29.6 C
Bogor
Wednesday, May 15, 2024

Buy now

spot_img

Masyarakat Diminta tak Panik dan Tingkatkan Kewaspadaan

Potensi Multi Bencana Hidrometeorologis dan Aktivitas Kegempaan Meningkat

Jakarta | Jurnal Inspirasi

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)mencatat sebagian besar wilayah Indonesiayaitu 94 persendari 342 Zona Musim saat ini telah memasuki puncak musim hujan seperti yang telah diprediksikan pada Oktober 2020 lalu, dimanapuncak musim hujan akanter jadi pada Januari dan Februari2021,untuk ituper ludiwas pada terjadinya cuaca extrem ini.

“Kami mengimbaumasyarakat dan seluruh pihak untuk tetap terus mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang cenderung meningkat di dalam periode Puncak Musim Hujan ini,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers secara daring yang disampaikan BPBD Kabupaten Bogor, Minggu (24/1).

Menurutnya, sebagian besar wilayah yang berada pada Puncak Musim Hujan tersebut terutama sebagian Sumatera bagian Selatan, sebagian besar Jawa, sebagian Kalimantan, Bali, NusaTenggara, sebagian Sulawesi, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat dan bagian selatan Papua. Puncak musim hujan diwilayah tersebut diperkirakanakan berlangsung hingga Februari 2021.

Pada periode musim hujan dan puncak musim hujan ini juga sering terjadi peristiwa cuaca ekstrem dengan curah hujan kategori tinggi dan sangat tinggi. Deputi Bidang Meteorologi Guswanto mengatakan, peningkatan trend curah hujan ekstrem ini selain dipicu oleh fenomena dan/atau gangguan skala iklim, dikaitkan juga sebagai dampak perubahan iklim. Hasil kajian untuk wilayah

Jakarta, menunjukan bahwa frekwensi kejadian hujan tinggi yang semakin meningkat (Siswantodkk,2015). “Dari pengamatan BMKG walaupun curah hujan berada pada tingkat sedang, namun masih berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi. Hal ini tergantung tung pada daya dukung lingkungan dalam merespon kondisi curah hujan,” kata Guswanto.

Misal jika terjadi banjir bandang, dikarenakan adanya sisa-sisa penebangan pohon dibagian hulu, yang dapat menahan air. Jika hujan terus berlangsung, kemudianakanhanyutdanmengakibatkanbanjir bandang dibagian hilirnya.

Demikian pula banjir dan genangan,selain akibatcurah hujan tinggi juga dapat diakibatkan kondisi permukaan yang tidak mendukung air mengalir dengan cepat atau normal kesaluran-saluran yang semestinya.

Lebih lanjut dia mengatakan,kondisi dinamika atmosfer yang tidak stabil dalam beberapa hari ke depan dapat berpotensi meningkatkan pertumbuhan awan hujan dibeberapa wilayah Indonesia.

Ditambah kombinasi antara MJO, gelombang Rossby Ekuator, gelombang Kelvin, dan gelombang LowFrequency di wilayah dan periode yang sama yakni di Laut China Selatan, Samudera Pasifik utara Papua, Samudera Hindia barat Lampung hingga selatan NTT, sebagian besar Jawa, Bali, NTT bagian barat, Laut Bali, Laut Sumbawa, mampu meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan pola sirkulasisi klonik di wilayah tersebut.

BMKG memantau adanya bibit siklon tropis 93S di Samudera Hindia sebelah Barat Daya Sumatera dimana posisi sistem yang cukup jauh dari wilayahIndonesia dan arah gerak menjauhi wilayah Indonesia sehingga tidak memberikan dampak terhadap kondisi cuaca di wilayah Indonesia namun memberikan pengaruh berupa potensi hujan lebat, peningkatan kecepatanangin dan tinggi gelombang di Samudera Hindia Selatan Sumatera- JawaBarat.

Selain itu juga terpantau sirkulasi siklonik di Teluk Carpentaria bagian barat yang membentuk daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angina (konvergensi) yang memanjang dari Sulawesi Tengah bagian selatan, perairan barat Sulawesi Tenggara, Laut Bandahingga Laut Arafura bagian barat.

Sirkulasi siklonik lainnya terpantau di Laut Cina Selatan sebelah barat Palawan. Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi tersebut. Daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) lainnya terpantau memanjang dari Thailand bagian selatan hingga perairan utara Kepulauan Mentawai, di Jawa Barat hingga Jawa Timur bagian barat.

Lalu di perairan utara pulau Kalimantan hingga perairan timur KalimantanTimur, di Bandar Seri Begawan bagian selatan hingga Kalimantan tengah, Perairan barat Sulawesi selatan, Perairan Kep. selayar- Kep. Sabalana, Laut Flores, Laut Banda, Perairan Kep.Letti- Kep.Tanimbar, PerairanKep .Kei- Kep. Aru, Laut Arafuru, Laut Sulawesi bagian timur dan tengah, Perairan Kep. Sangihe- Kep. Talaud, Laut Maluku, Perairan utara dan timur Kep.Halmahera, Laut Halmahera, Perairan utara Papua barat hingga Papua, Samudra Pasifik utara Halmahera hingga Papua,PerairanselatanKaimana,PerairanAmamapre- Agats bagian barat, Perairan barat P. Yos Sudarso. Untuk katagori tinggi gelombang Rough Seas (2.5- 4.0 m) : Samudra Hindia barat Bengkulu hingga Selatan P.Sumba.

Sementaraitu, untuk cuaca penerbangan berdasarkan prediksi untuk 7 hari ke depan (23-28 Januari 2021), saat ini secara umum masih berpotensi tinggi terjadinya pembentukan awan-awan Cumulonimbus (CB) yang dapat membahayakan penerbangan.

Awan Cumulonimbus dengan persenta secakupan spasial maksimum antara50- 75% (OCNL/Occasional) diprediksi terjadi di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Tengah, KalimantanTimur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, SulawesiTenggara, Papua Barat dan Papua.

Kondisi ini juga terjadi di wilayah perairan mulai dari Samudra Hindia barat, Bengkulu hingga JawaTengah, Perairan Utara JawaTengah, Laut Sumbawa, Laut Flores, Selat Makasar, Laut Sulawesi, Perairan selatan Bali hingga NTT dan Samudra Hindiaselatan Bali-NTT,LautArafuru, Samudra Pasifikutara Papua.

SedangkanAwan Cumulonimbus dengan persentase cakupan spasiallebih dari 75 persen (FRQ / Frequent) selama 7 hari kedepan diprediksi terjadi di Samudera Hindiautara Australia Barat.

Untuk itu BMKG terus mengimbau masyarakat dan semua pihak yang terkait dengan sektor transportasi, agar selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap cuaca signifikan atau potensi cuaca ekstrem yang masih dapat terjadi dipuncak musimhujan ini,demi mewujudkan keselamatan dalam layanan penerbangan.

Untuk mempercepat dan memperluas layanan informasi cuaca penerbangan, sejak 2018 BMKG menyampaikan update informasi prakiraan cuaca di seluruh bandara melalui aplikasi mobile phone Info BMKG, juga melalui layar-layar display cuaca di seluruh bandara, pelabuhan dan display cuaca publik untuk beberapa lokasi strategis.

Informasi dalam aplikasi Info BMKG tersebut meliputi informasi cuaca setiap jam Hingga prediksi kondisi cuaca untuk empat jam kedepan, sedangkan informasi prakiraan dan peringatan dini cuaca untuk area maupun rute penerbangan seperti SIGWX (Significant weather Chart) dan SIGMET (Significant Meteorological Information) dapat diakses dalam laman aviation.bmkg.go.id.

Demikian pula seluruh Informasi cuaca baik prediksi dan peringatan dini cuaca ekstrem, prediksi gelombang tinggi dan prakiraan/prediksi cuaca untuk penerbangan disampaikan dan diupdate rutin melalui aplikasi mobile phone InfoBMKG.

“Kami menghimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang menyebabkan terjadinya potensi bencana hidrometeorologi berupa banjir ,banjir bandang, tanah longsor, angina kencang dan putting beliung, terutama untuk masyarakat yang berada dan tinggal di wilayah rawan bencana hidrometeorologi,” ungkap Dwikorita.

Diharapkan masyarakat tetap meng-update informasi cuaca dari BMKG (Cuaca publik, Cuaca penerbangan dan Cuaca maritim) melalui kanal-kanal yang tersedia, baik melalui call centre 196, website www.bmkg.go.id, sosial media infoBMKG di instagram dan YouTube, serta pada aplikasi telepon pintar info BMKG.

Disamping itu BMKG juga menghimbau masyarakat agar lebih mengenali lingkungan dan potensi bencana di lingkungan tempat tingalnya, karena salah satu upaya mitigasi sesungguhnya adalah dengan memahami cuaca dan lingkungan tempat kita tinggal, sehingga dapat mengurangi dampak yang ditimbulkandaribencanahidrometeorologiyangdapatdatangsewaktu-waktu.

Tidak kalah penting adalah BMKG selalu melakukan koordinasi secara Pentahelix dengan melibatkan pemerintah, masyarakat, akademisi, media massa dan dunia usaha terkait bencana hidrometeorologi melalui update informasi cuaca, potensi cuaca ekstrem dan potensi bencana hydrometeorologis.

Hasil perhitungan ini meskipun menggunakan formula dan metode yang sah namun bukan menjadi hitungan yang pasti akan tetapi dapat digunakan sebagai gambaran estimasi kapan gempa susulan akan berakhir.

Gempa kuat juga terjadi pada Kamis, 21 Januari 2021 pukul 19.23.08 WIB yang mengguncang Kepulauan Talaud dengan magnitude 7,0. Episen terterletak pada koordinat 4,94LUdan127,44BT tepatnya di laut pada jarak 132 km arah Timur Laut b Melonguane, Talaud, dengan kedalaman 119 km.

Gempa ini termasuk gempa berkekuatan besar lazimnya terjadi di zona tunjaman lempeng. Pembangkit Gempa Talaud 7,0 adalah deformasi batuan pada bagian slab Lempeng Laut Filipina yang tersubduksi di bawah Kep.Talauddan Miangas.

Hingga saat ini telah terjadi 18 gempa susulan (aftershocks). Gempa Talaud memiliki produktivitas gempa susulan yang rendah,hal ini karena karakteristik batuan pada Lempeng Laut Filipina sangat homogen dan elastis(ductile). Sifat elastis pada batuan ini yang menjadikan batuan tidak rapuh, sehingga gempa susulan jarang terjadi.GempaTalaud meskipun tidak berpotensi tsunami

tetapi menimbulkan kerusakan beberapa bangunan rumah dan tempat ibadah yang tersebar di Kec.Tampan Amma, Kec. Melonguane, Kec.Beo, dan Kec.Beo Utara.

Hasil monitoring BMKG terkini terhadap aktivitas kegempaan di seluruh wilayah Indonesia menunjukkan bahwa sejak awal Januari 2021 sedang mengalami peningkatan aktivitas gempa dirasakan.

Selama periode 1 hingga 22 Januari 2021 saja, BMKG mencatat gempa dirasakan sebanyak 59 kali, jumlah ini tergolong tinggi, dan hampir setiap hari terjadi gempa dirasakan.Bahkanpada14Januari 2021lalu dalam sehari terjadi gempa dirasakan sebanyak 8 kali.

“Jika kita ingin mewaspadai titik-titik rawan bencana gempa dapat didasarkan pada kawasan yang diduga menjadi seismic gap, yaitu zona gempa potensial tetapi sudah sangat lama tidak terjadi gempa yang patut diwaspadai,” katanya.

Untuk kawasan seismic gap di zona sumber gempa megathrust yaitu Kep Mentawai Sumbar, Selat Sunda, SelatanBali, SulawesiUtara, LautMaluku, Utara Papua,danLautBanda.

Sementara untuk wilayah seismicgap di zona sumber gempa Sesar Aktif adalah Sesar Lembang (Jabar) dan Sesar Matano (Sulteng), SesarSorong (PapuaBarat) dan Sesar Segmen Aceh. Namun demikian sebaiknya selalu patut waspada untuk setiap sumber gempa yang ada karena gempa dapat terjadi kapan saja dan dapat terjadi tidak hanya dizona seismicgap saja.

Berdasarkan beberapa hal tersebut di atas BMKG merekomendasikan agar masyarakat mewaspadai kemungkinan terjadinya gempa susulan dengan kekuatan signifikan seperti lazimnya pasca terjadi gempa kuat.

Berdasarkan data gempa susulan dan analisis energi peluruhan maka diperkirakan kejadian gempa susulan akan berlangsung kurang lebih 3-4 minggu sejak kejadian gempa yang pertama. “BMKG akan tetap memonitor dan mengupdate perkembangan gempa bumi tersebut. Masyarakat yang tempat tinggalnya sudah rusak atau rusak sebagian, dihimbau untuk tidak menempati lagi karena jika terjadi gempa susulan signifikan dapat mengalami kerusakan yang lebih berat bahkan dapat roboh,” tambah Guswanto.

Masyarakat perlu waspada dengan kawasan perbukitan dengan tebing curam karena gempa susulan signifikan dapat memicu longsoran dan runtuhan batu. Apalagi saat ini musim hujan yang dapat memudahkan terjadinya proses longsoran karena kondisi tanah lereng perbukitan basah dan labil, Mengingat pesisir Majene pernah terjadi tsunami pada tahun 1969, masyarakat yang bermukim diwilayah Pesisir Majene perluwas pada jika merasakan gempa kuat agar segera menjauh daripantai tanpa menunggu peringatan dini tsunamidari BMKG.

Masyarakat juga diminta tidak percaya berita bohong (hoax) untuk meninggalkan Mamuju atau kembali ke rumah masing-masing.  Masyarakat dihimbau untuk tetap tenang tetapi waspada, serta mengikuti informasi yang bersumber dari lembaga resmi seperti BMKG dan arahan dari BNBP/BPBD.

Arip Ekon |*

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -
- Advertisement -

Latest Articles