jurnalinspirasi.co.id — Senyum anak-anak tunanetra dan tunarungu di SLB Dharma Wanita Pare menghiasi kegiatan sosial KEDIKNAS pada Senin (8/12/2025). Tak sekadar membawa 1.000 buku, KEDIKNAS juga hadir dengan kepedulian nyata melalui bantuan pasta gigi, roti, dan susu—membangun harapan bahwa setiap anak, tanpa terkecuali, berhak atas ruang belajar yang inklusif dan penuh perhatian.
Yayasan Kesetaraan Pendidikan Nasional (KEDIKNAS) kembali melanjutkan komitmennya dalam menghadirkan akses pendidikan yang merata bagi seluruh anak Indonesia. Melalui program donasi 1.000 buku dan pembagian kebutuhan dasar, KEDIKNAS ingin memperkuat literasi sekaligus memberikan dukungan langsung untuk siswa penyandang tunanetra dan tunarungu di SLB Dharma Wanita Pare, Kediri.

Founder KEDIKNAS, Edy Novianto, menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan hanya bentuk empati, tetapi langkah konkret untuk membuka peluang pendidikan setara bagi penyandang disabilitas.
“Harapan saya, sekolah menjadi lebih aware bahwa anak-anak tuna rungu dan tunanetra tetap memiliki potensi luar biasa untuk masa depan. Mereka bisa menjadi generasi bangsa yang berkontribusi bagi Indonesia,” ujar Edy.
“Kami ingin mereka merasa dibutuhkan, tidak dikucilkan. Dengan donasi buku dan kelas bahasa Inggris, kami ingin memberi kesempatan agar mereka dapat mempelajari bahasa asing dan menjadi bagian dari masyarakat global,” jelasnya.
Selain itu, bantuan kebutuhan dasar diberikan oleh relawan, Bella, yang menyalurkan pasta gigi, roti, dan susu untuk para siswa. Ia berharap perhatian kecil ini dapat memberikan dampak besar bagi anak-anak SLB.
“Saya percaya perhatian kecil bisa membawa kebahagiaan besar untuk anak-anak SLB. Mereka harus tahu bahwa ada orang-orang yang peduli dan ingin selalu hadir untuk mereka,” kata Bella.
“Harapan saya sederhana: semoga bantuan kecil ini memberi mereka semangat baru. Jika hari ini mereka bisa tersenyum lebih lebar, itu sudah menjadi kebahagiaan besar buat saya,” tambahnya.
Melalui donasi ini, KEDIKNAS berharap dapat memperluas kolaborasi dengan sekolah-sekolah khusus serta memberikan ruang yang lebih inklusif bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk belajar, bertumbuh, dan percaya diri.
(Istikhoriyah aulia putri/mg)









