Home Potret Desa Bukan Hanya Kekurangan Air, Masih Banyak Warga Ranji yang Suka “Dolbon”

Bukan Hanya Kekurangan Air, Masih Banyak Warga Ranji yang Suka “Dolbon”

Pembuatan sumur bor di Kp Ranji RT 13/RW 06, Desa Weninggalih

Jonggol | Jurnal Bogor
Pemerintah Desa Weninggalih kerap mendapatkan penolakan dari Pemerintah Kabupaten Bogor ketika melakukan pengajuan bantuan pembangunan embung dan pengeboran air untuk sarana air bersih (SAB). Namun kini, Kepala Desa Weninggalih Mamat Rahmat ST bersyukur mendapatkan bantuan pembuatan sumur bor di Kp Ranji RT 13/RW 06, Desa Weninggalih, Jonggol. Bantuan bersumber dari dana CSR perusahaan yang disalurkan melalui bank Muamalat Syariah, Kamis (19/1/24).

“ Alhamdulilah, hari ini kami mendapatkan bantuan dari Bank Muamalat Syariah berupa pengeboran sumur dan rumahnya sampai terima beres,” ungkap Mamat kepada Jurnal Bogor.

Pria yang ahli dalam bidang teknik sipil tersebut bisa bernafas lega, mengingat bantuan yang diajukannya pada Musrembang kepada Pemkab Bogor selalu ditolak dengan berbagai alasan, mulai dari hasil cek lokasi yang kemungkinan kecil mendapatkan air sampai tidak terdeteksi titik airnya. Hingga dirinya sebagai kepala desa menjadi dilemma. Disisi lain warganya sangat membutuhkan air untuk aktivitas sehari-hari.

“ Dikampung ini, bukan hanya kekurangan air saja, tapi masih ada pemandangan warga yang masih suka buang air di kali dan di kebun. Namun, sebatas larangan yang diberikan pemerintah tidak bersamaan dengan solusi yang ditawarkan,” terangnya.

Lebih lanjut Mamat menjelaskan, dia siap jika warganya diminta untuk membuat MCK sendiri, jika memang ada solusi yang ditawarkan. Apalagi mayoritas masyarakat menengah ke bawah, sehingga untuk program rumah tidak layak huni (Rutilahu) dan pembuatan MCK (mandi cuci kakus) pihak desa memprioritaskan warga Kp Ranji.

“ Bisa dilihat dari sepanjang jalan tadi, banyak sekali kain yang berbentuk WC yang biasa digunakan warga untuk mandi dan buang air. Itu mereka lakukan bukan karena memang kebiasaan, tapi karena kondisi mereka yang tidak mampu untuk membuat MCK sendiri,” beber Mamat.

Oleh karena itu, sambung Mamat, perlahan dirinya mulai membenahi apa yang menjadi masalah di masyarakatnya. Jika, persoalan infrastruktur sudah selesai, dia akan memfokuskan kepada kebersihan dan kebutuhan MCK dan Rutilahu di masyarakatnya.

“ Anggaran kami terbatas dan sudah ada peruntukannya, kita tidak bisa menggunakan sembarangan sekalipun itu dibutuhkan, bahkan tak jarang kantong sendiri dikorbankan untuk kebutuhan warga,” cetusnya.

“ Oleh karena itu saya berharap, pemerintah tidak hanya memberikan larangan warga untuk tidak buang air di kebon dan kali, tapi juga berikan solusinya kepada kami. Sejatinya warga saya juga ingin memiliki MCK sendiri, hanya saja kemampuannya yang tidak ada,” tandas Mamat.

Sementara, Sri Ningsih warga setempat berterimakasih atas kerja keras kepala desa yang selalu mencari jalan keluar untuk masalah di lingkungan warganya. Mulai dari jalan yang perlahan sudah mulai membaik, sampai dengan pengeboran sumur yang dibangun dari bantuan selain pemerintah.

“ Terimakasih pak kades, semoga dengan adanya sumber air ini bisa memudahkan kami dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Kami juga berharap ada perhatian khusus dari pemerintah untuk MCK dan air bersih di daerah kami yang masih menjadi persoalan,” pungkasnya.

(nay nur’ain)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version