Leuwiliang| Jurnal Bogor
Rumah Sakit (RS) Asysyiffa Leuwiliang, Kabupaten Bogor diduga telantarkan pasien yang hendak berobat.
Kejadian ini dialami keluarga asal Kecamatan Nanggung, Senin (4/12/2023), menyebutkan tidak mendapatkan pelayanan yang baik dari RS Asysyiffa.
Keluarga pasien H.Deden menceritakan, istrinya datang dengan untuk berobat orang tuanya yang sakit, sekitar pukul 12.00 Wib. Dia mengakui, sudah mengetahui dokter ahli saraf yang ditujunya akan buka pada pukul 13.00 wib.
Seperti pasien pada umumnya, istrinya yang membawa orang tuanya yang tengah sakit itu mengambil nomor antrean sesuai dengan arahan penjaga RS Asysyiffa tersebut.
Setelah sekian jam dengan sabar menunggu antrean yang begitu panjang, naas setelah giliran antreannya yang dipanggil, harus pulang dengan kesedihan tanpa ada penanganan medis.
“Sejak saya datang kesini saya sudah tanya ke penjaga yang ada di depan pintu masuk RS, saya bilang mau berobat ke dokter saraf. Kata salah satu penjaga, gak tau apa masih ada kuotanya apa sudah habis, tolong ibu ke kasir satu mungkin masih ada. Saya datang ke kasir satu sesuai arahan penjaga di depan, saya ulangi lagi tujuan saya ke RS bahwa mau ke ahli saraf dan saya menunjukan berkas yang saya bawa, rujukan dari puskesmas,” katanya.
Jadi kata dia, pasien mendenger pengumuman dari satpam bahwa yang ke saraf sudah ditutup dengan alasan kuotanya sudah habis.
“Saya pun nangis mohon ke satpam supaya bapak saya bisa diperiksa. Saya lari ke ke ruangan praktik dokter saraf, arahan dari satpam. Tapi sayang reaksi asisten dokter saraf, sangat tidak sesuai dengan sumpahnya,” ujarnya.
“Disini saya bertanya salah siapa? Yang disayangkan, kasir satu tidak periksa dengan teliti. Yang kedua, satpamnya kenapa kalau kuota dibatasi gak dikasih tau dari awal. Yang ketiga asisten dokter sikapnya tidak sesuai sumpahnya,” tambahnya.
Dia menegaskan, sangat kecewa dengan mekasnisme yang diterapkan oleh RS swasta tersebut.
“Saya kasian yang ambil antrean nomor besar seperti saya, sudah nunggu panggilan sekian lama, pas waktunya gak bisa berobat dengan alasan kuota habis. Pokoknya saya kecewa dengan mekanismenya,” katanya.
Ketika dikonfirmasi perihal kekecewaan pasien tersebut, Bagian Humas RS Asysyiffa Suryakerta menjelaskan, saat itu pihak rumah sakit melayani banyak pasien. Dalam hal ini dirinya tidak mengetahui apakah pasien BPJS atau bukan. Kendati pihaknya tidak diskriminasi pasien. Pihaknya juga akan menelusuri permasalahan tersebut.
“Kita akan telusuri dulu kenapa bisa terjadi seperti itu. Seharusnya memang kalau sudah menerima nomor antrean pasien mendapatkan pelayanan,” katanya kepada Jurnal Bogor di ruangannya, Selasa (5/12/2023).
(andres)