30.2 C
Bogor
Tuesday, October 15, 2024

Buy now

spot_img

ICMI Jangan Diam Saja !

By AA
Dr. Ir. H. Apendi Arsyad, M.Si
(Dosen, Konsultan, Pegiat dan Pengamat Sosial)

Jurnalinspirasi.co.id – MPP ICMI jangan diam saja (cicing wae)!. Tidak hirau dan tak peduli persoalan dan nasib bangsa dan negara, yang akhir-akhir ini menurut sejumlah pakar, para ilmuwan kritis dan peduli nasib bangsa. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) kini  dalam ambang krisis, gagal ditinjau dari beberapa aspek, indikator dan perspektif.

Seperti membengkak piutang luar negeri, semakin maraknya korupsi,  lemahnya penegakan supremasi hukum,  penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang (abuse of power and authority), lemahnya ketaatan terhadap konstitusi/hukum tata negara (UUD 1945) yang banyak dilanggar, ketimpangan sosial-ekonomi semakin besar dan menganga (lihat angka gini ratio).

Lalu angka kemiskinan penduduk tetap membesar,  angka pengangguran bertambah besar, semakin kuat dan signifikannya cengkraman oligarki dalam bisnis dan politik negara, sumberdaya alam sebagai sumber kemakmuran rakyat diserahkan, dikuasai dan dirampok investor aseng/asing,  impor komoditas pangan semakin membesar ketika petani dan peternak memasuki masa panen sehingga petani dan peternak merugi-sedang yang meraih untung para pemburu rente (rent seekers), angka stunting balita (kurang gizi) masih tinggi,  rendahnya mutu pendidikan, maraknya perjokian dan plagiat untuk mendapatkan gelar Doktor dan Guru Besar (profesor) di lingkungan akademis PTN-PTS Indonesia.

Kemudian permasalahan moral dan etika akibatnya hancur peradaban kampus habitat kaum terdidik dan terpelajar,  biaya ongkos haji yang membengkak, lebih dari 50 persen keluarga Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan layak dan bergizi, degradasi ekosistem dan pencemaran lingkungan semakin banyak mendatangkan bencana alam yang mensengsarakan rakyat,  dan lain-lain.

Saya sudah berkali-kali memunculkan tulisan-tulisan bersifat kritik sosial dengan topik yang cukup menggelitik dan panas (hot) dan urgent seperti antara lain NKRI dalam ambang bahaya,  berpotensi gagal dan bubar.  Tetapi MPP ICMI secara institusional tampsknya.gesturenya “ciciang wae” (diam saja). Hingga kini belum ada sikap ICMI yang cerdas, menggigit, dan solutif untuk merespon permasalahan bangsa dan negara, yang seharusnya dibicarakan melalui public hearing dengan para anggota DPR RI dan melakukan audiensi dengan Presiden RI, bpk.Ir.H.Joko Widodo di Istana Negara RI amat jarang dan bahkan nihil.

Maaf saya melakukan autokritik terhadap ICMI ini,  karena  saya salah seorang yang turut serta mendirikannya tanggal 7 Desember 1990 di kampus Universitas Brawojaya Malang Jawa Timur, saya merasa memiliki,  dan saya sangat berharap ormas Islam ini mau dan mampu berperan konstruktif baik tugas-tugas reflektif (konsepsi/pemikiran) dan maupun tugas praksis (pemberdayaan masyarakat)  dalam upaya penguatan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Kerja-kerja program 5 K ICMI dalam upaya menyelamatkan dan memajukan NKRI. Sebab watak ICMI sebagai isi dan perintah. AD dan ART ICMI hasil Muktamar ICMI ke 7 tahun 2021 di Bandung,  masih tetap berwatak (karakter) 3 dimensi yakni Keislaman,  Kebangsaan/Keindonesiaan dan Kecendekiawan.  Narasinya cukup jelas dan tegas,  kita harus dan wajib peduli sebagai kaum intelektual (cendekiawan)  beraqidah Islam dan hidupnya berpedoman kepada Al Quran dan Sunnah Rasulullah Muhammad SAW terhadap dinamika perjalanan bangsa dan negara Indonesia agar mencapai tujuannya.

Ada 4 tujuan bernegara menurut Pembukaan UUD 1945 yg wajib kita pahami dan laksanakan yaitu (1) melindungi segenap tumpah darah dan bangsa Indonesia,  (2)memajukan kesejahteraan umum,  (3)mencerdaskan kehidupan bangsa,  dan (4) ikut serta menciptakan perdamaian abadi.

Warga Indonesia yg paling bertanggungjawab dan mampu melaksanakan ke 4 tujuan tersebut,  barangtentu adalah kaum cendekiawan,  dimana ICMI tempat berhimpunnya para ahli,  pakar dan ilmuwan yang menguasai  ipteks (keahlian/kepakaran) berbasis imtaq dengan moral dan etik yang kuat,  berperilaku mulia (ahlaqul karimah).

Kita berharap para pengurus dan anggota serta pendukung/simpatisan ICMI menyadari akan fungsi, peran dan tugas kecendekiawan muslim tersebut. Jika kita abai dan tidak peduli (careless), maka kita telah mengingkari amanah selaku ulil albab.

Saya senang mendengar bahwa Orwil-Orwi ICMI sedang bergiat melaksanakan kegiatan National Leadership Camp (NLC) ICMI untuk peningkatan kapasitas organisasi dan kelembagaan serta anggota ICMI berjalan baik, membangkitkan kesadaran, rasa memilikin dan punya tanggungjawab bersama (berjemaah) dengan team work yang profesional dan solid. 

Warga ICMI tidak berperilaku pasif atau ‘endekost’ lagi, tetapi bangkit kepeduliannya untuk proaktif melaksanakan program 5 K ICMI yaitu peningkatan kualitas imtaq,  pikir,  karya-inovasi,  dan kualitas hidup berbasis keluarga yang berkasih-sayang,  (sakinah mawaddah warohmah). ICMI sudah menjadi rumah pengabdiannya dengan rasa memiliki (sense of belonging) semakin berkualitas.

Semoga program dan kegiatan NLC ICMI orwil-Orwil tersebut bisa menaikan tingkat partisipasi dan kepedulian ICMI terhadap nasib bangsa dan negara yang kini dirasakan banyaknya atau sengkarut permasalahan dalam sejumlah aspek ipoleksusbudhankam, terutama carut-marut penegakan supremasi hukum dan tatanan kehidupan politik negeri ini. Sejumlah fakta dan gejala sosial politik dan penegak hukum yg tak sehat (abnormal), anomali antara lain diungkapkan bpk. Prof. Mahfud MD,  Menkopolhukam RI yakni kasus Ferry Sambo,  uang siluman Rp342 triliyun direkening para ASN Kemenkeu RI, keputusan PN Jakarta untuk penundaan Pemililu,  korupsi industri pertambangan, dll cukup memprihatinkan Kita, mau dibawa kemana Indonesia yang kita cintai ini oleh rezim yang tengah berkuasa saat ini?

Public policy yang dibuat rezim yang berkuasa dalam bentuk regulasi berupa UU,  PP,  Perpuu,  Kepres, Kepmen dan surat edaran Kementerian dan Lembaga Negara tidak menggunakan landasan saintific dan kaidah-kaidah agama serta moral-etika sosial, bahkan kontradiksi dengan syiar dan dakwah Islamiyah spt larangan buka puasa Ramadhan 1444 H bagi aparatur K/L negara. 

Akhirnya beberapa regulasi tersebut bermuara pada panen protes,  kritik dan  demontrasi rakyat,  yang kontraproduktif,  buang-buang energi yang sia-sia dan sial.

Beberapa hari belakang ini,  kita melihat para profesor dan doktor, kaum intelektuil non-ICMI mulai gelisah dan membuat pernyataan dan sikap mendukung langkah Menkopolhumkam RI bpk. Prof. Mahfud MD untuk membongkar kasus dana siluman lk Rp 342 triliyun di rekening ASN Ditjen Pajak dan Beacukai Kemenkeu RI.

Lantas sikap dan pernyataan MPP ICMI apa dan bagaimana dalam merespon kasus korupsi tersebut? Diluar sana,  sejumlah pihak yang berkepentingan (stakeholders), mereka selalu berharap dan bertanya, apa dan bagaimana sikap ICMI?

Demokrasi negeri ini memang dalam kondisi “mati suri”, orpol, wakil rakyat DPR RI dengan koalisinya yang sangat besar dan gemuk akibatnya mereka minus daya kritis dan lemah keberpihakannya pada kepentingan rakyat.

Mereka para Wakil Rakyat belakangan ini lebih bermesraan dengan segelintir kepentingan keserakahan, hegemoni dan kendali-kontrol kaum pemilik modal besar (oligarki). Gejala sosial semacam itu, merupakan faktor utama yang akan memperparah keadaan NKRI, jika terus dibiarkan, gagal dan bubar (collapse), nauzubillahi minzalik, hal itu jangan sampai terjadi.

Beberapa pengamat dan pemikir kritis dan analitik, sudah berani berucap dan mengungkapkan ke publik bahwa Indonesia dalam ambang kebangkrutan, gawat darurat dan berbahaya.

Selanjutkan kita berharap kajian hukum dan politik di lingkungan ICMI lebih digiatkan dan dihidupkan lagi guna merumuskan saran dan rekomendasi serta public policy yang cerdas dan konstruktif kepada Pemerintah dan. DPR RI,  serta Kementerian dan Lembaga Negara lainnya,  yang tentu terkait MPP ICMI agar lebih proaktif,  jangan diam saja (ciciang wae) ! Sebab naluri dan fitrah Cendekiawan Muslim itu senantiasa berpikir, solutif dan ada kepedulian,  meminjam istilah bpk Prof. BJ Habibie, beliau almarhum adalah Pendiri dan Ketua Umum pertama MPP ICMI serta Presiden RI ketiga yang jenius dan sukses membawa NKRI terhindar dari perpecahan (disintegrasi) bangsa di era transisi demokrasi yang berakal sehat.

Demikian percikan pemikiran singkat, hasil perenungan,  dan terima kasih atas segala perhatiannya.

Save umat,  bangsa dan NKRI. Semoga Allah SWT melindungi dan menolong hamba-hsmbaNya yg beriman,  bertaqwa dan gemar berbuat kebajikan,  Aamiin.
Syukron barakallah.
Wassalam

====✅✅✅

*) Pendiri dan Wasek Wankar ICMI Pusat, pemrakarsa dan Ketua Wanhat ICMI Orwil Khusus Bogor, Konsultan K/L negara,  Pegiat dan Pengamat Sosial serta Pendiri-Dosen Senior (Asoc Profesor) Universitas Djuanda Bogor

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -
- Advertisement -

Latest Articles