Karena itu kami berharap kepada pemerintah untuk membantu biaya pengobatan penyakit anak saja,” ucapnya.
Sementara, Kepala Desa Batutulis Ade Supriatna melalui selulernya, menyatakan pihaknya sudah beberapakali membantu dan berkunjung kerumah warganya yang merupakan penderita penyakit hedrosefalus. ” Sudah beberapa kali kami datang termasuk mengantarkan bantuan dari bansos berupa paket sembako,” kata Ade.
Ade berujar, bahwa untuk menangani warganya yang terkena penyakit tersebut, kata Ade, pihak RT maupun RW sudah berupaya membantu, tetapi masalah ini bukan hanya tanggung jawab desa saja melainkan tanggung jawab bersama,” pungkas dia.
** Arip Ekon