Padang | Jurnal Bogor
Pekan Nasional (Penas) Petani dan Nelayan ke-XVI di Kota Padang, Sumatera Barat saat ini memasuki hari kelima. Perhelatan akbar tersebut telah menarik antusiasme tinggi dari para pengunjung. Pasalnya tidak hanya menghadirkan pameran berbagai komoditas pertanian saja tetapi juga gelar teknologi pertanian. Microgreens, salah satu hasil inovasi budidaya pertanian yang dikembangkan Pusat Pelatihan Pertanian (P4S) HC-Urban Farming binaan Balai Besar Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (BBPMKP) Kementerian Pertanian pun tak luput dari bidik mata perhatian pengunjung.
Microgreens merupakan komoditas pertanian berupa tanaman/sayuran berukuran kecil yang dipanen saat berusia sangat muda, yaitu 7-14 hari setelah semai. Benih yang digunakan untuk tanaman Microgreens sama dengan benih tanaman/sayuran biasanya.
Budidaya Microgreens ini dapat ditanam di lahan yang terbatas, mudah diaplikasikan, dan dapat dilakukan di dalam ruangan. Selain itu, Microgreens memiliki kandungan nutrisi yang tinggi karena dipanen pada saat perkecambahan tanaman sehingga memiliki nilai gizi yang sangat baik. Dan tentunya dapat menjadi alternatif untuk penyediaan pangan bernutrisi tinggi bagi keluarga.
Kelebihan-kelebihan inilah yang menjadi daya tarik pengunjung untuk mengulik lebih dalam tentang Microgreens di penas XVI.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo menilai Penas XVI memiliki peran yang sangat strategis
“Penas XVI harus menjadi bagian strategis dari upaya konsolidasi bersama dalam menjaga ketahanan pangan nasional di tengah ancaman krisis pangan”, katanya.
Ia pun menambahkan, kegiatan tersebut merupakan bagian-bagian untuk mengkonsolidasi kekuatan dan potensi pertanian.
“Khususnya untuk menjaga ketahanan pangan nasional kita, acara Penas harus menjadi puncak komunikasi emosional kita”, sambung Mentan SYL.
Dibalik ukurannya yang mini, Microgreens memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Selain biaya produksi yang lebih hemat dan ramah lingkungan, peluang bisnis Microgreens juga sangat menjanjikan karena belum banyak yang menggelutinya.
Sejurus dengan hal tersebut, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menegaskan bertani merupakan sarana untuk mendapatkan keuntungan, maka harus dibangun sistem bisnis pertanian yang kokoh dari hulu sampai hilir
“Harus dibangun sistem agribisnis yang kokoh dimulai dari pemberdayaan petani dan penyuluh sebagai ujung tombak pembangunan pertanian. Pertanian harus menjadi bisnis. Pertanian itu harus sustainable dan menarik. Pertanian tidak hanya memenuhi kebutuhan sendiri tetapi harus bisa menghasilkan uang”, ujar Dedi.
Pengelola (P4S) HC-Urban Farming, Fajar Wiyono menjelaskan budidaya Microgreens tidaklah sulit, dapat dilakukan dengan penggunaan air yang lebih sedikit, tanpa pengaruh iklim, tanpa media tanah, hemat tempat, memiliki tingkat kesuburan yang tinggi, serta umur panen yang relatif lebih cepat. Bisnisnya pun “menggiurkan”.
“Saya bisa jual ke hotel-hotel atau ke masyarakat sekitar. Anak-anak lebih suka Microgreens daripada sayuran yang biasa, karena mereka melihat Microgreens kecil dan tidak menakutkan”.
Dengan melakukan urban farming, kita dapat berkontribusi untuk mengurangi dampak pemanasan suhu akibat perubahan iklim serta mengurangi emisi dari transportasi perdagangan produk pertanian.
** Dea/Nita/BBPMKP