Jakarta | Jurnal Bogor
Tak hanya fasilitas pendidikan, tempat ibadah, dan kamp pengungsian, Israel juga menyerang ambulans. Sebanyak 15 orang tewas dan 50 terluka akibat serangan terhadap konvoi ambulans di luar Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza City, Jumat (3/11/2023) waktu setempat, atau Sabtu (4/11/2023) WIB.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Antonio Guterres merasa ngeri melihat serangan Israel ke konvoi ambulans di Gaza tersebut.
“Saya merasa ngeri dengan laporan serangan di Gaza terhadap konvoi ambulans di luar rumah sakit Al-Shifa,” kata Guterres, dikutip dari CNN, Sabtu (4/11).
“Gambar mayat yang berserakan di jalan di luar rumah sakit sungguh mengerikan,” imbuhnya.
Guterres juga menyerukan agar serangan di Gaza dihentikan. Dia menyebut hampir sebulan warga sipil di Gaza, termasuk perempuan dan anak-anak, telah dikepung, tak diberi bantuan, dibunuh, dan rumahnya dibom.
Ia meminta perhatian pada situasi kemanusiaan yang saat ini ia sebut mengerikan.
“Makanan, air dan obat-obatan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hampir tidak mencukupi. Bahan bakar untuk listrik rumah sakit dan pembangkit listrik tenaga air hampir habis,” katanya.
Israel mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap sebuah ambulans di luar Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza City, Jumat (3/11) waktu setempat, yang membunuh belasan dan melukai puluhan orang.
Dilaporkan CNN, sejumlah video dari lokasi kejadian menunjukkan orang-orang berlumuran darah dan berserakan di tanah sekitar ambulans yang ringsek. Menurut otoritas kesehatan Hamas, setidaknya ada 15 orang tewas dan 50 orang lainnya terluka.
Seorang juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza menyebut pada Jumat (3/11) waktu setempat, bahwa ambulans tersebut merupakan bagian dari konvoi medis yang berasal dari rumah sakit.
Konvoi itu melakukan perjalanan ke perbatasan Rafah dan mereka sudah memberi tahu Komite Palang Merah Internasional (ICRC) terkait agenda tersebut.
Pihak ICRC pun mengonfirmasi bahwa mereka mengetahui jadwal konvoi kendaraan yang membawa banyak pasien dari utara Gaza ke selatan.
(yev/cnn)