29.8 C
Bogor
Saturday, September 13, 2025

Buy now

spot_img
Home Blog Page 52

PTP ‘Nyerah’ Takkan Ikut Lelang Biskita

jurnalinspirasi.co.id – Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Transportasi Pakuan (PTP) dipastikan tidak akan mengikuti lelang operator Buy The Service (BTS) Biskita Trans Pakuan.

Direktur Utama PTP Rachma Nissa Fadliya menegaskan bahwa pihak lnya tidak akan mengikuti lelang Biskita di unit Pengadaan Barang Jasa (PBJ) Sekretariat Daerah (Setda) Kota Bogor.

Rachma berdalih bahwa tidak berpartisipasinya PTP dalam lelang Biskita lantaran pihaknya sama sekali belum memiliki unit bus.

“Kami belum memiliki unit sebagai persyaratan lelang, maka kami sendiri juga tidak akan mengikuti proses lelang operator,” ujarnya kepada wartawan, Senin (3/2/2025).

Kepala Dishub Kota Bogor, Marse Hendra Saputra mengatakan bahwa pihaknya sudah berkoordinasi dengan Bagian Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) terkait pelaksanaan lelang, dan mengenai penggunaan e-katalog versi lima atau enam.

“Selain itu kami juga sudah menyiapkan persyaratan administrasi dan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang kini sedang direview Inspektorat,” ujar Marse.

Marse juga menegaskan bahwa pihaknya juga terus berkoordinasi dengan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) mengenai IT dan manajemen pengelolaan (MP).

“Ya, mudah-mudahan pertengahan Februari sudah bisa jalan lagi,” ucapnya.

Saat disinggung mengenai peluang besar Kodjari memenangkan tender dan kurang transparannya mengenai sharing profit dengan PTP. Marse mengaku tidak mengetahui mengenai hal itu.

“Kalau sharing profit itu kan B To B antara PTP dan Kodjari,” ucap dia.

Yang pasti, kata dia, pengelolaan halte Biskita akan dilakukan oleh PTP. Kemudian Terminal Bubulak difungsikan sebagai pul serta pemberangkatan awal juga dikelola PTP.

“Begitu juga di Ciparigi, diharapkan bisa dikerjasamakan lagi,” kata mantan Camat Bogor Utara itu.

** Fredy Kristianto

Gas Melon Langka, DID Sebut Kebijakan Pemerintah Pusat Perburuk Kondisi Rakyat

jurnalinspirasi.co.id – Kebijakan pemerintah yang melarang pendistribusi gas elpiji 3 kilogram ke pengecer, menyebabkan kelangkaan hampir di semua daerah.

Wakil Ketua III DPRD Kota Bogor, Dadang Iskandar Danubrata (DID) menyebut bahwa kebijakan tersebut justru memperburuk kondisi rakyat, terutama kalangan menengah ke bawah.

Menurut dia, kebijakan ini menciptakan ketidaknyamanan dan kesulitan bagi masyarakat, dimana sebelumnya warung-warung menjadi titik distribusi yang paling dekat dengan masyarakat. Namun, dengan adanya larangan penjualan gas melon 3 kilogram, membuat masyarakat kini harus pergi ke pangkalan yang lokasinya seringkali jauh dan tidak mudah dijangkau.

“Bagi masyarakat di daerah terpencil atau mereka yang tidak memiliki kendaraan pribadi, hal ini menjadi beban tambahan yang menyulitkan. Harus bayar ojek atau yg lainnya, Akibatnya, banyak orang terpaksa mengantri berjam-jam, tak jarang warga harus hujan-hujanan saat mengantre sehingga ada yang sakit, bahkan sampai meninggal karena kelelahan. Parahnya, setelah lama antre justru tidak kebagian,” jelasnya kepada wartawan, Senin (3/2).

DID menilai bahwa kebijakan tersebut membuat penyaluran gas menjadi terbatas, sehingga membuat pangkalan tak mampu memenuhi permintaan pasar. Akibatnya stok gas cepat habis.

“Situasi ini diperburuk oleh kurangnya antisipasi pemerintah dalam menyediakan infrastruktur dan logistik yang memadai untuk mendukung kebijakan baru ini,” katanya.

Ia juga menyebut bahwa kebijakan tersebut sama saja menggerus pedagang kecil yang telah lama menjadi ujung tombak distribusi dengan memutus mata rantai.

“Kebijakan tersebut dibuat tanpa kajian mendalam terhadap realitas sosial dan ekonomi masyarakat. Padahal beberapa warung sendiri bisa jadi solusi buat warga yang tidak nmmampu, selain dekat rumah, warga juga bisa mengambil dulu gas melonnya dan bayar belakangan (dihutang),” tuturnya.

Politisi PDI Perjuangan ini juga menyebut bahwa kebijakan ini berpotensi memicu praktik penimbunan dan pasar gelap, atau menjual dengan harga lebih tinggi.

“Jelas itu akan memberatkan masyarakat kecil. Akibatnya, masyarakat yang tidak mampu mendapatkan gas terpaksa beralih ke sumber energi alternatif yang lebih mahal atau kurang aman, seperti minyak tanah atau kayu bakar. Hal ini tidak hanya memberatkan ekonomi keluarga, tetapi juga berdampak negatif pada kesehatan dan lingkungan,” tuturnya.

Atas dasar itu, kata dia, pemerintah perlu segera mengevaluasi kebijakan ini dan mempertimbangkan langkah-langkah perbaikan.

“Pemerintah harus mengembalikan peran warung sebagai titik distribusi gas melon 3 kilogram. Warung-warung kecil telah terbukti efektif dalam mendistribusikan gas ke masyarakat, terutama di daerah terpencil,” katanya.

Kemudian, sambung dia, pemerintah harus meningkatkan jumlah pangkalan resmi, dan memastikan distribusi yang merata ke seluruh wilayah, termasuk daerah terpencil.

“Harus diperkuat juga pengawasan dan transparansi dalam rantai distribusi untuk mencegah penimbunan dan praktik pasar gelap. Pemerintah perlu mendengarkan masukan dari berbagai pihak, termasuk pedagang kecil dan konsumen, sebelum menerapkan kebijakan yang berdampak langsung pada kehidupan rakyat,” paparnya.

Selain itu, kata dia, pemerintah mesti menyediakan infrastruktur dan logistik yang memadai untuk mendukung distribusi gas melon 3 kuligramsecara efektif dan efisien.

“Kebijakan distribusi gas melon yang hanya mengandalkan pangkalan resmi jelas tidak sesuai dengan kebutuhan dan realitas kehidupan masyarakat. Pemerintah harus menyadari bahwa kebijakan yang baik adalah kebijakan yang memudahkan, bukan mempersulit, akses rakyat terhadap kebutuhan pokok,” ungkapnya.

Apabila tidak segera diperbaiki, sambung ya, kebijakan ini hanya akan menambah daftar penderitaan rakyat dan mengikis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

** Fredy Kristianto

Sukses Gelar Program Kita Peduli Stunting yang Diinisiasi INH Diharapkan Bisa Dilaksanakan Kembali

Jurnal Inspirasi – Program sosial ‘Kita Peduli Stunting’ sukses digelar di Kampung Tegal Luhur RT 02 RW 02, Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor.

Kegiatan ‘Kita Peduli Stunting” ini diadakan sebagai bentuk kepedulian terhadap masalah stunting yang masih menjadi tantangan di masyarakat.

Dalam kegiatan ini, sebanyak 232 penerima manfaat mendapatkan hidangan kebaikan, termasuk peserta dan panitia.

Selain itu, 80 anak menerima bantuan susu dan telur sebagai upaya meningkatkan asupan gizi mereka di masa pertumbuhannya.

Lalu juga dilakukan, pemeriksaan kesehatan dengan 35 strip check yang digunakan untuk memantau kondisi kesehatan peserta.

“Program ini terselenggara berkat kerja sama berbagai komunitas dan organisasi, antara lain, INH, Share INH, Satuan Tagana Dinas Sosial Kabupaten Bogor, Dedikasi Kita, Belajar Sehat, BEM IPB, TKSK (Cibinong, Citeureup, dan Babakan Madang) dan tentunya juga Ibu-ibu PKK dan PKH Babakan Madang,” kata Manager Program International Networking for Humanitarian (INH) Muhammad Hadiyan Abshar kepada wartawan, Senin, 3 Februari 2025.

Muhammad Hadiyan Abshar menuturkan kegiatan ‘Kita Peduli Stunting’ ini merupakan langkah nyata dalam upaya penanganan stunting yang tidak hanya melibatkan pemeriksaan kesehatan, tetapi juga edukasi gizi dan pemberian makanan bergizi.

“Melalui sinergi berbagai pihak, diharapkan angka stunting di daerah ini dapat terus ditekan dan kualitas kesehatan anak-anak semakin meningkat,” tutur Muhammad Hadiyan Abshar.

Program “Kita Peduli Stunting” merupakan inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan aksi nyata dalam mengatasi permasalahan stunting.

Dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat, program ini diharapkan dapat menjadi model keberlanjutan dalam upaya peningkatan gizi dan kesehatan anak-anak Indonesia.

Sementara itu, Elis Novita salah seorang penerima manfaat dari program ‘Kita Peduli Stunting’ tersebut mengucapkan sangat berterimakasih atas bantuan dan terselenggarakanya program tersebut.

Menurutnya, kegiatan yang bersifat positif ini sangat membantu dan sangat dibutuhkan hingga harus dilakukan di banyak tempat.

“Terima kasih kepada INH dan Sahabat Rewalan INH yang telah menginisiasi kegiatan ini, semoga kedepannya bisa dilaksanakan kembali program serupa,” ucap Elis Novita.

(aga)

Pria Tewas Ditembak OTK di Pasar Mawar

jurnalinspirasi.co.id – Torang Heriyanto, pria berusia 45 tahun tewas ditembak orang tak dikenal (OTK) di kawasan Pasar Mawar, Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Kebon Kelapa, Kecamatan Bogor Tengah pada Senin (3/2/2025) sekitar pukul 01.30 WIB.

Hingga kini belum diketahui motif penembakan itu. Korban mengalami luka bersimbah darah dan dinyatakan meninggal dunia dalam perjalanan menuju RS Ciawi Bogor.

Kepada wartawan, Kasar Reskrim Polresta Bogor Kota, Kompol Aji Riznaldi, membenarkan kejadian tersebut.

Ia mengatakan bahwa pihaknya masih melakukan proses penyelidikan guna mengungkap pelaku dan motif di balik aksi penembakan tersebut.

“Betul adanya kejadian penembakan pada pukul 01.30 WIB di Jalan Perintis, Kebon Kelapa, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Saat ini kami masih melakukan proses penyelidikan,” ungkapnya.

Polresta Bogor Kota menegaskan komitmennya untuk menindak tegas segala bentuk aksi premanisme dan kriminalitas yang mengancam keamanan serta keselamatan masyarakat.

“Segala tindakan premanisme di Kota Bogor akan ditindak tegas. Kami akan terus mengusut kasus ini,” ungkapnya.

** Fredy Kristianto

Pembentukan Tim Transisi Dipertanyakan

jurnalinspirasi.co.id – Pejabat di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor akhir-akhir ini tengah disibukan oleh agenda rapat-rapat yang melibatkan Tim Transisi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bogor terpilih, Dedie A Rachim dan Jenal Mutaqin (JM).

Hal itu pun mendapat sorotan dari Pengamat Politik dan Kebijakan Publik, Yusfitriadi. Ia mengaku tidak paham dengan maksud dan tujuan Tim Transisi.

“Apakah tim transisi dibentuk resmi oleh pemerintah kota atau pasangan kepala daerah yang menang,” ujar Yusfitriadi kepada wartawan, Minggu (2/2/2025).

Namun, kata dia, sebuah tim dibentuk ketika tengah menghadapi situasi yang sangat berat dan sulit. Apabila, pemerintah yang membuat berarti telah terjadi masalah besar soal transisi perpindahan kekuasaan hasil Pilkada 2024.

“Kalau tidak ada masalah besar, Tim Transisi buat apa. Terlebih tim tersebut berisikan fungsionaris-fungsionaris partai politik. Ada kegentingan apa dengan transisi kekuasaan di Kota Bogor?,” ucap Yus.

“Apakah sudah sedemikian tidak berdaya sehingga harus dibentuk Tim Transisi. Dan akan lebih buruk stigmanya jika Tim Transisi ini menggunakan anggaran negara,” katanya.

Selain pemborosan, sambung dia, akan muncul stigma pejabat dan oknum partai politik sedang butuh dengan Tim Transisi.

“Tentu saja hal ini bersebrangan dengan prinsip efektif dan efisiensi yang selalu digembar-gemborkan oleh Presiden Prabowo,” tegas dia.

Kata Yus, apabila Kota Bogor kondisinya baik-baik saja, seharusnya tidak perlu dibuat Tim Transisi. Kecuali, jika ada masalah dalam transisi kekuasaan.

“Kalau ada masalah boleh saja dibentuk. Karena kita kan tidak tahu kondisinya saat ini,” imbuh dia.

Yus menilai bahwa dalam konteks transisi kekuasaan di Kota Bogor tidak terlihat masalah besar. Sehingga kehadiran Tim Transisi cenderung mengada-ngada.

Diketahui, pada Jumat (31/1/2025) Tim Transisi batal melaksanakan rapat bersama Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) di Balai Kota. Hal itu pun dibenarkan oleh Ketua Tim Transisi, Sopian Ali Agam.

“Waalaikumsalam, iya (batal rapat),” kata Sopian dikonfirmasi melalui pesan singkat WhatsApp.

Sopian mengatakan bahwa tujuan utama pembentukan Tim Transisi adalah untuk memastikan visi misi wali kota dan wakil wali kota dapat dijalankan di semua OPD.

Saat disinggung mengenai sempat beredarnya surat dari Tim Transisi kepada Pemkot Bogor mengenai permintaan bantuan konsumsi untuk rapat dengan OPD. Sopian mengatakan bahwa hal itu diurungkan.

“Sudah beres, nggak jadi (rapat) di posko, jadinya di Pemkot,” tandasnya.

** Fredy Kristianto

Loket Stasiun KRL Akan Diganti Digital

Jurnal Inspirasi – PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter mengungkapkan rencana akan mengganti skema pembelian tiket KRL Commuter Line melalui loket menjadi digital.

Direktur Utama KAI Commuter Asdo Artriviyanto mengatakan, hal ini merupakan bentuk transformasi digital yang akan dilakukan KCI secara bertahap.

“Sistem pembayaran di tahun ini segera kita launching dengan beberapa bank, top up dengan menggunakan QRIS yang nanti kita lama-lama akan menghilangkan loket-loket. Semuanya dengan digital,” ujarnya dikutip akhir pekan kemarin.

Adapun tahap awal penerapan digitalisasi ini akan dilakukan di Stasiun BNI City dan Stasiun Sudirman dengan membangun Smart Station.

“Jadi semuanya nanti dilayani secara digital,” imbuh Asdo.

Di Smart Station ini, kata dia, layanan digital akan diterapkan pada layanan in-out, toilet hingga Musolah dan akan mengurangi sumber daya manusia.

“Nanti dengan menggunakan teknologi digitalisasi dan mengurangi manpower di situ. Semuanya dilayani dengan alat,” tutur Asdo.

Asdo bilang, penerapan smart station ini akan diterapkan di stasiun-stasiun besar, sementara stasiun kecil lainnya akan dilayani secara manual. Hal ini lantaran masih banyak masyarakat yang belum familiar dengan sistem Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).

“Jadi nanti untuk awalnya akan kita coba di stasiun-stasiun besar, yang mayoritas masyarakatnya sudah familiar dengan QRIS,” tandas Asdo.

(Dedi R)

Berapa Sih Sebenarnya Harga Asli LPG 3 Kg?

Jurnal Inspirasi – Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara membeberkan harga asli LPG 3 Kg yang biasa dibeli masyarakat dengan harga Rp20 ribuan. Menurutnya, harga asli LPG 3 kg adalah Rp42.750 per tabung.

“(Subsidi) LPG 3 kg ini sangat besar, harga sesungguhnya satu tabung adalah Rp42.750,” ungkap Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam Konferensi Pers APBN KiTA di Kemenkeu, Jakarta Pusat, pekan lalu.

Namun, Suahasil menegaskan masyarakat tak mesti membayar semahal itu. Harga gas melon yang dibayar rakyat di toko eceran adalah Rp12.750 per tabung.

Ia menyebut ini terjadi berkat subsidi yang diberikan dari APBN. Suahasil mengatakan subsidi per tabung LPG 3 kg mencapai Rp30 ribu atau 70 persen.

“Realisasi belanja subsidi LPG 3 kg di 2024 adalah Rp80,2 triliun. Cukup besar kalau kita lihat, dibandingkan yang lain (BBM hingga pupuk),” jelas Suahasil.

“Ini digunakan sekitar 40,3 juta pelanggan, biasanya digunakan oleh UMKM dan rumah tangga,” tutupnya.

Subsidi LPG, BBM, hingga listrik masuk dalam kelompok belanja perlindungan sosial (perlinsos). Wakil dari Sri Mulyani itu mengatakan perlinsos naik dari Rp436,2 triliun di 2023 ke Rp455,9 triliun pada 2024.

Khusus untuk subsidi LPG 3 kg alias gas melon, Suahasil mengatakan total realisasinya mencapai 8,3 juta metrik ton.

(Dedi R)

Kasus TBC di Kota Bogor Masih Tinggi, Begini Respon Dinkes

jurnalinspirasi.co.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) melaksanakan ‘Active Case Finding’ (ACF) Tuberkulosis (TBC) di 20 titik lokasi di Kota Bogor, dengan pelaksanaan pada 1 hingga 12 Februari 2025.

Berdasarkan data per 31 Januari 2025, ditemukan sebanyak 9.947 kasus TBC (119%) di Kota Bogor.

Masih tingginya angka tersebut belum diiringi dengan tingginya angka pemeriksaan TBC pada kontak serumah maupun kontak erat pasien TBC.

Pelaksanaan ACF ini didukung oleh perangkat daerah dan lintas sektor yang berperan dalam mendukung serta memobilisasi peserta untuk mengikuti skrining TBC, sekaligus menjaga keamanan dan ketertiban selama kegiatan berlangsung.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Sri Nowo Retno, menambahkan bahwa TBC merupakan penyakit menular paling mematikan kedua di dunia.

“Bahkan, Jawa Barat berada di urutan pertama dalam penemuan kasus TBC tertinggi di Indonesia. Program Eliminasi TBC Tahun 2030 bertujuan untuk meningkatkan kepedulian seluruh masyarakat terhadap TBC,” jelas Retno.

Skrining yang dilakukan mencakup gejala-gejala TBC, dampaknya terhadap kualitas hidup, serta bagaimana pencegahan dan pengobatan TBC agar dapat mengurangi potensi penularan penyakit kepada orang-orang di sekitar melalui gerakan TOSS TBC, yaitu ‘Temukan, Obati, Sampai Sembuh’.

“Penting bagi masyarakat untuk sadar akan TBC, salah satunya dengan memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan apabila muncul gejala TBC,” ujar Retno.

Selain itu, baik masyarakat maupun petugas kesehatan dapat secara aktif menemukan dan melaporkan seseorang dengan gejala TBC untuk dilakukan pemeriksaan serta investigasi kontak.

Program Hasil Terbaik Cepat (Quick Win) Presiden Prabowo Subianto di bidang kesehatan mencakup skrining kesehatan, pembangunan rumah sakit di daerah-daerah, serta penanganan TBC.

Dalam upaya mencapai tujuan penanganan TBC, Kementerian Kesehatan RI menerapkan kebijakan pencegahan TBC yang tertuang dalam Strategi Nasional 2020-2024.

“Salah satu strateginya adalah mengombinasikan upaya penemuan dan pengobatan TBC secara aktif dengan upaya pencegahan melalui pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) pada kasus infeksi laten TBC (ILTB),” urai Retno.

Penemuan kasus TBC secara aktif dilakukan dengan skrining sistematis pada populasi berisiko, yaitu kontak serumah, kontak erat, ODHIV, penyandang diabetes melitus, orang dengan kurang gizi, perokok, dan kontak erat dengan penderita kusta.

Selain itu, penemuan kasus TBC secara aktif bertujuan untuk menemukan terduga TBC di populasi berisiko, mendeteksi TBC lebih dini guna mengurangi keterlambatan diagnosis, menekan penularan dengan mengurangi sumber infeksi, serta menemukan kasus ILTB agar dapat diberikan TPT.

“Dengan adanya kegiatan ACF TBC ini, diharapkan dapat meningkatkan penemuan terduga dan kasus TBC, meningkatkan skrining serta pemberian TPT pada kelompok berisiko, dan mengurangi rantai penularan TBC di Kota Bogor,” tandasnya.

** Fredy Kristianto

Ijazah Masih Ditahan, Endah Minta Siswa Datangi Sekolah

jurnalinspirasi.co.id – Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Kantor Cabang Dinas (KCD) Wilayah II tengah mengkoordinasikan penyerahan ijazah yang masih tersimpan di sekolah, khususnya di SMA dan SMK negeri.

Anggota Komisi IV DPRD Kota Bogor, Endah Purwanti mengatakan bahwa siswa Kota Bogor yang ijazahnya masih ditahan SMA atau SMK negeri dapat segera mengambilnya langsung di sekolah masing-masing.

Sementara untuk sekolah swasta, proses koordinasi masih terus berjalan. Hal itu lantaran pihak sekolah sedang menginput data untuk diserahkan ke dinas guna diverifikasi serta dilakukan pembahasan terkait penganggaran.

“Untuk swasta masih dalam proses tahap koordinasi dan pelaporan. Saat ini, sekolah swasta masih menginput data ke dinas untuk digabungkan, difilter, dan dikoordinasikan terkait masalah penganggaran,” ujar Endah kepada wartawan, Minggu (2/2/2025).

Menurut dia, Jawa Barat bisa berkaca pada langkah yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor terkait program penebusan dan pelunasan biaya pendidikan.

Program ini telah berjalan selama tiga tahun, di mana sekolah-sekolah tetap bisa memperoleh bantuan dari pemerintah untuk pelunasan biaya pendidikan.

Program tersebut merupakan inisiatif DPRD Kota Bogor sejak tahun 2020, yang awalnya dibuat untuk membantu masyarakat saat pandemi COVID-19.

“Melalui program ini, banyak siswa yang akhirnya bisa mendapatkan ijazah mereka tanpa terbebani biaya administrasi yang tertunda,” ucapnya.

Kata dia, dengan adanya langkah ini, diharapkan permasalahan ijazah yang belum diserahkan dapat segera terselesaikan, sehingga para lulusan dapat menggunakan dokumen penting tersebut untuk kebutuhan pendidikan maupun pekerjaan.

“Masyarakat diimbau untuk tetap mengikuti arahan dari instansi terkait,” pungkasnya.

** Fredy Kristianto

Program Night Market Distop, DPRD Bilang Begini

jurnalinspirasi.co.id – Setelah menimbulkan berbagai permasalahan, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor akhirnya menstop pelaksanaan Night Market di Alun-Alun, mulai Sabtu (1/2/2025) lalu. Padahal, sebelumnya kebijakan itu sempat diklaim sebagai salah satu cara jitu dalam menata pedagang kaki lima (PKL).

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bogor, Agustian Syach mengatakan, pencabutan kebijakan Night Market diambil berdasarkan hasil evaluasi dan kajian tim internal Pemkot Bogor.

“Berdasarkan hasil rapat evaluasi diputuskan bahwa Night Market dihentikan per 1 Februari 2025,” ujar Agustian Syach kepada wartawan, Minggu (2/2/2025).

Namun, kata dia, lantaran kurangnya masa sosialisasi, Pemkot Bogor memberikan tenggat waktu hingga minggu pertama Februari 2025, agar para pedagang segera mengemasi tenda dan barang dagangannya.

“Alun-Alun akan kembali steril lagi, alias tidak boleh ada lagi PKL berjualan di kawasan tersebut,” ucap mantan Camat Bogor Tengah itu.

Menurut dia, faktor utama dihentikannya kebijakan tersebut lantaran para PKL tidak menaati jam pemberlakuan Night Market, sesuai dengan ketentuan Pemkot Bogor.

“Kalau untuk pungli dan premanisme yang terjadi di kawasan itu, merupakan dampak turunan,” ungkapnya.

Agustian Syach menegaskan bahwa ketidaktertiban pada kawasan itu terutama semenjak pemberlakuan Night Market juga jadi salah satu bahan evaluasi.

Ia menambahkan bahwa berdasarkan data dari Disperindag KUKM jumlah pedagang yang berjualan di Alun-Alun terdapat 307 PKL.

Pemberhentian program Night Market itupun menuai komentar dari Anggota Fraksi Aswaja DPRD Kota Bogor, Akhmad Saeful Bakhri (Gus M). Ia menyebut, tidak matangnya kajian yang dilakukan Pemkot Bogor menjadi salah satu penyebab faktor kegagalan program tersebut.

“Sejak awal, saya meyakini Pemkot Bogor belum melakukan kajian komprehensif untuk menerapkan program tersebut,” ucapnya.

Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Komunitas Bogor Kaypang itu menyatakan, apabila Pemkot Bogor memang serius menata PKL, seharusnya mereka dimasukan ke dalam pasar, dengan memberikan harga sewa yang tidak memberatkan atau sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.

“Ada opsi lain, contoh di Pasar Merdeka, itu kan area parkirnya besar. Kenapa itu tak dibuatkan hanggar untuk menampung para PKL,” kata Gus M.

Ia mengatakan bahwa sejak awal pihaknya telah memprediksi akan terjadi kesemrawutan di kawasan tersebut saat Night Market dijalankan.

“Dari awal saya bilang, Pemkot Bogor harus pikirkan dampak legalisasi Night Market ini terhadap kelancaran lalu lintas di Jalan Dewi Sartika. Kemudian, apakah tidak menimbulkan masalah baru seperti semakin menjamurnya PKL dan potensi pungli,” katanya.

Apalagi, sambung dia, Jalan Dewi Sartika merupakan jalur aktif mobilisasi penumpang KRL commuter line yang aktivitasnya berlangsung hampir 24 jam.

Sebelumnya, Asisten Pemerintahan Sekretariat Daerah (Setda) Kota Bogor yang kini menjabat sebagai Plh Wali Kota, Hanafi mengatakan bahwa program Night Market dinilai telah berjalan efektif dan dapat diterima masyarakat.

“Night market ini sudah bisa dipahami oleh para pedagang di Alun-alun. Walaupun sebenarnya harapannya dengan kehadiran program ini bisa membuat PKL tidak ada di siang hari, tapi hal itu belum bisa berjalan maksimal karena tidak sesederhana itu,” jelasnya pada 19 November 2024 lalu.

** Fredy Kristianto