26.8 C
Bogor
Monday, May 20, 2024

Buy now

spot_img

HMI: Berjemaah Untuk Berdaya Bersama

JURNAL Inspirasi – Judul dari tulisan saya, yang tertera diatas, saya ambil dari buku kecil (booklet) yang disusun oleh 2 orang adinda saya,   Fathan Putra Mardela (Ketum HMI Cabang Bogor) dan Fauzia Noorchaliza (Ketua Kohati HMI Cabang Bogor). Mereka berdua, beberapa minggu yang lalu datang ke rumahku, bersilaturrahmi untuk mempereat ukhuwah islamiah antar saya sesama senior dengan yunior, sebuah tradisi yang sungguh sangat baik dan mulia.

Apalagi kita sangat paham, bahwa manfaat (fadhillah) bersilaturrahmi itu, sekurang-kurang ada 2 hal yaitu (1) dimurahkan rezekinya, dan (2) sehat dan panjang umurnya oleh Allah SWT. Terus terang saya merasakan kehadiran adik-adik HMI di rumah saya, sungguh menyenangkan dan membahagiakan saya sekeluarga. Kami saling bercerita dan saling bertukar informasi tentang dinamika berorganisasi di lingkungan Ormawa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bogor.

Barang tentu begitu banyak ragam issu-issu stategis atau ‘tema-tema besar” yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dalam perspektif (1) keislaman (iman dan taqwa, aqidah, syariah, muamalah dan akhlaq), (2) ke-Indonesiaan, kebangsaan atau persatuan dan kesatuan bangsa, dan (3) kemahasiswaan dinamika lingkungan akademik perguruan tinggi (PT), dimana komunitas anggota dan aktivis HMI Cabang Bogor menuntut ilmu di beberapa PT seperti IPB University, Universitas Djuanda Bogor, Universitas Bina Bangsa, Universitas Ibnu Khaldun Bogor, STE Tazkyah, STA La Roibba dll.

Kami berdiskusi mengenai tema-tema diatas, sambil berpikir dan menyantap hidangan ala kadarnya. Tanpa disadari saking asyiknya kami berdiskusi, pertemuan silaturrahmi tadinya dimulai sore hari menjelang maghrib berakhir pada malam hari tengah malam.

Dalam waktu tempo berdiskusi itulah, saya diberikan sebuah buku kecil (booklet) yang berjudul “Berjemaah Untuk Berdaya Bersama’, yang merupakan kumpulan catatan gagasan dalam visi, misi, stratak, pendekatan dan garis-garis besar program kerja HMI Cabang Bogor 2023-2024 , yang diusung adinda Fathan dan adinda Fauzia (Zaza) serta riwayat hidup mereka berdua, terutama pengalaman berorganisasi.

Adinda Fathan dan Zaza adalah kader insancita HMI yang cukup menonjol bakat kepemimpinannya di lingkungan kampus mereka masing dengan sejumlah prestasi, insya Allah semuanya itu merupakan modal sosial yang berharga untuk menuju kehidupan di masa depan yang lebih baik sebagai kader umat dan bangsa.

Saya senang dan berbahagia melihat perkembangan adik-adik kader HMI saat ini, mereka telah mampu menuangkan gagasan-gagasan cerdas dan komitmenya dalam bentuk “booklet” tersebut. Setelah saya baca dan pahami isinya, bahwa memang kader Insan Cita HMI Cabang Bogor di era millenial ini, era destrupsi, masih tetap konsisten dan konsekwen mengembangkan aktivitas sosialnya dengan pemikiran  berlandaskan Nilai Identitas Kader (NIK) HMI, yang sebelumnya dinamakan NDP yakni Nilai Dasar Perjuangan, yang merupakan sari pati dari sistem nilai Insan Cita HMI, sebelum Kongres ke 17 thn 1986 di Kota Padang Sumbar, yang saya ikut sebagai salah seorang peserta dari HMI Badko Jawa Barat.

Sistem Nilai Insancita HMI itu ada 5 (lima) butir, yang merupakan hasil penjabaran dari tujuan berorganisasi di HMI yaitu “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernapaskan Islam untuk mewujudkan masyarakat  Indonesia yang adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT”. 

Jadi nilai dan ajaran Keislaman berdasarkan Al Quran dan Assunnah Nabi dan Rasulullah Muhammad SAW harus mewarnai dan terintegrasi dengan jiwa dan semangat  Kebangsaan/KeIndonesiaan dan Keilmuan/Kemahasiswaan sebagai Akademisi yang menguasai ipteks. Imtaq dengan ipteks dalam prakteknya kehidupan kader-kader HMI harus bersinergi dan terintegrasi agar menjadi Insan Kamil yang bisa berperan dan berjuang memajukan NKRI dalam mewujudkan cita-citanya yakni masyarakat adil dan makmur.

Saya melihat kandungan isi booklet yang saya terima dari pimpinan HMI Cabang Bogor, yang berjudul “Berjemaah Untuk Berdaya Bersama” telah merangkum cara berpikir atau cara pandang (mindset, worldview) sebagaimana yang diungkapkan diatas yaitu Keislaman, Keindonesiaan dan Keilmuwan/Insan Akademis yang mengabdi untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara.

Hal ini menjadi  tantangan dan peluang buat/bagi kader-kader HMI untuk berkiprah dalam berbagai level kepemimpinan di daerah (kota, kabupaten, provinsi) dan nasional (pemerintahan pusat di berbagai Kementerian dan Lembaga Negara) baik kini dan masa depan.

Jujur kita berpendapat bahwa kondisi kekinian kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, pada 5 tahun terakhir situasi-kondisinya “tidak baik-baik amat”. Dengan kata lainnya Indonesia mengalami kemunduran dan ketertinggalan, apabila dianalisis dari sejumlah indikator pembangunan nasional spt indeks korupsi, pengangguran, kemiskinan, stunting, penegakan hukum, pelanggaran HAM, demokrasi, daya saing SDM, membengkaknya piutang luar negeri, dll masih menunjukan posisinya gejala penurunan dan bahkan memprihatinkan kita.

Mengapa hal itu bisa terjadi? Akibat melemah dan rendahnya mutu kepemimpinan daerah dan nasional, baik dari sisi kapasitas, pengalaman dan sikap mental. Saat ini di era pasca Reformasi sejak 1998 dengan penyelenggaraan Pemilu pileg dan pilpres RI thn 2024 yang multi partai yang sarat potensi konflik akibat adanya kecurangan yang terstruktur, sistimatis dan massif (tsm), melahirkan kepemimpinan yang prosesnya kurang sehat (unfair) sehingga bermunculan para pemimpin “karbitan” yang didukung oleh “fulus dan bulus power”.

Mereka belum sempat didesign melalui program pendidikan dan latihan (diklat) berjenjang seperti yang dilakukan HMI. Karena sejumlah parpol peserta Pemilu di Indonesia saat ini, yang diberi mandat melaksanakan diklat kepemimpinan sebagai sumber rekruitmen kader para pemimpin (caleg, capres-cawapres RI, balongub, balonbub/walkot, sangat kurang dan bahkan ada parpol tidak melakukannya.

Singkat kata sejumlah Parpol gagal total (gatot) dalam mengembang misinya menyiapkan para pemimpin di semua level. Hal demikian itu menjadi tantangan dan peluang bagi HMI untuk menyiapkan anggotanya menjadi kader pemimpin yang berkarakter terbaik ,(best character of leader), untuk kini dan masa depan, sehingga kita tidak menemukan lagi gejala sosial yang memalukan dan memprihatinkan antara lain seperti RI satu diragukan ijazah pendidikan sarjananya, ada oknum pejabat KPU RI yang terkena kasus asusila, banyaknya para pejabat negara dan pemerintahan pusat dan daerah ditangkap tangan KPK karena perbuatan korupsi, dan lain-lainnya.

Saya berkeyakinan, jika kita masih melakukan proses seleksi kepemimpinan yang bebas nilai (liberal) atas dasar fulus (money politic, transacsional, suap menyuap, sogok menyogok, bermain dan hidup dengan uang haram) dan bulus (culas, curang, munafik), akan sulit bagi NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yg kita cintai ini, bisa keluar dari krisis multi dimensi sebagaimana halnya yang terjadi saat ini.

Makanya HMI harus mempersiapkan diri sejak dini guna memasok kebutuhan calon pemimpin Insancita HMI di negara ini, Indonesia Raya, karena memang menurut Kanda alm Dr Nurcholish Majid, mantan Ketum PB HMI 2 periode dan perumus Pedoman NDP HMI, bahwa beliau pernah berkata HMI adalah Basic Demand bangsa Indonesia. Bahkan Panglima Jenderal Soedirman juga pernah berucap bahwa HMI itu adalah Harapan Masyarakat Indonesia, yang ditunggu-tunggu peran dan fungsinya dalam memajukan NKRI dengan pasokan kader pemimpin asal HMI yang baik, berakhlaq mulia (best character of leader), insyaAllah.

Demikian narasi ringkas dibuat, semoga bermanfaat dan bisa menyadarkan kita bahwa kader pemimpin semua level untuk kemajuan NKRI harus disiapkan dan dirancang (design)dengan program diklat LDK, intermediate, advance trainning dan berbagai short course, yang terukur, berkualitas, berjenjang dan terarah seperti yang dilakukan HMI selama ini. Demikian itu masih sangat relevan dan bahkan urgent bagi masyarakat Indonesia, karena banyaknya kepala daerah dan pejabat negara tersangkut perkara hukum karena berbuat Korupsi/KKN.

Oleh karena itu seharusnya HMI terus berkonsolidasi,  memperbanyak program dan kegiatan Diklat Kepemimpinan (leadership trainning) sesuai tuntutan dan kebutuhan zaman Now (era digital, millenial) yang berkualitas terbaik, dengan populasi kader pemimpin yang semakin banyak jumlahnya melalui rekruitmen yang kian adaptif dan profesional.

Sekian dan syukron barakallah

Wassalam
====✅✅✅
Dr Ir.H Apendi Arsyad, M.Si (Sekretaris Wanhat MD Kahmi Bogor, Pendiri dan Dosen Universitas Djuand Bogor, Konsultan K/L negara, Pegiat dan Pengamat serta Kritikus Sosial melalui tulisan di media sosial)

Related Articles

- Advertisement -
- Advertisement -

Latest Articles