26.2 C
Bogor
Tuesday, June 18, 2024

Buy now

spot_img

Mumpung Masih Ada Waktu: Bertaubatlah !

JURNAL Inspirasi – “…Mumpung masih Ada Waktu..” Begitu bunyi sepenggal bait terakhir syair-lagu Ebit G Ade..sungguh menyentuh kalbun-salim kita. Jujur saya berkata, mendengar dendangan alunan lagu tersebut, air mataku pun menetes dan aromah bulu kudukku merinding.

Kita sungguh diajak banyak merenung oleh seniman legendaris ini, atas berbagai musibah bencana alam yang menimpa umat manusia sejagat raya. Kita diajak juga merenung, berpikir (yatafakkarun, yakkilun) akan ciptaan alam dan manusia oleh Maha Pencipta, Khalik, Allah Subhanahuwa taala (SWT).

Dimana Tuhan Allah SWT, tak henti-hentinya memberikan berbagai kenikmatan hidup, juga musibah berupa bencana alam kepada kita manusia yang hidup di dunia, di bumi Allah ini, antara lain seperti kejadian:  pandemi Covid 19, gempa bumi, tanah longsor, banjir bandang, tsunami, gunung meletus dengan muntahan lahar panasnya, angin taufan, dan lain-lainnya. 

Berbagai kejadian bencana alam tersebut telah membuat umat manusia penghuni bumi ciptaan Allah SWT, menjadi hidupnya susah dan sengsara, menderita. Sehingga begitu banyak memakan korban harta dan nyawa dengan jasad yang bergelimpangan tanpa nyawa, yang menimpa penduduk di berbagai pemukiman di desa-desa maupun juga di daerah perkotaan.

Dari bencana alam itu, faktanya belum ada kemampuan dan keahlian manusia, para ilmuwan dan pakar yang bisa menangkal atau menghalau terjadinya bencana alam antara lain seperti gempa bumi, gunung meletus, tsunami dan angin taufan, termasuk pandemi Covid 19 itu sendiri. Artinya ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang canggih, dikuasai manusia abad modern hingga saat ini, sepengetahuan kita, belum ada yang mampu mencegah atau mengusir terjadinya bencana alam buatan Sang Maha Pencipta, Al Khalik, Allah SWT.

Sepengetahuan kita hingga saat ini, zaman Now, walaupun perkembangan iptek sudah begitu sangat maju “canggih” supermodern, hasil dari berbagai usaha, pengembangan kreatifitas dan inovasi dari kemampuan riset dan pengembangan (R and D) di institusi negara dan korporasi swasta.

Hal itu menyebabkan kehidupan umat manusia, kita semakin mudah dan murah dalam menikmati kekayaan sumberdaya alam (SDA) dan jasa-jasa lingkungan (jasling) ciptaan Allah SWT tsb, baik SDA yg hayati berupa flora dan fauna yang hidup di lingkungan ekosistem hutan, terumbu karang, dsb, maupun SDA nonhayati berupa hasil tambang, lanscap alam pegunungan dan daerah pesisir (coastal zone) yang begitu indah dan nyaman untuk berekowisata, mencari nafkah dan kenikmatan hidup, dsb.

Segala anugerah Tuhan Allah SWT yang bertebaran di dunia tersebut, telah membuat sebagian manusia hidupnya berkecukupan dan bahkan mereka yang nasib beruntung diberi rezeki oleh Allah SWT disertai usaha bekerja keras dan cerdas, hidup mereka sejahtera dan berkemakmuran.

Akan tetapi, sebaliknya, ada juga sebagian penduduk atau warga masyarakat pada suatu negeri, yang bernasib sial dan malang, hidup mereka mengalami kondisi kemiskinan, kebodohan dan terbelakang, yang disebut penyakit sosial 3-K .

Penyakit 3-K ini, dalam perspektif sainteks secara garis besar, terjadi akibat 3 faktor, yakni.(1) natural: kelangkaan sumberdaya alam  (scarcity natural resource), (2) kultural” rendahnya kualitas sumberdaya manusianya , bodoh karena kurang pendidikan dan buruknya kesehatan karena kurang makan yang baik dan begizi (tidak halalan toyiban, gemar mengkonsumsi makanan dan pakaian dari rezeki yang haram-haram, yang melanggar syariah Islamiyah spt korupsi, merampas, mencuri, menipu, dan perbuatan jahat lainnya), dan (3) struktural:  akibat public policy dan regulasi yang menciptakan ketidakadilan sosial bagi seluruh rakyat, dimana peraturan dan perundangan yang dibuat the ruling party (Pemerintah/Presiden RI bersama DPR RI) pro kepentingan oligarky antara lain.

Seperti UU Minerba yg merupakan SDA tambang sebagai sumber kemakmuran bersama rakyat sebesar-besarnya, sekarang dgn pola kontrak karya dan izin usaha tambang pihak swasta serta ketentuan kelembagaannya yang merugikan negara, akhirnya memperkaya segelintir orang yang disebut oliogarki dan konglomerat, sehingga membuat sebagian besar rakyat menjadi melarat. Seperti yang terjadi saat ini, kondisi rakyat dan warga bangsa yang banyak menganggur, hidup miskin rentan politik sembako pada Pemilu Pilpres 2024 yang lalu, angka stunting balita masih sangat tinggi akibat kurang gizi sehingga berdampak “lose generation” dll.

Padahal SDA dan Jasling yang dimiliki Indonesia kaya raya dan melimpah. Dari segi potensi SDA hayati yang dianugerahi Allah SWT berupa flora dan fauna yg beranekaragam jenis yang sangat besar (megabiodiversity) jika dibandingkan negara-negara benua Erofah, Amerika apalagi  Afrika yang lahannya tandus dan gersang. Simpulannya, faktor natural yang menyebabkan terjadinya problem.sosial 3 K, tidak terjadi di Indonesia, dan kemungkinan ada pada faktor problem kultural dan struktural, akibat kerakusan.dan keserakahan (greedy, moral hazard) segelintir orang-orang yang dihinggapi syetan, sesat dan menyesatkan.

Singkat kata dan simpulannya, sebenarnya sumber kemakmuran Rakyat Indonesia itu, sangat besar yang ada di bumi Indonesia. Sangat tidak masuk diakal (paradoks) bagi manusia berpikir waras, dan sangat aneh (anomali) bisa terjadi penyakit sosial 3 K tsb akibat faktor struktural dimana ketimpangan sosial-ekonomi yang sangat tajam, diindikadikasikan angka Gini Ratio berkisar 0.38 sd 0.42, angka stunting dan pengangguran gen Z terus meninggi 10 tahun terakhir, dll.

Jadi ternyata ini, ada kesalahan dalam pengelolaan (mismanagement) SDA dan jasling oleh Regim yang berkuasa (the ruling party) yang buruk tatakelolanya (bad governance), prakteknya menyimpang dan bertentangan dengan.kaidah hukum konstitusi Pasal 33 UUD 1945 (Bab Kesejahteraan Rakyat).

Kita sangat paham dengan bermunculan penyakit sosial 3K di tengah masyarakat Indonesia, akan mengundang perbuatan maksiat pun muncul di dalam kehidupan masyarakat, karena menurut hadist Nabi Muhammad SAW bahwa “kemiskinan akan mendekati kekafiran”.

Maknanya manusia ingkar akan perintah Allah dan gemar berbuat mungkar, maksiat seperti korupsi, LGBT, berzinah, mencuri, merampok, menipu dan merambah hutan dgn merusak ekosistem alam seperti hutan, daerah aliran sungai, dan perairan laut serta daerah pesisir dan pulau-pulau, mengalami degradasi dan “demage” akibat keserakan dan kerakusan pengusaha besar (oligarky) berkolusi dengan penguasa yg zholim yg gemar korupsi. 

Mereka tanpa malu dan tanpa berdosa menampilkan gaya hidup (life style) dan gusture kehidupannya yang bermewah-mewahan dan megah-megahan, (hedonis) dengan menggunakan uang haram yang tak berseri Milyaran dan bahkan Triliyunan Rupiah, dari hasil suap-menyuap, sogok-menyogok, alias korupsi, seperti yang sering terjadi pada illegal mining, illegal fishing, illegal trading, etc.

Sulit memberantas perbuatan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) para oknum Penguasa/Pejabat Negara dan Pemerintahan di birokrasi negeri ini dan Pengusaha/pebisnis dan investor seperti tambang, industri dan perdagangan di negara ini. Berbagai intrumen kebijakan dan regulasi yang telah dibuat dengan basis iptek yang modern dan canggih sudah dilakukan dan dikerjakan, termasuk organisasi dan sistem kelembagaan hukum seperti KPK, MK, MA, Kepolisian, Kejaksaan dan institusi penegak hukum lainnya.

Namun hampir sebagian besar institusi resmi ditopang dana APBN dan APBD tidak berdaya (powerless), tumpul dan mandul, peran dan fungsinya sangat lemah, supremasi hukum tidak tegak. Bahkan ada yang berpendapat, menurut ilmuwan dan pakar sosial bahwa “penegakan hukum di negeri ini, tumpul keatas dan tajam kebawah”, artinya adanya diskriminasi dan perbuatan ketidakadilan sosial yang terstruktur, sistematis dan masif (TSM) yang sedang berlangsung. Mesin mapia hukum begitu kuatnya, membuat perbuatan KKN yang melanggar hukum dibiarkan dan terbiarkan tanpa kontrol dan penindakan.

Solusinya memang perbuatan jahat KKN para Penyelenggara Negara, selain berpendidikan yang terbaik, juga harus dan wajib dengan upaya-upaya peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan (imtaq) kepada Allah SWT semata-mata, taat dan patuh beribadah, sehingga mereka para oknum pejabat tersebut segera melakukan taubatan-nasuha, dengan cara dan sadar meninggalkan gaya dan gusture hedonis, kembalilah bergaya hidup yang sederhana, meninggalkan korupsi dan berlatih hidup bersih dan jujur, tinggalkan perbuatan kolusi dan nepotisme yang melanggar kaidah hukum dan profesionalisme, berikan pekerjaan dan amanah itu kepada ahlinya.

Sebab kita paham sebagaimana hadist nabi dan Rasulullah Muhammad SAW bahwa “sesuatu pekerjaan yang bukan dikerjakan oleh ahlinya, tunggulah kehancuran”. Jadi nepotisme, para pejabat publik direkruit atas dasar kekerabatan segaris turunan, bukan pengalaman dan keahlian, maaf spt kasus GRR putra mas Joko menjadi Wapres RI thn 2024, akan berpotensi membawa kemunduran bahkan mungkin kehancuran bagi NKRI, kecuali Allah SWT berkehendak lain.

Kembali ke narasi, syair lagu Ebit G Ade, tentang musibah bencana alam yang menimpa umat manusia, maka kita seharus tersadar akan teguran Allah SWT, berupa azab, kesulitan dan kesengsaraan hidup yg kita alami, dan dijatuhkan Tuhan Allah karena ulah (perilaku) sebagian manusia yg bejat, jahat dan gemar berbuat maksiat.

Kata Ebit G Ade, kita tidak boleh sekali-kali sombong, angkuh dihadapan manusia, apalagi mata Tuhan, Allah SWT bahwa kita manusia, salah satu makhluk ciptaan-Nya tidak ada apa-apanya, makhluk sangat lemah dan sangat kecil, apabila berhadapan datang bencana alam buatan Allah SWT spt gempa bumi, tsunami, pandemi covid 19, angin taufan, banjir dsb.

Walaupun kita penyadari dan tahu bahwa paling-paling kemampuan iptek yang kita kuasai dan miliki hanya sekedar penanggulan (mitigasi) korban manusia dari bencana alam, untuk mengurahi penderitaan manusia dari aspek kesehatan, perumahan/pemukiman dll.

Hanya sekedar itu yang bisa manusia lakukan, bukan mencegah apalagi menghilangkan bencana alam, itu sesuatu yang tak mungkin. Oleh karenanya, ketika musibah bencana alam itu menimpa suatu kaum, marilah kita minta ampun kepada Alla SWT atas azab yang Tuhan berikan.

Hal inilah yang sangat kurang dilakukan oleh para umaroh dan para ulama di negeri ini, dakwah Islamiyah lemah, yang kuat dan kencang adalah realokasi dan rekontruksi bangun fisik yang memakan biaya besar, tapi lupa penguatan spritualnya, kualitas imtaqnya, agar meninggalkan perbuatan maksiat, murtad, LGBT, prostitusi, berzinah seperti bencana tanah longsor di daerah Cianjur Jabar, kira-kira kejadiannya setahun lalu.

Sehubungan dengan terjadi musibah bencana alam yang bertubi-tubi terjadi di masyarakat kita, terakhir di ranah Minangkabau Provinsi Sumbar, Ebit G Ade mengajak kita untuk bertafakur fiddin, dan bertaubat kepada Allah SWT dengan betul-betul menjalankan segala perintahnya (perbuatan halalan toyiban) dan menjauhi-meninggalkan segala larangan-Nya (perbuatan sesat, jahat, bejat, akal fulus dan bulus, dan perbuatan maksiat yang dimurkai Allah SWT), mumpung masih ada waktu.

Maksudnya Allah SWT masih memberi kita manusia nikmat hidup (bernyawa) dan nikmat kehidupan dengan rezeki yang banyak dengan ketersediaan SDA dan Jasling yang kaya-raya, megabiodiversity, dengan geoekonomi dan geopolitik yang seksi dan strategik, dan melimpah dimiliki negeri yang sama-sama kita cintai, bernama Indonesia Raya.

Kunci tercapainya kesejahteraan Rakyat dengan kemakmuran bersama sebesar-besarnya sebagaimana amanah konstitusi negara UUD 1945 pasal 33, ada pada para pemimpin negara-bangsa Indonesia yang bekerja cerdas, keras dan ikhlas, yang berwatak siddiq, amanah, fathonah dan tablig. Jika para elite politik Indonesia bertaubatannasuha, mumpung masih ada kesempatan waktu. Maka kita berkeyakinan NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, akan keluar dari krisis multidimensi, kemudian kita menemukan atau mendapatkan kejayaannya, berdigdaya sebagaimana yg dideklarasikan Indonesia Emas 2045, seratus tahun Indonesia Merdeka. Prasyaratnya Negara-Bangsa (nation state) harus bersih dan bebas dari kehayatan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Mumpung masih ada waktu, bertaubatlah.

Ingat sebagaimana firman Allah SWT dalam kita suci AlQuran bahwa setiap makhluk yang bernyawa akan menemui kematian (wafat),dan manusia setelah mati akan menempuh kehidupan akhirats yang maha panjang waktunya dibandingkan kehidupan di dunia yang fana ini, Rohnya akan menghadap Sang Khalik Allah SWT, dan kita manusia nantinya berada 2 golongan tergantung amalan-pahala dan dosa-dosanya yg diperbuat manusia selama hidup di dunia yakni (1) golongan kanan, penghuni syurga, wajahnya bercahaya, berseri-seri dan berbahagia, (2) golongan kiri, penghuni neraka, wajahnya murung/buram, hitam-legam dan sengsara akibat berbagai azab oleh Allah SWT, mereka berbantah-bantahan dan penuh penyesalan, serta ingin kembali ke dunia untuk beribadah kepada Allah, akan tetapi Allah SWT menolaknya.

Oleh karena itu, pesan moral religius seniman besar Ebit G Ade, penggalan syair lagunya yang sahdu “mumpung masih ada waktu”, hendak merasuk ke kalbu kita.  Maka berbuat baiklah dengan menebar kebajikan di kehidupan dunia, atas landasan keimanan dan ketaqwaan kpd Alla SWT semata, agar kita selamat hidup di dunia, terhindar dari musubah bencana alam, dan selamat pula kita di kehidupan akhirats kelak, berada di Syurgajannatunnaim yang penuh rahmat dan nikmat, Aamiin-3, YRA.

Demikian narasi ringkas dibuat, setelah mendengar dan menyimak lagu Ebit G Ade, yang sahdu, sehingga saya tergerak menulis apa adanya yang dirasakan dan dipahami maknanya untuk proses pembelajaran dan perolehan hikmah. Insya Allah, harapannya, semoga bermanfaat bagi para pembaca budiman.

Akhirkata mari kita berdoa untuk keselamatan kita: “Robbana aatina fiddunnya hasanah wafil akhirotii hasanah waqiinah azabbannaar”. Syukron barakallah.

Wassalam

====✅✅✅

Dr.Ir.H.Apendi Arsyad, M.Si
(Pendiri dan Wasek Wankar MPP ICMI merangkap Ketua Wanhat MPW ICMI Orwil Khusus Bogor, Pendiri dan Dosen Senior Universitas Djuanda Bogor, Konsultan K/L negara, Pegiat dan Pengamat serta Kritikus Sosial melalui tulisan di media sosial)

Related Articles

- Advertisement -
- Advertisement -

Latest Articles