26.9 C
Bogor
Saturday, September 13, 2025

Buy now

spot_img
Home Blog Page 48

Inpres Soal Efisiensi Anggaran Siap Dijalankan Ketua DPRD Sastra Winara

Cibinong – Ketua DPRD Kabupaten Bogor, Sastra Winara menegaskan bahwa pihaknya siap mengikuti pelaksanaan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 soal efisiensi anggaran.
Efisiensi anggaran yang dimaksud di antaranya perjalanan inas, makan dan minum, ATK, serta hal lainnya.

Diketahui, DPRD Kabupaten Bogor saat ini sedang memproses Inpres Nomor 1 tahun 2025.
Sastra Winara menyebutkan, DPRD sudah menyerahkan kepada Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) serta Organisasi Perangkat Daerah, beberapa Waktu lalu.

“Kita mengikuti Inpres Nomor 1 Tahun 2025,” ungkap Sastra Winara, Kamis (13/2/25).
“Kita juga sudah serahkan ke TAPD, OPD masing-masing, disesuaikan dengan Inpres. Semuanya sedang dalam proses,” tambahnya.

Sastra Winara menyatakan, Pemerintah Kabupaten Bogor tengah melakukan penyesuaian kegiatan yang disampaikan dalam Inpres Nomor 1 Tahun 2025 tersebut.

“Sudah dihitung nanti berapa, kebutuhan berapa, yang penting tidak mengganggu kegiatan yang sifatnya Kesehatan, Pendidikan, dan pembangunan,” terangnya.

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto telah menerbitkan Inpres Nomor 1 Tahun 2025 tentang efisiensi belanja pada APBN dan APBD tahun 2025, beberapa waktu lalu.

(aga)

PADES Sebuah Bukti Berdirinya Gedung Tugu Utara Creative Centre

Cisarua – Jurnal Bogor
Adanya pengelolaan Pendapatan Asli Desa ( Pades) oleh pemerintahan Desa Tugu Utara membuahkan hasil yang dinilai sangat berguna bagi masyarakat setempat maupun pihak luar. Dengan tekad yang kuat untuk mewujudkan bukti dari kemampuan terhadap pengelolaan pendapatan asli desa, Kepala Desa Tugu Utara Asep Ma’mun Nawawi belum.lama ini telah merampungkan sebuah gedung yang sangat dirasakan manfaatnya bagi masyrakat Tugu Utara juga masyrakat dari luar.

Dikatakan kepala desa, gedung yang dinamai Gedung Tugu Utara Creative Centre ini merupakan sumber informasi seputar wilayah Tugu Utara. Mulai dari sisi pemerintahan, perekonomian, pendidikan da. dunia pariwisata.

“Setelah berjuang keras, gedung tinggal lantai yang diberinama Gedung Tugu Utara Creative Centre itu kini sudah dioperasikan. Di gedung dua lantai itu terdapat berbagai ruangan. Seperti, Ruang untuk pelayanan pondok bersalin desa, ruang informasi dan promosi wisata desa, gerai produk unggul
n desa, pojok literasi perpustakaan secara digital dan terdapat aula creative yang bisa dipakai untuk meeting room,” tuturnya.

Sebagai daerah pariwisata masih dikatakan dia, jika pengunjung dari luar, mereka bisa mendatangi gedung tersebut. Disana sudah tertera berbagai lokasi lokasi pariwisata yang busa dikunjungi.
“Untuk mensejahterakan masyarakat kita harus mengikuti perkembangan zaman. Apalagi, wilayah kita merupakan kawasan pariwisata. Segala kebutuhannya harus tersedia dengan cepat dan mudah. Yang jelas, gedung tersebut sebagai pusatnya informasi tentang Desa Tugu Utara yang dibangun oleh hasil murni dari pendapatan desa,” pungkasnya. Dadang Supriatna.

Catatan Nostalgia Nonton TV di masa Kanak-kanak di Kampuang

Jurnal Inspirasi – Menarik melihat gambar “lucu” ini yang diposting sahabat Kodel uda Zelven, saya memanggilnya uda Zelv, pernah berkuliah sama-sama di Tingkat Persiapan Bersama- Institut Pertanian Bogor (TPB IPB) tahun 1980. Kampus TPB IPB tempo doeloe adanya di kampus IPB Barangsiang Kota Bogor, yang sekarang sejak thn 1994an berganti menjadi komplek bisnis terkenal bernama Mal Botani Square Bogor.

Saya mengenal Uda Zelv, asal suku Minangkabau, urang awak, tetapi beliau lahir dan besar di daerah Kota Pekanbaru Provinsi Riau, dia lulusan SMAN 3 Rumbai di Riau (jika tak saya tak salah).

Uda Zelv, orangnya memang sejak mahasiswa dikenalnya, sosok berjiwa dinamis,jika kami bertemu suka banyak bercerita tentang hal-hal yang unik, baru dan menarik perhatian, terkadang kita dibuat mikir dengan pertanyaan teka-tekinya.

Watak aslinya uda Zelv tersebut, hingga kini masih tampak terbawa-bawa di berbagai postingannya di WAG Kodel yang sangat aktif, ada informasi tentang agama, filsafat, budaya sastra, soal matematika, dan terakhir yang saya baca di WAG Kodel, postingan gambar 3 orang anak desa yang tengah menonton TV dibalik jendela tetangganya, dalam caption uda Zelv tulis kejadiannya thn 1970an.

Dengan melihat gambar tersebut, saya termenung dan terkenang masa lalu, sejenak bernostalgia.

Benar apa yang dinarasikan uda Zelv dalam postingannya kali ini mengundang naluri saya untuk berkomentar, barangtentu bisa6 membangkitkan memory kehidupan masa lalu kita, yang penuh “suka-duka”, hidup serba terbatas, yang sangat berbeda jauh dengan fasilitas kehidupan di zaman Now, serba ada dan canggih sebagai dampak positif pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang telah masuk ke daerah perdesaan, sejak thn 1990an.

Benar apa yang tampak pada gambar 3 orang anak desa yang menonton TV dibalik jendela tetangganya itu, saya pernah mengalaminya dalam kehidupan masa laluku di masa kanak-kanak menjelang remaja, kira-kira saya sudah masuk sekolah dasar (SD) di kls 1 dan atau kelas 2 SDN di desa Kampung Baru Cerenti Inderagiri Hulu (sekarang Kuansing sejak thn 1999) Provinsi Riau di thn 1970an.

Suasana kehidupan masyarakat di kampungku masih amat sederhana dan fasilitas sosial dan hiburan sangatlah terbatas bahkan dapat dikatakan tidak ada, itu sikon tempo doeloe.

Listrik PLN belum ada di kampungku, dan punya TV hitam putih baru ada 1-2 rumah orang kaya di kampung di masa itu. Jalan raya Provinsi dan atau antar daerah Kabupaten belum beraspal, masih sirtu, pasir dan batu. Kondisi jalannya banyak berlubang-lubang dipenuhi lumpur tanah liat, mobil umum masih amat jarang, juga warga penduduk desa yang memiliki sepeda motor jumlahnya masih sedikit “hitungan jari”, dan sarana transfortasi yang lumayan cukup banyak adalah sepeda ontel, itu pun bagi mereka keluarga agak berada (the have family).

Saya kebetulan ditakdirkan Tuhan Allah di masa kanak, termasuk keluarga yang “tak berada” (the have not family), jika berat lidah ini berkata sebagai kaum “miskin” (duaffah), sehingga saya berangkat dan pulang ke/dari rumah ke sekolah dasar, berjalan kaki berkilo-kilo meter, dengan jalan yang menanjak nan berkelok-kelok, harap maklum jarak rumahku dengan SD lumayan jauh.

Bahkan ada beberapa teman SDku lebih jauh lagi jarak tempat tinggalnya dengan sekolahnya, desa pendalaman berjalan kaki memakan waktu lk 1-2 jam ke sekolah setiap pagi. Kita bisa membayangkan, begitulah “sulit dan sederhananya” kehidupan masa kanak-kanak mereka thn 1970an di desa kami, di kawasan luar Jawa, Provinsi Riau daerah Sumatera, barang tentu agak berbeda jauh dengan suasana dan ketersediaan fasiltas insfrastruktur di perdesaan di pulau Jawa, yang berkembang maju.

Di masa itu, jika kami anak kampung mau nonton tayangan spt pertarungan tinju legendaris Muhammad Ali digelar di arena tinju Las Vegas Amerika Serikat, acara TV siaran langsung yang sangat terpopuler di masa itu, digemari berbagai kalangan, terutama kaum muda, kami anak desa, terpaksa “menumpang” nonton pertarungan tinju dibalik jendela rumah “orang kaya” yang ada di kampung, desa dimana kami bermukim.

Saya masih ingat rumah5 orang kaya, yang punya TV hitam putih itu yang ada di desaku itu nama pemilik TV, bapak Akub Delima. Beliau pemilik kapal motor berblungkang (sejenis tongkang muatan barang), angkutan sungai yang membawa karet alam (gotah kopiang dan gotah boku) dan hasil-hasil bumi-hutan tropis Kuantan ke ibu kota Kabupaten Inhu, Rengat, dan pulangnya ke Cerenti membawa barang-barang sembako seperti beras, gula, kopi, teh, rokok, tepung, garam dll.

Di balik jendela, bpk Akub Lina inilah saya menonton bersama beberapa orang kawan sepermainan di desa Kampung Baru, Cerenti waktu itu. Walaupun gambar pertarungang tinju Muhammad Ali, tertayang di TV hitam putih yang kami tonton tersebut, tampak samar-samar, layarnya “berbintik-bintik”seperti air hujan, mungkin akibat gangguan sinyal yang buruk, tetapi kami sebagai anak-anak desa cukup menikmati hiburan pertunjukan tinju itu, jika tidak diusir oleh si pemilik rumah karena dianggap mengganggu.

Kehadiran TV hitam putih pada thn 1970an di desa kami, sungguh merupakan sebuah kemewahan. Dan kami anak-anak desa yang haus akan hiburan seperti pertarumgan tinju, pertandingan bulu tangkis Thomas Cup dan Piala Uber Cup, menikmati hiburan lagu-lagu populer The Mercys, Pambers, Koes Plus, De Loyd, musik Melayu dan musik Raja Dangdut Oma Irama, Ratu Dangdut Elvi Sukaesih, Ida Laila, Arafik, musik dan lagu-lagu kasidahan, dll sangat kami butuhkan hiburan ketika itu, tetapi itulah faktanya karena ketersediaan sarana prasarana (fasilitas) yang amat langkah, kami anak-anak desa penggemar pertunjukan seni dan olahraga terpaksa mencari momentum, sela-sela waktu dan posisi yang tepat bisa menonton acara hiburan di balik gorden jendela rumah tetangga, orangkaya yang memiliki TV hitam-putih, yang ada di desa kami, itu tempo doeloe, jika tidak diusir pemilik rumah.

Sekarang zaman Now, tidak lagi demikian,, insprastruktur jalan, listerik, telekomunokasi secara bertahap mulai terbangun, sebagai dampak keberhasilan pembangunan Orde Baru, zaman pak Harto, sejak thn 1980an hingga sekarang, berbagai insprastruktur telah dibangun dan tersedia sejumlah fasilitas sosial dan umum.

Jika kita boleh menilai dan berpendapat bahwa kehidupan orang kota zaman Now dengan orang yang bermukim di desa, tidak banyak perbedaan dan kesenjangan yang berarti, sekarang listerik, telepon, internet, jalan beraspal hotmix, fasilitas air bersih (PAM), aneka sarana transfortasi spt mobil bus, travel, mobil pribadi, sepeda motor dan sepeda berbagai merek dll sudah tersedia di daerah pedesaan, bahkan pasar modern IndoMark, AlfaMark dll sudah masuk desa, sehingga memudahkan penduduk berbelanja aneka barang kebutuhan dan atau mobilitas orang-orang desa berpergian ke kota dan atau ke daerah lain, kawasan tetangganya untuk berdagang, berpiknik/berwisata, mencari hiburan, berbelanja kebutuhan sehari-hari dan lain-lain, dijalani dengan mudah.

Itulah salah satu perbedaan nyata (signifikan) yang tampak antara situasi-kondisi (sikon) kehidupan anak atau masyarakat desa pada thn 1970an seperti yang pernah saya alami, yang serba amat terbatas, hidup susah, elit: ekonomi sulit seperti saya pernah hidup dan besar di kampung, apabila dibandingkan dengan kehidupan (life style) anak-anak milineal GenZi yang hidup di perdesaan zaman Now, serba ada bahkan serba mudah dan banyak pilihan.

Sebagai salah contoh misalnya pola dan gaya kehidupan warga desa, dahulu thn 1976 saya berangkat ke kota Pekanbaru, ibu kota Provinsi Riau untuk melanjutkan studi di STM (akhirnya masuk SMPPN No.49) di kota Pekanbaru, saya meninggalkan kampung halaman bersama ibunda Hj.Daranah Djamin naik bus mini umum, ditempuh selama 4 hari dan malam diperjalanan dan hari ke 4 baru tiba di kota Pekanbaru, dari Cerenti. Akan tetapi sekarang, dari Cerenti ke Kota Pekanbaru dengan menggunakan mobil Avanza pribadi.atau Bus Traval hanya memakan waktu perjalanan 5-6 jam, begitu cepatnya sampai ke daerah tujuan.

Kini, tinggallah bersyukur kepada Allah SWT atas berbagai nikmat kemudahan yang diberikanNya..ingat firman Allah “nikmat Tuhan yang manakah, yang kamu dustakan ?(QS Ar Arrahman).

Demikian sekelumit narasi nostalgia di masa kecilku, tempo doeloe, bercerita tentang menonton pertarungan tinju legendaris Muhammad Ali, dibalik jendela tetangga rumah tetangga orang kaya yang ada di kampungku pada tahun 1970an yang lucu dan mengasyikan. Semoga bermanfaat dan dapat ditarik pelajaran (iktibar, lesson learned) untuk mensyukuri nikmat yang begitu banyak diberikan Tuhan Allah SWT, akibat pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) terutama di era digital (ITC era) saat ini serba mudah dan serba mewah, dan dengan kehidupan masyarakatnya yang berperadaban maju dan modern.

Sekian dan terima kasih sahabatku uda Zelv atas postingannya yang menginspirasi, sehingga membuat nalar saya aktif untuk menarasikan nostalgianya sebagaimana konten tulisan ini. Saya memohon maaf, apabila ada kekurangan dan kekhilafannya dalam ungkapan cerita nostalgia ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberkahi dan merahmati kehidupan kita para pembaca sekalian yang budiman, Aamiin3 YRA.*

Basatu nagori maju, tigo tali.sapilin, salam kayuah ###

Gallery and Ecofunworkshop, Kp Wangun Atas Rt 06 Rw 01 Kel.Sindangsari Botim City, Ahad, 9 Februari 2025

Wassalam
====✅✅✅
Dr.Ir.H.Apendi Arsyad,M.Si (Dosen, Konsultan, Pegiat dan Pengamat serta Kritikus Sosial melalui tulisan-tulisannya di media sosial, anak desa lahir dan besar di desa Kampung Baru Kec.Cerenti, Riau)

Desa Wajib Lunas PBB

Megamendung – Jurnal Bogor

Menghadapi bulan April mendatang dimana tagihan Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) kepada masyarakat akan dilaksanakan penagihannya oleh intansi terkait. Langkah yang dilakukan setiap pemerintahan desa, kini mereka tengah merekap data setiap wajib pajak di masing matang lingkungannya. Yang terpantau di Desa Sukamaju. Kecamatan Megamendung, stap stap desa tengah serius melakukan pemeriksaan data setiap wajib pajak uang ada di wilayahnya.

“Iya kita sedang mempersiapkan data tagihan pajak mulai dari buku satu hingga buku dua. Untuk warga Desa Sukamaju. secara perlahan warga menyadari terhadap kewajiban didalam membayar pajaknya,” ujar Romli, Sekdes Sukamaju.

Ditempat terpisah Camat Megamendung, Ridwan S.os, menjelaskan, setiap desa yang ada di kecamatan Megamendung harus lunas PBB di setiap tahun. Menurutnya, berbicara tentang PBB adalah dari masyarakat untuk masyarakat. “Iya desa desa wajib lunas PBB nya. Karena itu semua akan kembali kepada masyarakat di desanya masing. Berkat taat terhadap PBB pembangunan di wilayah akan semakin gencar. Kita bisa lihat, berbagai program pembangunan dan pemberdayaan yang diturunkan. kepada setiap desa adalah hasil dari ketaatan warganya didalam membayar PBB,” tandasnya.

Menindakalanjuti hal ini, Kepala Desa Sukamahi, Mamat Budi S.e, salah satu desa terbaik dalam urusan PBB nya menyebutkan, untuk mencapai target PBB di desanya, pihaknya terus melakukan sosialisasi dan himbauan kepada masyarakatnya. “Untuk mencapai target PBB di desa kita ada beberapa langkah yang selalu kita lakukan. Yaitu. sosialisasi penyadaran supaya warga taat terhadap PBB. Yakni disetiap ada pertemuan kita selalu memberikan himbauan, mulai kepada tokoh masyarakat dan kepada wajib. pajak lainnya. Tujuannya adalah untuk kemajuan di wilayah kita,” pungkasnya. Dadang Supriatana.

UPT JJ Janji Sebelum Idul Fitri 17 Titik Ruas Jalan Diperbaiki

Ciawi – Jurnal Bogor
Untuk menjawab keluhan masyarakat dan para pengendara yang melintasi jalur alternative di empat kecamatan yang ada di wilayah Selatan, UPT Jalan dan Jembatan Wilayah Ciawi sesuai program kerjanya mereka akan melakukan perbaikan di 17 titik ruas jalan. Untuk langkah yang kini tengah dilaksanakan, para petugas UPT JJ mulai dari wilayah Kecamatan Cisarua, Ciawi, Caringin dan Cijeruk mereka tengah melakukan pembersihan di tepian badan jalan.

Seperti yang dikatakan Kepala UPT JJ Wilayah Ciawi, Rizky Akbar, program untuk perbaikan diwilayahnya totalnya adalah 52 titik. Tetapi sesuai jadual pengerjaannya akan dilaksanakan terlebih dahulu sebanyak 17 titik. “Ya kita targetkan sebelum idul fitri ini jalan jalan alternative di empat kecamatan akan selesai diperbaiki melalui program pemeliharaan. Semuanya itu sebanyak 52 titik, tetapi baru 17 titik saja yang akan dikerjakan terlebih dahulu, yang lainnya akan menyusul,” ujarnya.

Terfokusnya kepada empat kecamatan lanjut dia, dikarenakan keempat kecamatan seperti Cisarua, Ciawi, Caringin dan Cijeruk, itu merupakan kawasan pariwisata dan jalur lintasan para pemudik nanti. “4 kecamatan itu merupakan daerah yang cukup tinggi lintasannya. Selain sebagai jalur alternativ para pemudik juga merupakan kawasan pariwisata. Dengan demikian jalan jalan milik kabupaten itu harus diperbaiki,” imbunnya.

Untuk diketahui, program kerja yang dijalankan oleh pihak UPT JJ Ciawi, sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan, yakni menjalankan program berkelanjutan. “Tidak perlu khawatir, bagi titik atau ruas jalan yang mengalami kerusakan itu pasti akan diperbaiki dengan berbagai program kerja. Untuk menangani kondisi jalan jalan khususnya yang berada di wilayah kita, semuanya akan tersentuh melalui program kerja berkelanjutan,” pungkasnya. Dadang Supriatna.

Dua Dalang Penembakan Pasar Mawar Diringkus di Bali

jurnalinspirasi.co.id – Dua dalang penembakan terhadap Torang Heriyanto (45) di kawasan Pasar Mawar, Kecamatan Bogor Tengah pada Senin (3/2/2025) lalu, berhasil diciduk Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Polresta Bogor Kota bersama Tim Polda Jawa Barat.

Keduanya berinisial FY alias D dan HA, mereka ditangkap di salah satu penginapan yang berada di Jalan Dewi Sri, Bali pada Senin (10/2/2025).

Kasat Reskrim Polresta Bogor Kota, AK Aji Riznaldi mengatakan bahwa perburuan dilakukan di Kota Bogor, Jakarta, dan Kabupaten Bogor. Kemudian, polisi mendapatkan kabar bila yang bersangkutan berada di Bali.

“Kami bekerjasama sama dengan tim Polda Jawa Barat untuk mencari mereka. FY dan HA ditangkap di sebuah penginapan setelah diintai selama dua hari,” ujar AKP Aji kepada wartawan, Selasa (11/2/2025).

Saat disinggung apakah ada campur tangan atau perintangan untuk membantu keduanya melarikan diri. AKP Aji, mengaku masih mendalami hal tersebut.

“Kalau untuk itu kami masih melakukan pendalaman,” tegas AKP Aji.

Kasat Reskrim menegaskan bahwa setelah peristiwa penembakan keduanya langsung melarikan diri ke Bali menggunakan penerbangan pesawat pukul 10.00 WIB.

Dalam pelariannya, keduanya juga menggunakan nomor handphone (HP) baru. Bahkan, polisi langsung melakukan pencekalan ke luar negeri.

“Kami lakukan pencekalan karena diketahui mereka punya visa ke Netherlands (Belanda),” jelasnya.

Sebelumnya, empat pelaku yang diduga terlibat langsung dalam kasus penembakan itu telah berhasil ditangkap polisi. Keempatnya adalah BHR alias PK, NYM alias N, TL, dan MR alias P.

Kapolresta Bogor Kota, Kombes Pol Eko Prasetyo, mengatakan bahwa kejadian tragis yang terjadi pada Senin (3/2/2025) sekitar pukul 01.30 WIB, bermula pada 1 Februari 2025, dimana korban tengah nongkrong di parkiran Pasar Mawar sambil meminum minuman keras (miras). Ketika itu, ia didatangi oleh seorang pria berinisial FY alias D dan terjadi percekcokan. Namun, dapat dilerai oleh patroli Polsek Bogor Barat.

Kemudian, pada Minggu (2/2/2025) sekitar pukul 23.00 WIB, korban kembali datang ke lokasi bersama istrinya. Di tempat yang sama, sudah ada FY alias Dede beserta kelompoknya, dan pertikaian kembali terjadi hingga pada Senin (3/2/2025) pukul 01.30 WIB, terjadi peristiwa penembakan yang menewaskan Torang.

“Kami masih melakukan pengejaran terhadap HA dan FY bersama tim gabungan dari Reskrimum Polda Jabar, Polres Bogor, dan Polresta Bogor Kota,” ujar Kombes Pol Eko.

Tersangka BHR berperan sebagai eksekutor penembakan, sementara MR, N, dan T terlibat pengeroyokan.

“Kami tetap berupaya menangkap dua DPO ini secepat mungkin. Tidak ada tempat bagi pelaku kriminal di Kota Bogor. Kami akan sikat habis tanpa pandang bulu siapa pun yang mengganggu ketertiban,” tegas Kombes Pol Eko Prasetyo.

Kata dia, polisi mengamankan sejumlah barang bukti, berupa satu unit handphone berwarna ungu dengan bekas tembakan, tiga butir selongsong, peluru berukuran 9 mili meter, satu proyektil peluru, satu pucuk senjata api.

Akibat perbuatannya, para tersangka dijerat dengan Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 Pasal 1 Ayat 1 tentang penyalahgunaan senjata api, Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, Pasal 170 Ayat (1), (2) ke-3 KUHP tentang pengeroyokan yang mengakibatkan kematian, Jo Pasal 55 KUHP, terancam hukuman mati, penjara seumur hidup atau pidana maksimal 20 tahun.

** Fredy Kristianto

Kades Leuwiliang Lantik Serentak 47 Ketua RT dan 14 RW

H. Iman Nurhaiman

Leuwiliang l Jurnal Bogor
Prosesi pelantikan 47 Ketua Rukun Tetangga (RT) dan 14 Ketua Rukun Warga (RW) di Desa Leuwiliang, Leuwiliang, Kabupaten Bogor periode 2025-2029 berlangsung serentak.

Kepala Desa Leuwiliang, H. Iman Nurhaiman menjelaskan, seluruh RT dan RW yang dilantik telah melalui proses pemilihan yang demokratis oleh warga.

“Ada 47 RT dan 14 RW yang dilantik hari ini. Mereka sebelumnya telah melaksanakan pemilihan secara demokratis yang dipilih langsung oleh warga,” ungkap H. Iman Nurhaiman kepada wartawan disela kegiatan pelantikan RT-RW, Senin (10/2025)

Iman menjelaskan bahwa proses pemilihan berlangsung pada 25 Januari 2025 sebagai hari terakhir pemungutan suara.

Ia juga menekankan, pentingnya musyawarah dan kebersamaan dalam membangun desa.

“Di desa kami, segala sesuatu dilakukan secara bersama, baik dalam suka maupun duka. Kami selalu mengedepankan musyawarah untuk mencapai mufakat,” katanya.

Lebih lanjut, Iman berpesan kepada para ketua RT dan RW yang baru dilantik agar menjalankan amanah dengan penuh tanggung jawab.

“Ini adalah amanah dari masyarakat. Kita harus menjaga kepercayaan ini dan bekerja bersama untuk membantu masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik,” katanya.

Ketua Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) Kabupaten Bogor, Abdul Aziz Anwar mengatakan bahwa dengan kehadiran para kepala desa se-Kecamatan Leuwiliang yang hadir dalam kegiatan pelantikan RT, RW di Desa Leuwiliang tersebut merupakan bukti nyata kekompakan dan solid.

“Hari ini pelantikan RT dan RW berjalan lancar dan luar baisa seluruhnya,” katanya.

Acara pelantikan ini dihadiri oleh sejumlah pejabat daerah, termasuk Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Bogor Juanda Dimansyah, Camat Leuwiliang Wr Pelitiawan, Anggota DPRD Kabupaten Bogor Usep Nukliri, serta Ketua Apdesi Abdul Azis Anwar.

(Arip Ekon)

Wamen P2MI Kick-off Cek Kesehatan Gratis di Puskesmas Leuwiliang

Leuwiliang l Jurnal Bogor
Wakil Menteri (Wamen) Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Dzulfikar Ahmadi Tawalla mengunjungi Puskesmas di Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Senin (10/2/2025).

Dalam kunjungan kerjanya Dzulfikar melakukan kick-off program cek kesehatan gratis yang diperuntukan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Dzulfikar Ahmadi Tawalla menegaskan, program ini merupakan wujud nyata perhatian negara terhadap kesehatan masyarakat.

“Hari ini saya di Puskesmas Leuwiliang mengecek proses awal. Alhamdulillah, beberapa ruangan sudah kita lihat, berinteraksi dengan pasien, dan hampir semua masyarakat sangat bersyukur mendapat kado ulang tahun dari negara,” katanya.

Program ini mencakup seperti pemeriksaan kesehatan bagi empat kelompok usia, yakni balita, remaja, dewasa serta lansia.

Adapun, kata dia, pemeriksaan itu dilakukan sesuai standar kesehatan yang telah ditetapkan.

Dzulfikar menekankan pentingnya budaya pencegahan melalui cek kesehatan rutin, bukan hanya berobat ketika sakit.

“Ini adalah budaya baru, menurutnya, budaya kesehatan itu bukan hanya datang untuk berobat ke rumah sakit saja, tetapi juga melakukan cek kesehatan sebagai langkah pencegahan dini,” katanya.

Selain itu, kata dia, hasil screening dari pemeriksaan ini akan menentukan langkah medis selanjutnya.

Selain itu, lanjut dia mengatakan, jika ditemukan kondisi yang memerlukan penanganan lebih lanjut, pasien akan dirujuk ke BPJS dan rumah sakit dengan layanan gratis sepenuhnya.

Dzulfikar berharap program ini bisa menjangkau seluruh masyarakat tanpa terkecuali. Ia juga menekankan pentingnya kenyamanan dalam layanan kesehatan serta kehadiran tenaga medis yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

“Kita berharap teman-teman dari Kementerian Kesehatan turun proaktif, melihat, dan memonitor program ini secara berkala,” katanya.

Sementara itu, Kepala Puskesmas Leuwiliang, dr James Tambunan mengatakan, dengan dimudahkannya pelayanan pemeriksaan kesehatan secara gratis ini dapat menggugah kesadaran masyarakat pentingnya mendeteksi dini dalam menjaga kesehatan.

Menurutnya, secara nyata apa yang di programkan di pemerintahan Bapak Presiden Prabowo ini, hal hal yang diungkapkan dalam pelayanan masyarakat ini memang sangat nyata sekali hal untuk bisa men-skrining dimana yang datang kesini itu tidak harus orang yang sakit saja

Bukan yang sakit saja, tetapi bagaimana yang sehat-pun mau tidak mau bisa memeriksakan diri agar mengetahui kekurangan dalam tubuh mereka itu ada apa,” tukasnya.

(Arip Ekon)

Mobil Siaga Kondisinya Sudah Tua, Apdesi Usul Mobil Operasional Desa Ditambah

Leuwiliang l Jurnal Bogor
Ketua DPC Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) Kabupaten Bogor, Abdul Azis Anwar meminta Pemerintah Kabupaten Bogor membelikan mobil siaga untuk desa.

Alasannya, penambahan kendaraan operasional roda empat itu tak lain agar masyarakat yang hendak menggunakan kendaraan operasional tidak harus menunggu antrean.

Selain itu, penambahan mobil operasional bukan untuk kepala desa tetapi melayani kebutuhan masyarakat.

“Terakhir desa mendapatkan bantuan mobil Gercep di era Bupati Ade Yasin -Iwan Setiawan. Kenapa tidak kita mengusulkan adanya penambahan mobil operasional desa,” ujar Azis yang juga Kepala Desa Cimanggis, Kecamatan Bojonggede usai menghadiri pelantikan RTa dan RW di Desa Leuwiliang.

Azis mengungkapkan bantuan mobil siaga yang sekarang ini ada di desa umurnya sudah hampir 11 tahun, setiap harinya digunakan untuk operasional masyarakat.

Ketika mobil siaga digunakan oleh masyarakat, tiba-tiba ada masyarakat yang memerlukan kendaraan ke rumah sakit. Mereka terpaksa harus menunggu mobil selesai digunakan.

Melihat fenomena tersebut sehingga diperlukan adanya penambahan sarana dan prasarana akomodasi transportasi siaga untuk membantu masyarakat.

“Adanya penambahan mobil operasional desa, baru sebatas usulan. Untuk Mobil operasionalnya bisa jenis Toyota Avanza ,” ungkapnya, Senin (10/2/2024).

“Camat mobilnya baru, Sekcam mobilnya baru. Kenapa tidak mobil operasional desa ditambah menjadi dua unit,” tukasnya

Senada, Kepala Desa Cibatok 1, Cibungbulang Cecep sangat mendukung akan adanya usulan dari Ketua Apdesi Kabupaten Bogor perihal penambahan kendaraan operasional. Terlebih, mobil Gercep yang ada saat ini kondisi sudah cukup tua dan setiap hari selalu digunakan oleh masyarakat.

“Kalau di desa ada dua mobil operasional, pelayanan terhadap masyarakat akan lebih optimal tidak lagi harus menunggu antrean ketika ada warga yang perlu kendaraan,” ungkapnya,” tukasnya.

(Arip Ekon)

PKL Gapura Kangkangi Pedagang Pedagang Pasar Cisarua

Cisarua – Jurnal Bogor
Kondisi pasar pedagang Cisarua sejak lama terhantui oleh keberadaan para pedagang kali lima yang berada di ruas jalan Gapura. Ratusan kios PKL di jalan Gapura itu membuat para pengunjung pasar terhenti di kawasan para PKL. ini dikarenakan akses jalan menuju ke dalam pasar disaat jam jam sibuk menjadi macet akibat sebagian badan jalan kiri dan kanannya terganggu oleh barang dagangan dan parkir kendaraan.

Bedasarkan pantauan, para pedagang yang berada di kios kios pasar mereka tidak mampu berjualan hingga sore. Hal ini di dikarenakan pengunjung ke pasar itu di pukul 12 siang sudah sepi. Para pengunjung sebagian besar lebih memilih berbelanja berbelanja di kios kios PKL atau di para pedagang yang berada di radius arah bekas Pos Polisi Lalulintas.

“Ya kami dikunjungi pembeli disini paling sampai jam 12 siang. Itupun tensi pembeli yang bisa dihitung jari. Para pengunjung kelihatannya malas untuk berbelanja ke dalam pasar. Apalgi jika jam jam sibuk, jalur ke dalam pasar selalu macet,” ujar salah seorang pedagang.

Hal yang diungkapkan salah seorang pedagang tadi memang diakui oleh beberapa pengunjung. Linda, warga Batulayang ini mengaku dia sudah merasa cukup untuk belanja diluar pasar. Menurut dia, berbagai kebutuhan untuk keperluan sudah tersedia di para pedagang kaki lima.

“Di jalur Gapura semua barang batang yang dibutuhkan sudah tersedia. Jadi jika tidak terlalu 0ent9ng banget kami kagak ke dalam pasar. Selain macet juga memakan waktu untuk belanja di dalam pasar,” ucapnya.

Sementara pengunjung lainnya menuturkan, kemacetan di pagi hari itu membuat salah satu faktor kita malas ke dalam pasar. “Yang kita rasakan sebagai pengunjung pasar, kemacetan disaat pagi hari di arah masuk ke dalam pasar itu menjadi penyebab utama. Seharusnya ada upaya dari aparat pemerintah mengatur kondisi dijalur tersebut supaya tidak menyebabkan kemacetan,” pungkas Edi, warga Cisarua. Dadang Supriatna.