Jajaran Komisi IV saat menggelar rapat di Gedung DPRD,beberapa waktu lalu.
Bogor | Jurnal Inspirasi
Ketua Komisi IV DPRD Kota Bogor, Ence Setiawan meminta Pemkot Bogor mengubah bentuk Jaring Pengaman Sosial (JPS) bagi warga miskin baru terdampak Covid-19, yang sebelumnya berbentuk uang senilai Rp500 ribu menjadi sembako.
“Lebih baik jangan dikasih bantuan berbentuk uang karena banyak disalahgunakan. Seperti saat Lebaran lalu, banyak warga yang menggunakan dana itu untuk membeli baju, bukan dipakai untuk kebutuhan dapur,” ujar Ence pada Selasa (26/5/2020).
Menurut Ence, pemberian bantuan berupa dana akan lebih sulit dikontrol penggunaannya. “Lebih baik diberi bantuan sembako saja sebesar Rp500 ribu. Itu lebih jelas,” ucapnya.
Ence menilai bahwa perubahan bentuk bantuan perlu dilakukan mengingat budaya konsumtif masih melekat di masyarakat, kendati dalam kondisi pandemi seperti saat ini. “Kejadian saat sebelum lebaran harus dijadikan pembelajaran bagi pemkot,” tegasnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Anggota DPRD asal PKB, Jatirin. “Memang lebih baik diganti sembako. Hal itu untuk meminimalisir penyalahgunaan dana bantuan oleh si penerima,” tandasnya.
Salah seorang PKL Lawang Saketeng saat mengambil salah satu barang yang tertinggal di sisa bongkaran lapak.
Bogor | Jurnal Inspirasi
Sebanyak 200 personel gabungan melakukan penertiban dan pembersihan sisa lapak Pedagang Kaki Lima (PKL) di ruas Jalan Pedati dan Jalan Lawang Saketeng, Kelurahan Gudang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Selasa (26/05/2020) pagi.
Ada 696 PKL yang direlokasi masuk ke dalam pasar. Walikota Bogor, Bima Arya secara langsung memimpin penertiban yang diawali apel. Nampak beberapa kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait hadir mendampingi Bima Arya. Diantaranya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Deni Wismanto, Kepala Dinas PUPR Chusnul Rozaqi, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Samson Purba, Kasatpol PP, Agustian Syah, Kepala Dishub Eko Prabowo dan Dirut Perumda PPJ Muzakkir serta aparatur wilayah setempat.
Dirut Perumda Pasar Pakuan Jaya (PPJ) Kota Bogor, Muzakkir, menyebutkan, total PKL Pedati dan Lawang Saketeng yang dipindahkan berjumlah 696 PKL. Pihaknya telah menyediakan tempat sebanyak 473 di lantai 3 dan sisanya tersebar di lantai lain menyesuaikan komoditi masing-masing.
“Insya Allah sebanyak 696 PKL dapat tertampung semua di dalam pasar,” kata Muzakkir.
Mengenai pembayarannya, Muzakir menjelaskan, untuk sementara 696 PKL yang dipindahkan hanya akan dikenai tarif kebersihan dan keamanan sebesar Rp 150 ribu per bulan yang pembayarannya bisa diangsur atau dicicil setiap hari.
“Jadi, dibanding mereka jualan di jalan yang besar pungutannya sehari hingga Rp 50 ribu, jualan di dalam pasar jauh lebih murah,” katanya.
Muzakkir menegaskan, Perumda PPJ Kota Bogor siap menegakkan aturan bersama OPD terkait, kepolisian dan TNI, sehingga kedepan tidak ada lagi yang berjualan di jalan.
Sementara, untuk sewa loss yang ditempati 696 PKL Lawang Saketeng dan Pedati, pihaknya berencana akan menagih pada bulan kedua.
“Untuk saat ini yang penting mereka masuk dulu,” kata Muzakkir.
Kepala DLH Kota Bogor, Deni Wismanto, mengatakan, pihaknya menerjunkan seluruh armada angkutan yang dimiliki guna mendukung penertiban dan pembersihan lapak-lapak PKL. Kurang lebih ada 120 armada, sebagian diantaranya melaksanakan tugas pengangkutan pagi hari terlebih dahulu.
“Setelah selesai, mereka bergabung ke Suryakencana. Demikian juga petugas lain, setelah selesai akan ikut bergabung,” katanya.
Selain armada angkutan, DLH Kota Bogor menyiapkan 2 traktor pengangkut sampah dan puluhan petugas kebersihan. Adapun daya angkut armada yang ada, rata-rata 15 kubik.
Pada kesempatan tersebut, Deni juga menyampaikan, total sampah yang diangkut jajarannya mulai malam takbiran hingga Idul Fitri kurang lebih berjumlah 1.800 meter kubik sampah yang berhasil diangkut 120 armada.
“Hingga hari ini, armada yang ada kita optimalkan dan kita kerahkan, termasuk para personelnya,” tukasnya.
Walikota Bogor, Bima Arya saat memberikan keterangan pers di Balaikota pada Selasa (26/5/2020).
Bogor | Jurnal Inspirasi
Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor mengklaim bahwa jumlah positif Covid-19 menurun. Pemkot pun bersiap menyongsong fase baru sesudah PSBB selesai pada 4 Juni mendatang.
Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto mengatakan bahwa sejak tahap pertama hingga ketiga jumlah positif Covid-19 mengalami penurunan yang sangat drastis.
Diketahui, saat tahap pertama PSBB ada 15 kasus positif corona. Kemudian di tahap kedja ada 14 kasus, sedangkan di tahap ketiga turun menjadi lima.
“Ada fase yang semakin melandai dan Rasionya 0,74. Sehingga bisa disimpulkan bahwa kontaminasi di Kota Bogor relatif sudah bisa dikendalikan. Tantangan terbesar adalah di arus mudik yang masuk ke Kota Bogor,” ujar Bima pada Selasa (26/5/2020).
Atas dasar itu, kata Bima, yang harus dilakukan oleh pemkot Bogor adalah mempertahankan secara ketat protokol kesehatan sembari memastikan tidak ada penularan baru melalui orang yang masuk ke Kota Bogor, khususnya saat arus balik Lebaran.
“Saya sudah perintahkan seluruh aparat, camat dan lurah dengan RW Siaga memastikan sistem isolasi dan pemantauan orang masuk ke Kota Bogor akan jauh lebih diperketat,” katanya.
Bima menambahkan bahwa fase tatanan baru akan dimulai di Kota Bogor Insya Allah pada 4 Juni 2020.
Kepala Satpol PP Kota Bogor, Agustian Syah saat memberikan teguran tertulis bagi tempat usaha yang melanggar PSBB
Bogor | Jurnal Inspirasi
Satpol PP Kota Bogor telah menindak 1.502 pelanggar dan menyetorkan hasil sanksi administrasi ke kas daerah dari 5 tempat usaha sebesar Rp 22 juta sejak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diberlakukan 15 April 2020 lalu.
“Total di kami dari PSBB tahap I,II dan III ada 1.502 pelanggar, diantaranya 819 pelanggar tidak menggunakan masker, berboncengan beda alamat 56 orang,” kata Kasatpol PP Kota Bogor, Agustian Syah di Balai Kota Bogor, Selasa (26/05/2020).
Agus merinci, dari data pemantauan selama PSBB tahap I ada 22 pelanggar tidak menggunakan masker, 28 tempat usaha melanggar jam operasional, 31 lokasi kerumunan yang dibubarkan.
Sedangkan PSBB tahap II ada 360 pelanggar tidak menggunakan masker, 257 tempat usaha melanggar jam operasional, 24 lokasi kerumunan yang dibubarkan dan 6 tempat usaha yang disegel.
Kemudian, PSBB tahap III ada 437 pelanggar tidak menggunakan masker, 213 tempat usaha melanggar jam operasional, 74 lokasi kerumunan yang dibubarkan, 56 orang berboncengan berbeda alamat, dan 5 tempat usaha yang disegel dan membayar sanksi denda ke Kas Daerah sebesar Rp 22 juta.
“Kami menerapkan sanksi administrasi di PSBB tahap III dengan total denda Rp 22 juta terdiri dari toko baju dan toko sepatu. Penerapan denda ini berlaku sesuai Perwali Nomor 37 Tahun 2020 tentang Juknis pelaksanaan penerapan sanksi pelanggaran PSBB dalam penanganan Covid-19,” jelasnya.
Berdasarkan hasil evaluasi, PSBB tahap I warga lebih patuh. PSBB tahap II disiplin warga mulai menurun dan tahap III lebih banyak lagi yang tidak disiplin.
“Tapi kami tetap terapkan sanksi yang tegas,” katanya.
Mengenai sanksi hingga pencabutan izin usaha bagi toko hingga saat ini kata Agus belum ada. Pasalnya, setelah disegel tokonya pelanggar langsung membayar dendanya ke kas daerah.
“Kalau memang masih buka setelah di segel dan di denda rekomendasinya kita akan cabut izinnya. Tapi sampai saat ini Alhamdulillah belum ada,” katanya. Saat disinggung pemberlakuan Perwali Nomor 37 Tahun 2020 hingga kapan, pihaknya masih menunggu keputusan Wali Kota Bogor mengenai apakah PSBB diperpanjang atau tidak.
Walikota Bogor Bima Arya menyatakan bahwa Pemkot Bogor tetap menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga 4 Juni 2020 mendatang. Berbeda dari PSBB sebelumnya, mulai Rabu (27/5/2020) akan dilakukan beberapa penyesuaian. Seperti apa?
“PSBB Tahap ketiga akan berakhir (Rabu dini hari jam 00.00 WIB). Insya Allah Kota Bogor akan bersiap-siap memasuki fase tatanan baru yang akan dimulai pada 4 Juni 2020. Ini menyesuaikan dengan masa akhir dari PSBB di DKI Jakarta. Karena Bogor tidak terlepas dan terintegrasi dari Jakarta dan sekitarnya,” ungkap Bima Arya dalam keterangannya dihadapan media di Balaikota Bogor, Selasa (26/5/2020).
“Karena itu kita harus selaras, harus seirama. Tadi saya pun sudah berkomunikasi dengan Gubernur Jabar, Pak Ridwan Kamil. Beliau memberikan ruang bagi Kota Bogor untuk memutuskan dengan pertimbangan kedekatan dengan Jakarta. Walaupun PSBB di Jawa Barat ujungnya 29 Mei, tapi karena pertimbangan berdekatan dengan Jakarta maka fase tatanan baru dari Kota Bogor akan dimulai pada 4 Juni,” tambahnya.
Meski demikian, lanjut Bima, Kota Bogor akan mulai melakukan penyesuaian mulai Rabu, 27 Mei 2020. “Pada prinsipnya protokol kesehatan akan kami perketat, pengawasan di wilayah (RT/RW) untuk arus keluar masuk orang akan kami perketat, namun kami akan memberikan izin bagi toko non-pangan, pasar serta restoran untuk bisa beroperasi dengan sejumlah persyaratan,” jelasnya.
Persyaratan yang dimaksud adalah tempat usaha wajib menerapkan protokol kesehatan, baik bagi pengunjung maupun karyawannya. “Boleh makan di tempat tapi harus ada pembatasan-pembatasan. Misalnya untuk restoran atau cafe diwajibkan tetap dengan standar protokol kesehatan. Ditambah juga dengan pembatasan atas kapasitas yang ada. Jadi tidak diperbolehkan beroperasi dengan kapasitas yang penuh, maksimal adalah 50 persen dari kapasitas pengunjung sebelumnya dengan kursi yang disimpan (tidak disediakan penuh atau tidak sekedar diberi tanda silang),” beber Bima.
Kemudian, kata dia, untuk pasar dan toko-toko non-pangan (pakaian, sepatu, bengkel, dll) diizinkan beroperasi juga dengan catatan diberlakukan protokol kesehatan. “Ada batasan dalam jumlah pengunjung. Perwali akan kami revisi dan ditetapkan besok supaya bisa menjadi panduan Satpol PP dan Dishub. Apabila ada pelanggaran-pelanggaran tetap kami akan berlakukan sanksi. Apabila ada toko, resto yang kemudian beroperasi dengan full kapasitas dan tidak ada protokol kesehatan, tentu akan ada tindakan-tindakan penerapan sanksi berdasarkan Perwali yang telah direvisi nanti,” jelas Bima.
Aktivasi Masjid
Bima Arya juga memerintahkan Camat dan Lurah berkomunikasi dengan seluruh tokoh-tokoh untuk mengaktivasi masjid. “Masjid-masjid harus diaktivasi sebagai pusat edukasi dan juga lumbung pangan atau logistik. Tetap ada pembatasan dan tata cara beribadah dengan protokol yang ketat juga. Kami berharap, masjid-masjid ini aktif mengambil peran, tidak saja untuk mengedukasi warga melalui DKM, speakernya, tetapi juga bisa menjadi tempat alternatif untuk pusat logistik, lumbung pangan selain dapur-dapur umum yang kita aktivasi di setiap kelurahan,” katanya.
Kajian Epidemiologis
Pemkot Bogor telah mengadakan focus group discussion (FGD) untuk meminta masukan dari semua kalangan, seperti akademisi, pengusaha, para ahli dan dari berbagai elemen di Kota Bogor. “Kami meminta masukan untuk rumusan PSBB atau pasca PSBB ke depan. Kemudian Pemkot juga mendengar rekomendasi atau kajian dari pakar epidemiologis dari UI,” terang Bima.
“Pada intinya yang disampaikan oleh Pakar Epidemiologis adalah bahwa apabila tren PSBB tahap ketiga di Kota Bogor sudah dikatakan landai, pertumbuhan kasus positif makin minim dan juga angka reproduksi atau reproductive number (RO) virus corona di bawah satu, maka Kota Bogor bisa untuk memulai memasuki fase baru pasca PSBB,” tandasnya.
Ia menyatakan, berdasarkan data yang dipaparkan oleh Dinas Kesehatan Kota Bogor, tercatat ada penambahan 15 kasus positif sepanjang penerapan PSBB tahap pertama. “Lalu PSBB tahap kedua ada kasus positif 14 yang disampaikan berdasarkan kejadian, bukan laporan. PSBB tahap ketiga kemarin ada 5 positif. Jadi, ada fase yang semakin melandai dan RO-nya 0,74 (di bawah 1),” katanya.
“Jadi bisa disimpulkan bahwa kontaminasi di Kota Bogor relatif sudah bisa dikendalikan. Tantangan terbesar adalah di arus mudik yang masuk ke Kota Bogor. Karena itu dengan hasil yang seperti ini, yang harus dilakukan oleh Pemkot Bogor adalah mempertahankan secara ketat protokol kesehatan sembari memastikan tidak ada penularan baru yang masuk melalui orang-orang yang masuk ke Kota Bogor, khususnya arus balik,” pungkasnya.
Fredy Kristianto | *
Walikota Bogor Bima Arya saat memberikan keterangan pers pada Selasa (26/5/2020)
Meskipun pemerintah telah melarang tempat wisata dibuka ditengah pandemi Covid-19, namun nampaknya beberapa wisata di wilayah Bogor barat masih buka salah satunya Gunung Salak Endah (GSE) dan Curug Cigamea, Kecamatan Pamijahan. Bahkan, pengunjung bukan dari Bogor saja melainkan dari Jakarta sampai Tangerang.
Pengelola wisata GSE, Endang menjelaskan, meskipun buka namun pihak pengelola tetap mengikuti protokoler kesehatan, salah satunya menyediakan ruangan disinfektan dan pengatur suhu bagi pengunjung yang datang.
“Alasan kita membuka wisata karena sudah hampir tiga bulan tidak ada pemasukan dan sebagian besar mayoritas pegawai wisata berasal dari Kecamatan Pamijahan,” ucapnya kepada wartawan kemarin.
Ia juga menambahkan, jumlah pengunjung yang datang pun tidak membludak karena masih berasal dari area Kabupaten Bogor dan wilayah Depok.
“Kalau wisatawan mayoritas area Kabupaten Bogor saja, kalau kota Bogor belum ada, paling wisata dari Depok, Tangerang itupun hanya beberapa orang saja,” tuturnya
Sementara itu, salah satu pengunjung asal Tangerang Rahmat (57) mengaku, dirinya bersama keluarga belibur ke wilayah Bogor karena memang sekalian silaturahmi ke saudara.
“Ini sekalian lewat karena rumah saudara tidak jauh dari area wisata, mumpung masih di Bogor dan saya sudah dua kali kesini dan tahun sekarang tidak sedikit sepi berbeda tahun kemarin,” pungkasnya
Seorang pengendara motor meninggal secara mendadak di sebuah warung bakso di jalan raya Cigudeg Kebun Kelapa Sawit, Desa Cigudeg, Kecamatan Cigudeg, saat perjalanan menuju Tangerang, Senin (25/5) sore. Korban langsung dievakuasi Tim Gugus Tugas COVID-19 Puskesmas Kecamatan Cigudeg.
“Kemarin di Sawit Bawah, (kejadian) sore. Pukul 19.00 WIB kita baru evakuasi ke RS,” kata Kepala Puskesmas Cigudeg, Bogor, dr Suparno, saat dikonfirmasi, Jurnal Bogor, Selasa (26/5).
Suparno mengatakan, korban berangkat dari Sukabumi menuju Tangerang untuk mengantar anaknya bekerja. Hal ini berdasarkan pengakuan anak korban.
“Beliau dan anaknya istirahat sebentar di lesehan sawit untuk makan bakso,” katanya.
Polisi tak membeberkan identitas korban dan anak korban, namun menurut Suparno, korban ber-KTP Bandung. Sementara untuk penyebab kematian, lanjut Suparno, pihaknya sedang menunggu hasil pemeriksaan.
Warung bakso pun sudah disterilkan guna mengantisipasi adanya penyebaran virus corona. Saat proses evakuasi korban, petugas dilengkapi APD dan menerapkan protokol penanganan jenazah COVID-19.
“Langsung kita evakuasi ke RS karena prosedurnya begitu untuk jenazah yang ditemukan di jalan atau orang dalam perjalanan langsung ke RS. Penanganan tetep pakai protokol COVID-19. Penyebab kematian masih nunggu hasil pemeriksaan RS. Pasien sudah ada di RS nunggu hasil autopsi dari RS,” pungkas Suparno.
Ahmad bin Mani’ menceritakan kepada kami, Abu Muawiyah memberitahukan kepada kami, Sa’ad bin Sa’id memberitahukan kepada kami dari Umar bin Tsabit, dari Abu Ayub, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan kemudian mengikutinya dengan enam hari dari bulan Syawal, maka sama seperti ia berpuasa selama satu tahun.
Waktu pertama kali mendengar wabah korona di Wuhan, China, waktu itu kita masih santai saja, kemudian kita mulai bertanya, penyakit apa itu”Wuhan Corona Virus” lalu ketika penyakit ini mulai menular keluar kota wuham, kita juga masih santai, masih jauh disana, lalu ketika negar-negara tetangga kita sudah mulai ada kasus kita mulai sedikit kawatir. Jangan-jangan akan tertular juga kita. Ketika sudah mulai ditemukan orang dalam pemanyauan, Pasien dalam pengawasan, kita sudah mulai waspada. Pintu-masuk masuk diawasi, jangan ada orang sakit yang masuk ke Indonesia. Dipintu-pintu masuk Negara, bandara, pelabuhan dipasang termal alert, kemudian rumah sakit mulai merawat suspek. Ketika kasus pertama ditemukan, kita baru sadar, ternyata ada disini, bukan nun jauh disana.
Saat ini kasus sudah semakin banyak, banyak sekali. Yang sakit tidak hanya orang yang baru dating dari luar negri. Yang sakit tidak hanya orang yang dating dari Jakarta. Yang sakit bukan hanya yang merawat orang sakit Covid -19. Yang sakit sudah bangat banyak. Ada satu keluarga saling menularkan, ada orang-orang satu kantor yang saling menularkan, ada sesame jamaah masjid dan gereja yang saling menularkan, ada sesame peserta seminar yang saling menularka, bahkan ada yang tertular dari bis umum, kereta, pasar dan sebagainya. Saat ini udah ditemukan orang yang toidak menunjukkan gejala tetapui menularkan. Saat ini banyak yang masih beraktivitas diluar rumah namun menularkan. Dan kita tidak tahu itu orang yang mana.
Apakah kita mau membiarkan diri kita tertular, keluarga kita tertular? Memang jika tertular hari ini besok mati? Nggak juga kan? Tetapi apakah kita akan membiarkan diri kita tertular dan kemudian kita menularkan juga kepada keluarga, orang-orang dekat, teman-teman kantor, tetangga atau orang-orang lainnya? Nggak juga kan? Lalu bagaimana? Kita sudah tidak lagi bisa hanya mengandalkan deteksi di pintu2 masuk, bandara, dan sebagainya. Kita sudah tidak bisa lagi hanya mengandalkan deteksi panas badan dan hand sanitizer saja. Tidak cukup. Orang-orang yang sakit Covid -19 tengah diisolasi, tetapi virus corona menyebar dengan cepat di lingkungan kita, di wilayah kita. Melalui apa? Melalui kontak jarak dekat. Ini adalah penularan komunitas (Community transmission).
Semakin meluas penularan komunitas terjadi, maka perlu dilakukan tindakan pencegahan, yaitu mengurangi kontak Antara satu warga yang satu dengan yang lainnya (Sosial Distancing) yang dalam Bahasa kita adalah mengurangi kontak antar warga. Yaitu mengurangi kegiatan-kegiatan yang mendatangkan orang, membuat orang berkumpul, berkerumun, berdesakan dan sejenisnya. Sosial Distancing termasuk tindakan mengurangi pertemuan di tempat umum, menutup sekolah, kegiatan keagamaan, mengurangi penggunaan transpotasi umum yang tidak penting.
Beberapa panduan para ahli:
menghindar pertemuan besar ( lebih dari 10 orang)
Jaga jarak (1 meter atau lebih) dengan orang lain.
Jangan pergi ke sarana kesehatan kecuali diperlukan.Bila mempunyai anggota keluarga yang di rumah sakit, batasi pengunjung terutama jika mereka adalah anak-anak atau kelompok risiko tinggi (misalnya lanjut usia, berpenyakit kronisyang dapat memperberat seperti jantung, diabetes dan penyakit kronis lainnya)
Orang berisiko tinggi sebaiknya tetap dirumak dan menghindari pertemuan atau kegiatan yang berpotensi terpapar virus.
Beri dukungan pada anggota keluarga, teman , atau tetangga yang terinfeksi tanpa harus bertemu langsung misalnya melalui telepon, WA dan sebagainya.
Ikuti panduan pemerintah
Ikuti perkembangan informasi karena situasi dapat berubah dengan cepat sesuai perkembangan penyakit dan penyebarannya.
Beberapa saran dari WHO untuk social Distancing Antara lain: Menghindari kerumunan, menjaga jarak minimal 1 meter, menghindari berjabat tangan, fokuskan kegiatan didalam rumah,