Oleh:
Dr.Ir.H Apendi Arsyad, M.Si *)
jurnalinspirasi.co.id – Bismillahir Rahmanir Rahiem. Entah mengapa, sore hari Sabtu itu tergerak hati saya untuk membuka hp, setelah pulang dari Seminar “Bogor Dayeuh Ulama” bertempat di kampus Universitas Pakuan Bogor, dimana saya salah seorang pemakalahnya, makalah saya judulnya “Kembalikan Bogor Sebagai Dayeuh Ulama”.
Setiba di rumah, istirahat sejenak, saya membuka hp, ternyata ada WA japri dari bapak Prof Dr.Ir.H Ahmad Muchlis Saefuddin (AMS), sosok cendekiawan muslim, pemikir produktif dengan karya intelektual bereputasi nasional dan internasional.
Beliau yang kita kenal panggilan akrab sehari-harinya adalah pak AM, memiliki karya buku-buku yang cukup banyak, menjadi referensi yang menginspirasi, mencerahkan dan menggerakan serta memberikan arah perubahan sosial dan kebudayaan masyarakat, menuju masyarakat madani (civilization society).
Subhanallah, saya merasa senang dan berbahagia menerima pesan singkat dari seseorang yang selama ini menjadi guru dan mentor kehidupanku, barang tentu juga pak AM seorang tokoh panutanku.
Pak AM sejak saya menjadi mahasiswa IPB tahun 1980, dan menjadi pengurus dan aktivis HMI Cabang Bogor adalah mentorku. Dalam berbagai kegiatan training pengkaderan HMI, dan setelah menjadi alumni HMI, saya aktif di KAHMI, kami sering berinteraksi dalam berbagai event, karena beliau salah seorang mantan Ketum HMI Cabang Bogor pada thn 1964-1965 yang dekat dan mau berbagi ilmu dengan adik-adiknya di organisasi HMI dan KAHMI, seperti saya.
Jadi, pak AM motivator, inspirator dan guru sang pencerah bagi saya dalam hal keilmuan berbasis Al Quran dan Assunnah Muhammad SAW. Saya sering hadir dalam forum ilmiah-kerohanian Islam, dimana pak AM sebagai narasumbernya.
Saya sering juga mengundang pak AM di forum-forum diskusi yang saya pimpin baik di organisasi ekstrauniverditer sepeti HMI, grup diskusi mahasiswa Forum Latihan dan Pengembangan Muslim Intelektual (FOLAPMI) Bogor, dan organisasi intrauniversiter sepeti Senat Mahasiswa Faferikan IPB, UKM BKI IPB dll, dimana saya salah seorang pengurus intinya.
Sabtu .sore itu, saya menerima isi pesan japri dari pak AM, sepertinya bersifat “tembusan”, saya kutip berbunyi utuh sbb: “Slm Yuddy, apa khabar Ji? Hrp kontak tokoh Dr.Ir.Apendi.Arsyad.MSi, salah seorang pendiri Univ.Juanda minta pengantar buku.”Jihad Intelektual”. AM, Tribute u pak.AM memasuki usia 83 thn. Ini no hp beliau 081293542, ok ?.
Pesan ini dishare oleh beliau Sabtu sore tgl 29 Juli 2023 sekitar pkl 14.55 wib sebagaimana tercatat di hpku. Kemudian, saya dengan sigapnya membalas sbb: “Alhamdulillah, siap bantu bapak Prof.Dr.AM Saefuddin guruku dan panutanku..Semoga bpk dan kelg sehat-sehat saja. Maaf saya belum.sempat bersilaturrahmi ke rumah. Wass.AA”
Semenjak menerima WA japri pak AM, mulai terpikirkan siapa itu Yuddy, dan bagaimana caranya mengakses seseorang yang bernama Yuddy, yang disebut pak AM itu?. Jujur saya berkata, pak atau mas Yuddy, betul-betul seseorang yang belum saya kenal.
Berikutnya saya pun berpikir tentang isi konten buku yang akan terbit dalam rangka milad ke 83 pak AM, tgl 8 Agustus 2023, sebentar lagi datang waktunya. Judul bukunya sangat menarik dan cukup menantang, yaitu “Jihad Intelektual pak AM”.
Barang tentu saya beranggapan bahwa draf buku itu pasti sudah ada ditangan bpk.Yuddy sebagai penulis dan atau editor bukunya. Kendala yang saya katakan.tadi, saya belum kenal dan belum pernah bertemu dengan bpk atau mas Yuddy, orang yang disebut namanya oleh pak AM di WA japrinya itu, no kontaknya pun saya tak tahu. Walaupun demikian, saya tetap berharap suatu saat bisa berkomunikasi dengan namanya Yuddy.
Sambil menunggu bisa kontak dengan pak Yuddy, saya pun mulai mencari sejumlah buku-buku karangan pak AM di perpustakaan pribadiku di rumah. Saya memiliki sejumlah buku karangan pak AM, dari pertemuan-pertemuan diskusi dan seminar terdahulu dengan beliau. Termasuk jika saya bertamu dan. ersilaturrahmi ke rumahnya, pulangnya saya sering dihadiahi buku anyar karangannya.
Alhamdulillah, ternyata beberapa hari kemudian, Allah SWT mempertemukan saya dengan mas Drs.Yuddy Ardhi secara kebetulan, Jumat 2 Agustus 2023 di suatu kegiatan FGD “Menatap Visi dan Misi Indonesia Emas 2045 dan Penyusunan RPJMN tahun 2025-2045, yang dilaksanakan ICMI Pusat kerjasama FEM IPB Universitas, bertempat di ruang Dekanat FEM IPB.
Beliau mas Yuddy berperan sebagai salah seorang narasumber FGD hibrit (off-online) pada sesion pertama pagi Jumatnya, sedangkan saya bertugas sebagai moderator FGD sesion kedua pada siang harinya.
Bertemu dan bertegur sapanya kami, juga sangat kebetulan, disaat ngobrol membahas tema diskusi. Saya mengapresiasi pemikiran mas Yuddy soal pendidikan generasi millenial etc. Akhirnya kami saling mengenal, dan kemudian memperbincangkan isi pesan WA japri pak AM dengan serius.
Setelah itu saya kirim WA japri pak AM, yg isinya sbb: “Ass ww Pak.AMS. Alhamdullillah, saya tadi kebetulan ketemu mas Yuddy di acara FGD ICMI di kampus IPB Darmaga Bogor, wass.AA”
Kemudian beberapa hari setelah pesanku itu, Kamis pkl 14.55 wib pak.AM, membalasnya sbb:
“Slm AA kelg moga sehat. Yuddy mohon SEGERA pengantar pak AA u buku.Jihad Intelektual, karena besok akan naik cetak oleh penerbit, ok? Tks wasl.AM”
Alhamdulliah tiga hari kemudian, saya mendapat kiriman softfile buku pak AM berjudul “Jihad Intelektual, Tribute AM” dari mas Yuddy.
Sejak itu saya mulai berpikir keras, tentang apa gagasan yang akan saya karang untuk pengantar buku pak AM yang akan terbit dalam rangka milad ke-83 thn, 8 Agustus 2023 ini.
Dari judulnya saja cukup menantang, sangat relevan dengan kondisi kekinian kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dimana wacana intelektual dari para kaum cendekiawan Indonesia “kurang” begitu didengar oleh the ruling party, sehingga fenomena Rocky Gerung, Rizal Ramly, M Said Didu, Faisal Basri dan banyak lagi para pemikir pembangunan berkelas di negara ini, diabaikan oleh rezim penguasa negeri kita saat ini.
Menurut saya muncul karya pemikiran pak AM, “Jihad intelektual Tribute AM”, sesungguhnya sangatlah relevan kehadirannya. Akan tetapi untuk menulis pengantar atau testimoni, barangtentu membuat keningku berkerut.
Hal yang paling pokok adalah apa dan bagaimana memahami sosok dan figur Prof.Dr.AM Saefuddin dengan wataknya sebagai seorang Tokoh Cendekiawan Muslim Indonesia yang produktif dan bereputasi nasional dan internasional yang bersifat multidimensional. Ini sebuah pekerjaan otak yang tak mudah, keningku pun mengkerut dibuatnya.
Saya terpaksa membuka catatan-catatan lama tentang pak AM, yang mana pada Juni 2000 pernah saya menulis kata pengantar dalam buku orasi guru besarnya di kampus Universitas Djuanda Bogor, di buku orasi pak AM, saya sebutkan bahwa…”bapak Prof AMS yang kita kenal sosok dan figurnya sebagai Tokoh Nasional yang multidimensi.
Begitu banyak karya akademik dan pengabdian kemasyarakatannya, sehingga bpk Prof AMS pantas disebut sebagai pemikir-akademisi produktif, politisi moralis yang berani, muslim cendekia yang taat beragama, pemimpin berbagai LSM, konsultan BI dan Bank Dunia bidang pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, mantan Rektor UIKA Bogor, Petinggi Parpol P3, dan mantan Menteri Pangan dan Hortikultura RI/Kepala Bulog di era kabinet Reformasi Presiden RI Prof.BJ Habibie.
Dengan istilah lain, pak AM bukan hanya mengisi peran reflektif (berwacana) akan tetapi berperan fraksis, pak AM bukan “nato” yakni “no action talk only”, akan tetapi beliau hidup konsisten dan aktif mendukung pelaksanaan pemberdayaan masyarakat miskin dan tertindas (dhuafa dan mustaafin). Watak mulia beliau inilah membekas dalam jiwa dan kepribadian saya hingga kini, insya Allah.
Pada 8 Agustus 2023, milad ke-83 pak AM, akan terbit lagi buku barunya dengan judul “Jihad Intelektual Tribute AM”, sebagaimana informasi dari mas Yuddy. Terus terang saya senang dengan topik yang dibahas dalam beberapa chapter (bab) dalam buku tersebut.
Isi bukunya sangat inspiratif dan mencerahkan, ada perlawanan terhadap paham sekular, liberal, pluralis, ateis (komunis) yang sangat jelas dan tegas dengan merujuk ayat-ayat Al Quran. Itu ciri khas pemikiran filsafat pak AM, setelah membaca draft bukunya. Akan tetapi, itu tadi, memahani isinya, membuat keningku semakin mengkerut, karena ide-idenya begitu kaya dan briliyan.
Dalam artinya saya berpikir keras untuk menulis testimoni ini, sebab sosok dan figur pak AM bukan orang sembarangan, beliau pemikir hebat yang masih sangat produktif walaupun telah berusia lansia 83 thn, mantan aktifis NGO, politisi dan pejabat negara RI, dengan sejumlah penghargaan.
Pak AM adalah sosok guru yang baik, peduli kaum dhuafa-mustaafin, beliau gemar berbagi ilmu dan pengalaman, dekat dengan kaum muda. Begitu banyak karya kreatif dan inovasinya yang dipublish di mass media.
Pak AM adalah penggagas dan pemikir berani dengan ide-ide baru dan segar, seperti Islam disiplin ilmu, nilai-nilai ekonomi islam, desekularisasi pemikiran: landasan islami. desekularisasi politik, Politik Tauhid, integrasi ilmu dan Islam, islamisasi Sains dan Kampus, Empat Pilar Ekonomi Syariah, dll.
Beberapa pemikiran keislaman, seperti Nilai-nilai ekonomi Islam yang pak AM.cetuskan dan ceramahkan tahun 1980-an kepada kami kader HMI, kini telah melembaga menjadi sistem Ekonomi Syariah, berwujud tumbuh suburnya Perbankan Syariah, Bank Muamalah, Asuransi Syariah, BPRS, BMT, dll. Kemudian pak AM pernah menjadi salah seorang Komisaris Bank Muamalah Indonesia thn 2000-an.
Saya mulailah berpikir dan mencatat, seingatku bertemu terakhir dgn pak AM, ketika bersilaturrahmi idul fitri ke rumahnya, berlokasi di komplek Perumahan Haurjaya Kota Bogor pada bulan Syawal 1443/2022, tepatnya setahun lalu.
Saya diberi buku berjudul “Integrasi Ilmu dan Islam”, by Prof.Dr.Ir.H.A.M Saefuddin dan Drs Yuddy Ardhi, dengan kata pengantar buku tersebut ada 3 orang Guru Besar dan Rektor yakni Prof. Dr.Ir.H Asep Saefuddin (Rektor Universitas Al Azhar Indonesia), Prof.Dr H E Mujahidin (Rektor Universitas Ibn Khaldun Bogor) dan Prof.Dr KH Didin Hafidhuddin MSi (Mantan Rektor UIKA Bogor dan Ketua Pembina DDI). Buku itu mengingatkan saya terhadap isi pidato bpk Prof.BJ Habibie selaku.Ketum MPP ICMI Pusat, bahwa program 5 K ICMI adalah integrasi imtaq dan iptek.
Kemudian saya agak paham bahwa kedua tokoh nasional ini adalah produk Universitas Exellence yang ada di negara maju Jerman, dan mereka berdua adalah pendiri dan aktifis ICMI. Saya AA pun demikian hingga kini menjadi aktivis abadi dengan kadar kader “emas 24 karat” mengabdi di ormas Islam ICMI Orwilsus Bogor sebagai Ketua Wanhat, sedangkan MD KAHMI Bogor selaku Sekwanhat.
Beberapa bulan, sebelumnya saya juga pernah ke rumah beliau, mengantarkan pisang Kepok, hasil kebunku sendiri, karena pak AM sedang tidak enak badan, sedang istirahat, saya hanya mengobrol ditemani istri pak AM, walaupun sudah lansia tetapi tetap kelihatan cantik dan ramah, ibu Hj.Ati binti Muhammad Ibrahim, sekitar setengah jam beliau menemani ngobrol kekeluargaan.
Atas pesan pak AM, saya pulang dibekali 4 buku karangan pak AM, yang isinya bernaz, mencerahkan dan menginspirasi saya muridnya. Keempat buku tersebut berjudul (1) Antologi Islam dan Peradaban, (2) Empat Pilar Ekonomi Syariah, (3) Desekularisasi Demokrasi Landasan Islamisasi Politik, kata pengantar Prof.Dr.Jimly Assiddiqie dan KH.Ahmad Kholil Ridwan LC, dan (4) Desekularisasi Politik dan Ekonomi, penerbit Dewan Dakwah Indonesia (DDI) Jakarta, dimana Pak AM di masa itu adalah Ketua Dewan Pembina DDI Pusat.
Beberapa tahun jauh sebelumnya, saya pernah juga diberi buku oleh guruku pak AM, ketika bersilaturrahmi ke rumahnya, sebenarnya cukup banyak bukunya karangan pak AM, akan tetapi yang saya ingat, sebut saja judul buku pak AM yang lengket dibenakku adalah (1) Desekularisasi Pemikiran: Landasan Islamisasi, kata pengantar Jujun S Suriasumantri, penerbit Mizan Bandung, (2). Fenomena Kemasyarakatan: Refleksi Cendekiswan Muslim, penerbit Dinamika Yogyakarta, 1996, dan.(2) Ada Hari Esok: Refleksi Sosial-Ekonomi dan Politik Untuk Indonesia Emas, penerbit Amanah Putra Nusantara, thn 1995, tim penyunting Ir.H.M Saleh Khalid.MM dan Drs.Fauzan Al-Anshori.
Selanjutnya, sambil mengenang kembali karya-karya dan kerja intelektual pak AM, pada saat memperingati milad ke-70 thn 2010, jika saya tidak lupa, terbit 2 buku yang cukup tebal, yang berjudul (1) Islamisasi Sains dan Kampus, sambutan Presiden RI ketiga Prof.Dr.BJ6 Habibie, kata pengantar Dr Hamid Fahmy Zarkasyi, dan buku ke 2 berjudul Antara Jerman dan Mekkah: Biografi Prof.Dr.Ir. AM.Saefuddin, dengan tim editor kedua buku tersebut adalah Ahmadie Thaha, Rusdiono Mukti dan Tata Saptayuda, penerbit buku PT. PPA Consultants Jakarta.
Dalam buku berjudul “Antara Jerman dan Mekkah: Biografi Pak Prof.Dr.Ir.AM Saefuddin”, 336 halaman, pada Bagian I Biografi, bab 31: Guru Besar Universitas Djuanda, pada halaman 157-159, alhamdulillah ada sebanyak 6 kali nama saya Apendi Arsyad disebut. Karena sebelumnya terbit buku Biografi itu, pak AM mengirim utusan dari salah seorang editor mendatangi dan mewawancarai saya di kampus Universitas Djuanda Ciawi Bogor, untuk persiapan terbitnya buku 70 thn milad pak AM, ketika itu.
Pada cover bagian belakang buku autobiografi “Antara Jerman dan Mekkah: Biografi Prof.Dr Ir.AM Saefuddin, saya diberi kehormatan oleh tim editor buku tersebut, bertestimoni selaku mantan Dekan Fakultas Pertanian UNIDA Bogor tahun 1998-2022 yang mereka kutip dalam sambutan saya sbb: “Saya masih ingat, dia sosok berani, ketika menentang sebuah rezim represif. Namun demikian, orangnya tetap santun, ramah dan kharismatik”.
Ketika saya diwawancarai oleh Abdul Wahid, pembantu Tim Editor thn 2009, terus terang saya merasa senang dan tersanjung atas apresiasi pak AM yang begitu tulus meminta saya untuk diwawancarai. Padahal beliau itu, merupakan guru kehidupan dan panutanku dalam berpikir dan berbuat sebagai Cendekiawan Muslim Indonesia, terus terang saya banyak belajar, berdiskusi tentang masalah keislaman-keummatan-kebangsaan, dan bersilaturrahmi dengannya dan termasuk keluarganya guna mentransformasikan tatanan nilai, norma dan kaidah-kaidah Islam yang disuritauladani beliau untuk kehidupan saya. Beliau pak AM adalah guru dan panutanku, itu tak sungkan-sungkan aku katakan di ruang ini.
Saya bersyukur kepada Allah SWT bahwa saya AA, oleh pak AM guru dan panutanku itu, telah dianggap atau ‘diakui” saya adalah bagian dari “anak dan adik ideologisnya beliau” pak AM.
Ketika beliau pak AM dikukuhkan menjadi guru besar di Fakultas Pertanian Universitas Djuanda Bogor, dekannya saya, tepatnya pada tanggal 3 Juni 2000, dan pak AM berorasi ilmiah sebagai Guru Besar “millenial” yang beliau sering katakan, sambil berseloroh.
Judul buku orasinya “Pasar Ekspor Hasil Pertanian Indonesia Era Liberalisasi Perdagangan”. Subhanallah, mendapat respons luar biasa dari media massa spt koran dan majalah terkemuka negeri spt HU Kompas, Republika, Sinar Harapan, Pikiran Rakyat, Radar Bogor, majalah Trobos, dll mempublish pemikiran Prof.AM dengan begitu jelas.
Saya sejak menjadi aktivis mahasiswa IPB thn 1980-an, hingga sekarang aktif di Kahmi dan ICMI sering berinteraksi cerdas dengan.pak AM. Sehingga saya mengenal baik gerak langka dan kiprah pak AM dalam pembangunan ummat, bangsa dan negara baik dalam kancah nasional, maupun global, terutama dunia Islam taraf internasional.
Istilah zaman Now, pak AM kiprah dan jasa-jasanya sangatlah “kreen dan mantul”, kami generasi yunior HMI memandang senior HMI kami pak AM adalah sebagai tokoh panutan, karena dalam ceramah-ceramahnya selalu mencerahkan dan menginspirasi kami generasi muda muslim Indonesia. Pemahaman dan penguasaan pak AM dalam bidang sainteks berbasis Al Quran dan SunnahRasulullah Muhammad SAW begitu mumpuni.
Lihat dan baca buku-buku karangan pak AM, diantaranya yang saya sebut judul bukunya diatas. Banyak diantaranya kami kader HMI, murid pak AM menyebut Prof.Dr.AM Saefuddin, berotak Jerman dan berhati Mekkah, karena beliau sebagai santri lulusan pondok pesantren di kampungnya Cirebon, belajar di SMPA Negeri Bogor, kemudian masuk Faperta UI/IPB 1963-1965 dan menjadi Dosen IPB, pernah menimbah ilmu pengetahuan dan teknologi, studi lanjut Doktor bidang Ekonomi Pertanian di negara maju Jerman, Universitas Justus Liebig di Giessen Jerman. Pak AM kaya ilmu pengetahuan, banyak pengalaman dan luas pengabdiannya yang telah membawa manfaat bagi lingkungan sosialnya.
Dengan terbitnya buku “Jihad Intelektual Tribute AM”, di usia ke 83 tahun, sekarang saya menyebut Pak AM, Tokoh Cendekiawan Muslim Indonesia yang Multidimensi Plus, seperti judul testimoni atau Kata Pengantar buku ini.
Selamat ulang-tahun guruku dan panutanku pak AM, sehat dan berbahagia selalu bersama keluarga, apabila waktunya keabadian tiba nanti, beliau husnul khotimah. Semoga Allah SWT senantiasa memberkahi kehidupannya, Aamiin.
Syukron barakallah.
Wassalam.
*) Pendiri dan Dosen Senior (Asosiate Profesor) Universitas Djuanda Bogor, Konsultan K/L negara, Pegiat dan Pengamat Sosial, Pendiri dan Ketua Wanhat ICMI Orwilsus Bogor merangkap Wasek Wankar ICMI Pusat