29.1 C
Bogor
Monday, November 10, 2025

Buy now

spot_img
Home Blog Page 1561

Garda Terdepan Berguguran

0

Jakarta | Jurnal Inspirasi

Garda terdepan yang menangani pasien yang terjangkit virus Corona atau Covid-19 berguguran dan tidak hanya merenggut nyawa masyarakat sipil, namun juga mengorbankan jiwa tenaga medis. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyatakan sampai saat ini sebanyak enam dokter dilaporkan meninggal diduga akibat terinfeksi virus Corona atau Covid-19. Kabar kematian enam dokter IDI tersebut diberitakan langsung lewat akun Instagram IDI, @ikatandokterindonesia. Enam dokter tersebut masing-masing yakni, Hadio Ali, Djoko Judodjoko, Laurentius, Adi Mirsaputra, Ucok Martin, dan Toni D. Silitonga.

Sebelumnya Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Daeng M. Faqih mengungkapkan dokter yang meninggal dan 32 petugas kesehatan yang terpapar virus corona karena merawat pasien Corona. “dr Adi Mirsa Putra asal Bekasi, dr Djoko Judodjoko asal Bogor, dan dr Hadio dari Bintaro yang sudah meninggal, keadaan ini sudah urgent,” ungkapnya, Minggu (22/3).

Daeng menjelaskan rekan sejawatnya itu meninggal karena terpapar virus Corona serta kelelahan. “Jadi gak semua umur banyak (akibat faktor usia lanjut), dokter Hadio dan dokter Mirza masih muda sekitar 40 tahun, yang relatif senior ya dokter Djoko,” jelasnya.

Selain dokter, Daeng mengatakan ada 32 tenaga kesehatan yang sudah terpapar virus Corona, diprediksi jumlah ini akan semakin bertambah. “Saya dengar begitu, itu dari teman-teman, saya gak tahu datanya, kita kan gak pernah dikasih data pastinya jadi kita hanya mendapat laporan dari teman-teman di bawah,” terangnya.

Dengan kondisi ini, IDI pun mendesak pemerintah segera menyiapkan Alat Pelindung Diri (APD) terhadap petugas medis yang saat ini tengah berperang entah sampai kapan. “Memang pemerintah sudah berusaha menyiapkan APD tapi kan ini kan pelayanan gak mungkin berhenti tapi terus berjalan dan rumah sakit membiarkan ini terjadi seharusnya rumah sakit berkorban memberikan APD,” terangnya.

IDI pun menyatakan sudah berusaha mencari APD untuk tenaga medis namun pihaknya kesulitan menemukan ketersediaan di lapangan. “Kalau kalau tidak cepat dikerjain itu akibatnya yang seperti ini, ini yang yang kami khawatirkan, kami mendesak pemerintah karena kami juga susah mencari, kita minta bantuan pemerintah karena situasi ini kami prediksikan masih panjang,” ucapnya.

Sekretaris Jenderal IDI, Adib Khumaidi juga menyebutkan yang menjadi sebab kematian enam dokter IDI diduga karena jumlah Alat Pelindung Diri (APD) yang minim. Oleh karena itu, ia khawatir hal serupa bisa terjadi pada dokter atau tenaga medis lain di rumah sakit yang menangani pasien corona.

Adib mengatakan kekurangan jumlah APD saat ini disebabkan karena stoknya yang menipis. Padahal, sejumlah rumah sakit sudah mengalokasikan dana untuk menyediakan fasilitas medis tersebut. “Bisa membeli, uangnya ada, bahkan ada beberapa donatur untuk membantu membeli. Cuma masalahnya pengadaan barangnya dikeluhkan tementemen di daerah itu tidak ada,” kata Adib.

Menurut dia, kelangkaan APD itu saat ini hampir terjadi di semua rumah sakit. Kondisi itu yang kata Adib mengkhawatirkan. Oleh karena itu, ia berharap kepada pemerintah agar persoalan tersebut bisa teratasi. Masalahnya, kata dia, meski bukan rumah sakit rujukan, para tenaga medis di rumah sakit yang minim APD itu boleh jadi telah berhadapan dengan pasien yang positif meski belum dinyatakan langsung.

“APD yang kurang itu bukan karena dia merawat pasien di rumah sakit rujukan saja, tapi di rumah sakit lainnya di mana sebelum dirujuk rumah sakit rujukan itu kan kita sudah berhadapan dengan pasien yang bisa saja dia positif kan,” katanya.

Asep Saepudin Sayyev |*

Gubernur Siapkan Rapid Test

0

Bogor | Jurnal Inspirasi

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil siap menggelar rapid test virus Corona atau Covid-19 secara massal dengan cara drive thru atau tes di kendaraan seperti yang dilakukan Pemerintah Korea Selatan dalam waktu dekat ini, atau paling lambat Rabu (25/03) ini. Pasalnya, pemerintah pusat akan segera mengirimkan alat dengan metode pengambilan sampel darah tersebut. Rencana ini dikatakannya saat kunjungan ke Rumah Dinas Wali Kota Bogor, dalam rangka pengecekan lapangan percepatan penanggulangan Covid-19 di Jawa Barat, Minggu (22/3).

“Kami hari ini merapatkan rencana rapid tes massal dengan kriteria dilaksanakan sesuai situasi dan kondisi daerah masing-masing. Saat ini kami masih menunggu, hari ini belum ada, besok kami tunggu, kalau besok sudah ada, maka hari Selasa bisa dilaksanakan. Mudah-mudahan paling telat hari Rabu,” katanya.

Dia mengatakan, jika di Jakarta dilakukan secara Door to Door karena jaraknya kecil dan lebih mudah terjangkau. Namun di Jawa Barat wilayahnya sangat heterogen dan luas sehingga salah satu pilihannya mencari lahan untuk melakukan tes massal. “Nanti mereka datang sesuai jadwal, tidak turun dari kendaraannya, tidak ada sentuhan fisik. Dengan rapid test 10 menit akan ketahuan hasilnya, kalau negatif pulang, kalau positif di treatment tahap selanjutnya,” jelas Kang Emil sapaan akrabnya.

Tahap pertama rapid test akan dilakukan terhadap ODP (Orang Dalam Pemantauan), kemudian radius yang positif, petugas kesehatan dan petugas yang profesinya banyak berinteraksi dengan masyarakat.

“Nanti jika hasil rapid test itu makin banyak, maka penjangkauan tes massal akan diperluas. Tapi tes ini tidak bisa dilakukan ke semua orang karena ini ada metode ilmiahnya,” kata Gubernur.

Dia menyebutkan, data sementara Sabtu (21/03) malam ada 55 orang positif Covid-19. Dari data tersebut 41 orang ada di wilayah Bekasi, Depok, Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. “Sisanya ada di luar BODEBEK, sedangkan epicentrumnya ada di Jakarta. Oleh karena itu warga di daerah BODEBEK saya harap lebih waspada, mengurangi pergerakan yang tidak perlu atau social distancing,” tegasnya.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim menyatakan, sesuai instruksi Gubernur kepada Bupati Bogor, Wali Kota Depok dan Wakil Wali Kota Bogor untuk menyiapkan rencana pelaksanaan rapid test dan menyerahkan keputusan tentang tempat serta waktu, termasuk prioritas individu yang diambil specimennya. “Saat ini Gubernur masih menunggu jumlah alat yang akan dialokasikan dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di bawah BNPB,” kata dia.

Selain itu kata Dedie, Kang Emil meminta kepala daerah yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta atau penyangga Ibu Kota untuk menyesuaikan langkah kebijakan dengan DKI Jakarta, karena sifat dan jaraknya sangat bergantung satu dengan yang lain.

Gubernur juga berharap pemberlakuan bekerja dari rumah atau Work from House segera diterapkan dan terus berupaya semaksimal mungkin untuk meminimalisir pergerakan masyarakat dan hanya memberikan pengecualian kepada jenis usaha bahan pokok, bahan makanan, obat-obatan dan kesehatan saja. “Langkah-langkah lainnya adalah dengan memprioritaskan upaya menambah daya tampung ruang isolasi kompresi negatif di RSUD dan membeli peralatan yang dibutuhkan,” kata Dedie.

Pada kesempatan tersebut, Kang Emil juga menyempatkan memantau kondisi Wali Kota Bogor, Bima Arya yang dinyatakan positif Covid-19 di ruang Sempur isolasi RSUD Kota Bogor. Gubernur memberikan dorongan semangat dan koordinasi terkait rencana rapid test massal.

Fredy Kristianto

Kantor Swasta Ditutup, Pemkot Imbau Terapkan WFH

0

Bogor | Jurnal Inspirasi

Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor pun berencana menambah dua ruang isolasi dari sebelumnya yang hanya delapan di RSUD Kota Bogor.  “Selain itu kita juga berencana menyulap satu paviliun di RSUD menjadi ruang isolasi dengan kapasitas 70 tempat tidur,” ucap Wakil Walikota Bogor, Dedie A Rachim kepada wartawan, Minggu (22/3).

Dedie mengatakan bahwa Pemkot Bogor juga akan melakukan penyemprotan menggunakan 20 ribu liter disinfektan pada 40 titik di Kota Hujan. Khususnya pada area publik, yang sering digunakan oleh masyarakat. Tak hanya itu, sambung Dedie, pihaknya juga telah meminta OPD terkait untuk menyiapkan alat pengaman diri (APD) seperti masker, termasuk ventilator untuk menangani pasien Covid-19. “Kami sudah minta ke OPD terkait soal hal itu,” ungkapnya.

Menurut Dedie, untuk menekan penyebaran penularan virus Corona, pemerintah akan mengeluarkan surat edaran pada Senin (23/3) agar seluruh perkantoran swasta menerapkan work from home (WFH). Hal itu mengingat, Kota Bogor merupakan salah satu daerah penyangga DKI Jakarta dengan volume lalu lalang orang yang begitu tinggi. “Khusus bank, pemerintah mengimbau agar mereka mengurangi jumlah karyawan yang bekerja di kantor,” paparnya.

Pemerintah, kata Dedie, hanya memberikan pengecualian untuk beroperasi kepada toko yang menjual bahan pokok, apotik dan tempat-tempat jasa serta perdangan yang dianggap vital. “Hal itu adalah upaya pemerintah menekan penularan Covid-19. BPBD pun terus berkoordinasi dengan BNPB untuk sarana prasarana penanggulangan Corona,” ungkapnya.

Lebih lanjut, kata Dedie, sejak virus Covid-19 merebak di Kota Bogor berdampak pada okupansi hotel yang anjlok hingga 18,2 persen dari sebelumnya mencapai 70 persen. Hal inilah yang menjadi salah satu dasar mengapa pemerintah meminta perkantoran swasta melaksanakan WFH. Artinya lalu lintas pariwisata mulai terhenti,” ucapnya.

Fredy Kristianto

Wakil Rakyat Kabupaten Bogor PDP

0

Cibinong | Jurnal Inspirasi

Seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bogor, M.Leo Hananto Wibowo berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) diduga terjangkit virus Corona (Covid-19). Kabar tersebut dibenarkan oleh keluarga pasien, Dicky. Saat ini Ketua Komisi II ini tengah dirawat di RSUD Cibinong, , dan sedang ditangani secara intensif oleh pihak dokter di ruang isolasi.

“Memang benar Mas Leo yang merupakan anggota DPRD Kabupaten Bogor, saat ini sedang di rawat di RSUD Cibinong, untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut, dan saat ini Mas Leo berstatus PDP,” kata Dicky yang merupakan adik sepupu dari politisi Partai Demokrat tersebut saat dihubungi Jurnal Bogor, Minggu (22/3).

Dicky menceritakan, sebelum dirujuk ke RSUD Cibinong, pasien secara mandiri sempat memeriksakan dirinya di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Dari hasil pemeriksaaan tersebut pasien disarankan oleh pihak dokter yang memeriksanya untuk melakukan isolasi diri di rumahnya. “Sebelumnya pasien sudah melakukan pemeriksaan secara mandiri di RSPAD Gatot Subroto, hal itu ia lakukan sebagai bentuk aware pasien terhadap wabah virus Corona yang sedang marak saat ini, merasa kondisi kesehatannya tak kunjung membaik, akhirnya Mas Leo meminta dirinya untuk segera dirujuk ke RSUD Cibinong, guna mendapatkan penangan lebih lanjut, yang bersangkutan juga sebetulnya memiliki riwayat sakit ispa,” terangnya.

Perihal kondisi pasien, Dicky mengatakan informasi yang didapat keluarga, sejauh ini kondisinya terus menunjukan perkembangan yang baik, tapi masih dalam tahap pemulihan. “Kami pihak keluarga memohon doa dan dukungannya dari masyarakat Kabupaten Bogor, untuk Mas Leo bisa kuat dalam melewati cobaan ini, dan segera diberikan kesehatan sehingga dapat berkumpul kembali bersama keluarga dan bisa kemabali menjalankan tugasnya sebagai wakil rakyat di DPRD Kabupaten Bogor,” harapnya.

Dicky mengatakan, ia mendapat pesan dari Mas Leo untuk disampaikan kepada masyarakat Kabupaten Bogor, untuk tetap waspada dan secara mandiri menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di lingkungan kelurga. “Selain itu Mas Leo juga meminta masyarakat Kabupaten Bogor, untuk mematuhi segala instruksi yang dikeluarkan pemerintah, karena menurutnya hal itu sangat penting memutus penyebaran wabah Covid-19,” pungkasnya.

Sementara Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bogor, Rudi Susmanto mengatakan, dari total 55 anggota legislatifnya itu ada satu orang yang kini berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dalam dugaan kasus wabah virus Corona (Covid-19). “Statusnya adalah Pasien Dalam Pengawasan ya, belum positif terjangkit virus Corona atau Covid-19,” kata Rudi kepada Wartawan, Minggu (22/3).

Ia menerangkan, status PDP terhadap satu anggotanya itu berawal dari L (Inisial,red) pada Rabu 18 Maret 2020 lalu yang bersangkutan melakukan check up (cek kesehata) di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto Jakarta. “Di RSPAD Gatot Subroto itu menyatakan bahwa beliau statusnya adalah PDP dalam kasus wabah virus Covid-19. Dan harus masuk di ruang Isolasi,” ungkapnya.

Menurutnya, akibat penuhnya ruang isolasi di RSPAD Gatot Subroto membuat anggotanya itu melakukan isolasi mandiri di tempat tinggalnya tersebut. “Karena ruang Isolasi penuh di RSPAD itu, maka pihak RS menyarankan L ini untuk isolasi mandiri di kediamannya,” bebernya.

Rudi yang merupakan politisi Gerindra itu melanjutkan, ketika anggota legislatifnya itu melakukan isolasi mandiri di kediamannya hingga Kamis (19/3), namun merasa ada kekhawatiran mendalam terhadap penyakit yang dideritanya itu membuat L meminta untuk di rujuk di RSUD Cibinong, Kabupaten Bogor.

“Setelah di rujuk ke RSUD Cibinong yang telah menyiapkan ruang isolasi bagi anggota kami ini, dan sampai hari ini kami masih menunggu hasil uji tes laboratorium terhadap pasien L yang berstatus PDP tersebut,” jelasnya.

Dengan persoalan ini, sambungnya, dirinya secara pribadi sangat berharap bahwa informasi hasil dari tes lab itu bahwa L dinyatakan negatif terjangkit virus Covid-19 yang kini sedang melanda Indonesia.

“Tapi alhamdulillah, menurut tim perawat RSUD Cibinong bahwa kemungkinan indikasi ke arah positif Corona sangat agak jauh lebih banyak mengarah ke permasalahan saluran pernafasan,” tutupnya. 

Gita Purnama | Noverando H

Kantor PWI Ditutup

0

Bogor | Jurnal Inspirasi

Status Kejadian Luar Biasa (KLB) Covid – 19 di Kota Bogor yang dikeluarkan Jum’at (20/03) pekan lalu dan masuknya beberapa rekan jurnalis sebagai Orang Dalam Pengawasan (ODP) direspon Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dengan menutup secretariat dari segala aktivitas. Penutupan secretariat yang berlokasi di Jalan Kesehatan 04, Kelurahan Tanah Sareal, Kota Bogor itu berlaku sejak Minggu (22/03) hingga batas waktu belum ditentukan.

Ketua PWI Kota Bogor, Arihta Utama Surbakti, meminta kepada seluruh anggota PWI dan para jurnalis Bogor untuk memaklumi imbauan ini dan tidak beraktifitas ke Makokes 4, sebutan untuk kantor biru PWI. “Kami menginformasikan kepada semuanya, PWI Kota Bogor ditutup dulu saja dan jangan ada yang masuk, sampai dilakukan penyemprotan,” kata Arihta dalam keterangannya kepada Jurnal Bogor, Minggu kemarin.

Ari meyakini dan selalu berdoa, virus yang menjadi pandemi ini tidak akan menghampiri para wartawan. Bahkan wartawan senior itu mengaku, dalam doa semoga virus ini tidak menghantui para jurnalis dan semua selalu dalam keadaan sehat.

“Saya berdoa dan yakin jika corona ini enggak suka alias benci sama wartawan, sehingga virusnya enggak akan nempel di benda apapun di lingkungan PWI, pun termasuk kepada kita semua. Insya Allah kita diberi kesehatan dan kekuatan menghadapi Si Covid,”tegasnya..

Kepala Sekretariat PWI Kota Bogor, Rezha Zulfikar  Bunai, yang bertanggungjawab atas secretariat mengatakan, sejak ada intruksi dari ketua, semua  secretariat sudah ditutup. “Sebelumnya aula yang dijadikan mushola sementara pun sejak beberapa hari lalu sudah kita tutup, bahkan karpet pun diangkat,” katanya.

Namun demikian, untuk menjaga aset, kata Rezha, secretariat masih ada yang jaga, yakni dirinya dan Jacky Wijaya. “Selain itu,  CCTV yang terus memantau selama 24 jam dan terakses kepada beberapa teman pengurus,” tegasnya.

Mochamad Yusuf

Debt Collector Leasing Dilarang Sementara

0

Jakarta | Jurnal Inspirasi

Penyebaran virus Corona (Covid-19) telah mengganggu perekonomian Tanah Air. Pemerintah pun melarang perusahaan pembiayaan atau leasing untuk menggunakan jasa penagihan melalui debt collector untuk sementara waktu.

Kondisi sulit masyarakat sekarang ini pun direspon Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Dia menjelaskan kebijakan telah disepakati oleh pihaknya bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Industri pembiayaan dinilai perlu mendapatkan kelonggaran untuk menjaga kinerja di tengah gejolak akibat penyebaran virus Corona.

Menurut Airlangga, kebijakan tersebut berawal dari usulan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, agar terdapat relaksasi kebijakan leasing motor untuk pengemudi ojek online. Usulan tersebut dibahas bersama OJK dan berbuah keputusan relaksasi.

Relaksasi dari pemerintah tersebut berupa pelonggaran perhitungan kolektabilitas kredit motor untuk periode satu tahun dan adanya larangan sementara bagi perusahaan pembiayaan untuk menagih melalui jasa debt collector.

“Terutama di sini agar perusahaan leasing tidak menggunakan jasa penagihan atau debt collector yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat, terutama untuk [ojek] online,” ujar Airlangga melalui teleconference di Istana Kepresidenan, Jakarta pada Jumat (20/3).

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menjelaskan bahwa kebijakan tersebut diambil sebagai upaya pemerintah untuk menjaga keleluasaan ruang gerak sektor riil. Hal itu dinilai penting dilakukan di tengah tekanan dunia usaha akibat penyebaran virus corona.

Wimboh menjabarkan bahwa OJK akan memberikan relaksasi bagi industri pembiayaan dalam perhitungan NPF dengan hanya mengacu kepada satu pilar, yakni ketepatan pembayaran. Terdapat dua pilar lainnya yang akan diabaikan sementara, yakni prospek usaha dan kondisi debitur.

“Prospek usaha dan kondisi debitur kami abaikan sementara, kami perhitungkan selama satu tahun. Sehingga nanti hanya ketepatan pembayaran saja [yang diperhitungkan],” ujar Wimboh.

Selain itu, Asosiasi Perusahaan Pembayaran Indonesia (APPI) menjelaskan kebijakan pemerintah dan OJK untuk melarang sementara penagihan melalui debt collector  untuk mendorong percepatan pembayaran dan menekan kredit macet. Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno menyatakan, walaupun ada kebijakan tersebut, bukan berarti perusahaan pembiayaan tidak akan melakukan penagihan.

Dia menjabarkan bahwa kebijakan menyetop penagihan melalui debt collector akan diiringi oleh upaya perusahaan pembiayaan untuk mengajak debiturnya proaktif menyampaikan kondisi finansial dan kemampuannya dalam membayar cicilan. Hal tersebut menjadi penting karena penyebaran virus Corona berpotensi menekan aktivitas ekonomi debitur.

Suwandi menjelaskan jika terdapat nasabah yang menghadapi kendala akibat virus corona sehingga berpotensi mengganggu pembayaran cicilan, maka perusahaan pembiayaan dapat membantu nasabah tersebut melalui percepatan pembayaran ataupun restrukturisasi.

“Tentu yang kami inginkan semua debitur proaktif datang [menjelaskan kondisinya saat ini], karena nanti dikhawatirkan banyak debitur yang cidera janji. Dengan komunikasi itu, kami harapkan jangan sampai tenaga penagih yang turun, kami memberikan kelonggaran,” ujar Suwandi.

 Dia menjelaskan bahwa kreditur perlu menyikapi kondisi saat ini dengan bijaksana. Suwandi menjelaskan bahwa penyebaran virus Corona merupakan kejadian luar biasa yang akan memengaruhi perekonomian di banyak lini, termasuk bagi para debitur perusahaan pembiayaan.

“Debitur ini agar ditanyakan dulu kondisinya, kalau penghasilannya terganggu [akibat dampak penyebaran virus corona] percepatan pembayaran dulu. Misalnya dia punya tabungan, sanggup bayar bunga dulu, bantu dulu, nanti bisa diperpanjang tenornya setelah kondisi membaik,” ujarnya.

Menurut Suwandi, langkah tersebut akan memberikan manfaat bagi kedua pihak. Debitur akan tetap bisa melanjutkan pembiayaannya dan perusahaan pembiayaan dapat menekan non-performing financing.

Asep Saepudin Sayyev |*

Dunia Pariwisata Puncak Lumpuh

0

Cisarua | Jurnal Inspirasi

Sejak ditutupnya tempat-tempat wisata yang ada di wilayah Puncak, dan imbauan kepada masyarakat DKI untuk berdiam di rumah oleh pemerintah untuk pencegahan pencegahan terhadap penularan virus Corona atau covid 19 menjadikan roda perekonomian di kawasan tersebut 85 persen mengalami kelumpuhan. Terlebih, bagi para pengusaha wisata melakukan penutupan karena sangat riskan terhadap penyebaran virus mematikan itu.

“Meskipun kita mengalami kerugian karena tutup tempat atau pasilitas hotel kami itu tidak masalah. Karena yang lebih penting adalah keselamatan jiwa manusia. Kita sangat khawatir jika banyak tamu atau pengunjung akan berdampak buruk bagi keselmatan akibat virus itu. Mending kita sabar dulu hingga wabah itu benar-benar musnah dari bumi tercinta ini,” ujar salah satu pengelola tempat wisata, Parid.

Sementara itu, akibat tutupnya tempat tempat wisata, kondisi lalulintas di jalan raya Puncak tampak lenggang.

Di tempat terpisah, Ketua Komunitas Pelaku Pariwisata Kabupaten Bogor, M. Teguh Mulyana mengatakan, “Kunjungan wisata di seluruh Indinesia sama terpuruk. Untuk sementara kita beraktifitas di rumah saja, agar penyebaran virus Corona itu bisa terhambat,” tuturnya.

Dadang Supriatna

Cegah Corona, THM Kemang Diimbau Tutup

0

Kemang | Jurnal Inspirasi

Pol PP Kecamatan bersama Polsek, dan Koramil Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor melakukan kegiatan sosialisasi pencegahan penyebaran Covid 19 di lokasi Tempat Hiburan Malam (THM) di wilayah  Kemang, Sabtu malam (21/3). Selain itu, juga mengimbau agar pemilik THM untuk menutup tempat karokenya.

“Kurang lebih ada sepuluh THM yang dikunjungi Pol PP dan Polsek Kemang, dan perwakilan Koramil Kemang. Para pemilik THM dikumpulkan bersama para pengunjung dan pemandu lagu, disosialisasi soal bahaya Covid 19,” Kata Kanit Pol PP Kecamatan Kemang, Suhendi kepada Jurnal Bogor, kemarin.

Suhendi mengatakan, kegiatan itu juga sekaligus mengimbau agar pemilik tempat karaoke  tidak boleh ada kegiatan hiburan malam maupun siang. “Hal ini guna mengantisipasi penyebaran Covid 19. Jika itu dilanggar tentu akan ada tindakan tegas dari kami,” kata Suhendi.

Sekcam Kecamatan Kemang Ria Marlisa Aritonang, saat dikonfirmasi membenarkan pada malam Minggu  Pol PP bersama Jajaran Kepolisian Sektor, dan anggota Koramil Kemang mendatangi THM untuk melakukan sosialisasi pencegahan penyebaran Covid 19 di lokasi THM. “Betul kegiatan itu di bawah Polsek mensosialisasikan agar di lingkungan THM bebas dari Corona,” kata dia.

Ria mengatakan, sosialisasi pencegahan penyebaran Covid 19 itu dilakukan semua desa se-  Kecamatan Kemang. “Pasar malam juga sudah ditiadakan dulu. Sementara untuk tempat hiburan agar ditutup tidak boleh ada kegiatan lagi,”pungkasnya.

Cepi Kurniawan

Izin Kolam Ikan Disulap Jadi Pabrik?

0

Gunung Putri | Jurnal Inspirasi

Peruntukan izin yang diajukan tidak sesuai dengan fakta di lapangan kerap terjadi. Kali ini bangunan yang menyerupai pabrik di Desa Bojong Nangka, Gunung Putri yang sedang dalam tahap renovasi menjadi bahan pertanyaan. Pasalnya, peruntukan tempat tersebut awalnya bukan untuk bangunan pabrik tapi untuk kolam ikan.

Saat Jurnal Bogor menyambangi lokasi pabrik, hanya ditemui 3 orang yang sedang bekerja dan enggan di mintai keterangan. Namun salah seorang tokoh masyarakat di lokasi tersebut mengatakan bahwa dulunya semasa Kades Hambali izin lokasi untuk kolam ikan, namun kini terlihat menyerupai pabrik.

“Dulunya kolam ikan dan sempat ditanyakan oleh masyarakat sekitar, serta karang taruna. Namun katanya punya Jendral TNI gak tau siapa namanya. Buat kami siapapun yang punya harus lah mengikuti tahapan izin sesuai prosedur yang berlaku. Apalagi punya Jendral TNI pasti lebih paham prosedur dalam membuat pembangunan,” kata salah seorang tokoh masyarakat yang enggan disebutkan namanya.

Kepala Desa Bojong Nangka, H.Amir Arsyad saat dikonfirmasi juga membenarkan pernyataan masyarakat bahwasannya dulu memang izin untuk membangun kolam ikan, namun melihat kondisi saat ini bangunan menyerupai pabrik. “Belum ada komunikasi lagi dengan desa. Dulu ya iya, mengurus izin untuk kolam ikan, tapi jika kita lihat kondisi bangunan saat ini seperti pabrik, dan katanya punya Jendral TNI tapi saya sendiri tidak tau siapa namanya,” kata dia.

“Gak pernah ketemu dan pihak mereka pun tidak pernah datang ke sini (Kantor Desa Bojong Nangka-red), jadi itu mau dibikin apa kami tidak tau, mungkin nanti kami akan mengutus Bumdes atau BPD jika perlu Satpol PP untuk menanyakan izin bangunan tersebut,” jelas H.Amir, Jum’at (20/3).

Ia melanjutkan, seharusnya pemilik siapapun dia, paling tidak komunikasi dengan kami pihak desa. “Apabila memang mau dibuat pabrik urus izin selayaknya pabrik, jadi kami bisa juga mempersiapkan masyarakat untuk merekrut tenaga kerja apabila nantinya jika benar mau dibuat pabrik. Jika kondisi seperti ini kan kami tidak tau dia mau bikin bangunan apa, secara kasap mata bangunan tersebut menyerupai pabrik tidak mungkin kolam ikan seperti itu.”

“Harapan saya pemilik bangunan tersebut siapapun datang dan silaturahmi ke desa barang kali pihak desa dengan CSR bisa bersinergi untuk merekrut tenaga kerja dan lainnya, jadi agar kami tahu itu bangunan diperuntukan untuk apa,” pungkasnya.

Nay Nur’ain

Bahu Jalan Depan Pasar Ciawi Jadi Lokasi Parkir Liar

0

Ciawi|Jurnal Inspirasi

Meski sudah terpasang spanduk bertuliskan larangan jualan dan parkir di bahu jalan di depan Pasar Ciawi, persisnya di jalur Cisarua-Bogor, namun tulisan di spanduk yang dikeluarkan pihak Muspika Ciawi itu, seakan tidak ada artinya. Sebab, mulai dari pintu masuk Pasar Ciawi, belasan kendaraan roda dua atau sepeda motor terlihat berjejer parkir menggunakan bahu jalan.

Bunyamin, pengendara roda dua yang parkir di bahu jalan mengungkapkan, selama ada tempat parkir di bahu jalan ini, dirinya tidak pernah memarkirkan kendaraannya ke dalam pasar.  “Setiap belanja ke Pasar Ciawi, saya selalu parkir disini. Toh sekarang sudah ada petugas yang menjaga kendaraan saya,” ujarnya.

Untuk setiap kali parkir, kata pria yang saat itu bersama istrinya, tidak dipatok harus bayar berapa. Tetapi, terkadang dirinya selalu memberikan uang parkir kepada petugas yang jumlahnya dua orang itu, dibawah 5000 rupiah. “Kadang kalau lagi kehabisan uang, paling saya kasih 3000,” paparnya.

Sementara, salah seorang juru parkir (Jukir) di bahu jalan, Ajat mengatakan, mulai pagi hari dirinya sudah berada di lokasi halte Pasar Ciawi. Dan ia mengakui, bekerja sebagai jukir kendaraan yang parkir di bahu jalan tersebut.

Namun dalam melaksanakan tugasnya sebagai jukir, Ajat mengaku ada yang membekingi dari salah seorang diduga anggota kepolisian. “Untuk mengelola parkir disini, saya disuruh oleh oknum anggota polisi berinisial HS,” aku Ajat.

Alasan Ajat menjadi jukir di bahu jalan, karena tidak memiliki pekerjaan lain. Sehingga, ketika ada tawaran untuk mengelola parkir di bahu jalan, dirinya langsung menerima tawaran tersebut.

Menurutnya, penghasilan sebagai jukir masih jauh dari harapan. Karena, tidak setiap hari banyak kendaraan yang memarkirkan di bahu jalan ini.

Terlebih, sambung Ajat, dalam melaksanakan tugasnya sebagai jukir, dirinya tidak diperbolehkan memaksa pengendara yang parkir disini memberikan uang parkir. “Sebenarnya kalau dilihat penghasilan, tidak seberapa. Ya, dikasih kami ambil tidak ngasih pun engga apa-apa,” tukasnya.

Dede Suhendar