29.6 C
Bogor
Sunday, May 19, 2024

Buy now

spot_img

Menilik Sebutan Jaro yang Kini Tersematkan untuk Jaro Ade, Jaro Ahyar dan Jaro Peloy

Sukajaya | Jurnal Bogor

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata jaro merupakan kata benda yaitu bilah bambu untuk pagar. Namun, di wilayah Bogor bagian barat, kata Jaro tersematkan kepada orang yang memiliki kedudukan kepemimpinan di wilayah pedesaan atau sebagai kepala desa. Sama halnya dengan istilah jaro di Baduy, Banten sebutan untuk kepala dusun atau kampung.

Namun tidak semua menginginkan sebutan jaro disematkan kepada seorang pemimpin di desanya. Pasalnya, sebagian masyarakat ada yang beranggapan bahwa kata jaro identik dengan kejawaraan, meksi ada makna positif yang tersembunyi dalam kata jaro tersebut.

Di wilayah Kabupaten Bogor bagian barat yang notabene wilayahnya perbatasan dengan Provinsi Banten, ada beberapa kepala desa dengan nama kata jaro melekat untuk sebutan orang tersebut. Seperti Kepala Desa Kiarasari, Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jaro Ahyar yang cukup familiar dengan nama kejaroannya.

Selain Jaro Ahyar, ada pula Calon Bupati Bogor Ade Ruhandi dikenal Jaro Ade atau JA. Bahkan ada warga Sukajaya yang sekarang di DPRD Kabupaten Bogor yaitu Jaro Peloy. Bahkan, penamaan Jaro Peloy sendiri saat ini sudah disematkan dalam kartu tanda penduduk (KTP)-nya.

Mungkin untuk sebagian orang di wilayah tertentu akan terdengar asing dan beranggapan negatif sebutan jaro identik jawara. Padahal di wilayah Banten, sebutan jaro adalah sesosok pejuang salah satunya Almarhum Jaro Karis, pejuang asal Cisimeut, Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten  yang ikut perang gerilya mengusir penjajah Belanda pada saat perang kemerdekaan Indonesia.

“Jadi julukan kades itu bisa dipanggil jaro hanya dari Banten. Karena kita ini perbatasan dengan Banten sehingga beberapa kepala desa di wilayah perbatasan dengan Banten terpanggil kata jaro,” ujar Kepala Desa Kiarasari Jaro Ahyar, Minggu (9/7/2023).

Menurut dia, tersemat kata jaro dinamanya sudah ada sejak sebelum jadi kepala desa di wilayahnya. Dia membeberkan, bahwa maknanya jaro di masyarakat umum identik adalah kepala desa yang memang seorang pemimpin memiliki keberanian seperti jawara.

“Maknanya jaro karena kita berada di perbatasan, kalimat jaro itu hanya di Banten berhubungan wilayah Sukajaya,  berbatasan dengan Banten sehingga tersematkan jaro,” katanya.

“Penamaan jaro yang memang itu menjadi budaya lokal. Karena di wilayah lain contohnya di timur itu tidak ada jaro karena mungkin itu sudah menjadi budaya dan tradisi yang digunakan hingga melekat,” bebernya.

Anggapan masyarakat ketika jadi kepala desa dipanggil jaro kata dia, karena mungkin jaro itu ada yang positif dan ada yang negatif. Padahal ini penamaan yang sudah melekat di masyarakat dan dikenal di wilayah Banten.

Jadi kata dia, seorang pemimpin terlebih kepala desa sebetulnya dari sisi ke jawaraannya perlu digunakan dengan dasar kebaikan. Karena jangan sampai masyarakat menilai kepala desanya saja direndahkan bagaimana dengan warganya.

“Jadi ketika kita jadi seorang pemimpin, sosok keberaniannya harus digunakan,” tandasnya.

** Andres

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -
- Advertisement -

Latest Articles