Jonggol | Jurnal Bogor
Kades Entrepreneur, itulah sebutan yang cocok untuk Kepala Desa Sukamaju, Jonggol, Kabupaten Bogor. H. Holil, Kepala Desa Sukamaju yang sudah menjabat selama 3 periode ini patut dicontoh dengan inovasi-inovasi yang dilakukannya, baik untuk keberlangsungan pribadi maupun masyarakat di sekitarnya.
Pasalnya, di saat diluar sana masih ada kepala desa yang tersandung kasus korupsi karena menggunakan anggaran Dana Desa untuk kebutuhan pribadi, H.Holil justeru mempersiapkan masa pensiunnya yang tinggal hitungan tahun dengan berinvestasi melakukan ternak ikan lele dan belut.
H.Holil menceritakan, ternak ikan lele yang sudah dijalaninya selama 2 tahun ini berawal dari ajakan rekannya yang bernama H.Naslim. Dirinya diajarkan mulai dari pembuatan pakan, pemilihan bibit, pensortiran ikan sampai market penjualan. Menurutnya, memang tidak mudah untuk di awal, karena harus ada pensortiran secara rutin, apalagi ikan lele tergolong ikan kanibal yang bisa memakan sesamanya jika telat dalam pemberian pakan mereka bisa memakan sesama rekannya.
“Begitupun soal pakan, jika untuk berbisnis ikan lele memakai pakan pabrik, itu tidak akan terlihat bahkan rugi karena selisih harga dan harga jual ikan tidak sebanding,” jelas H.Holil.
Dari 40 kolam yang dimilikinya, sambung H.Holil, dia bisa menghasilkan penghasilan bersih selama sebulan sekali 7 juta. Karena panen ikan lele dilakukan selama sebulan sekali sebanyak 1 ton dengan harga Rp20.000/kg.
“7 juta itu penghasilan bersih yang saya dapat, penghasilan kotornya itu mencapai 20 jutaan. Ke depannya saya ada rencana untuk melakukan panen 2 minggu sekali, untuk nambah-nambah penghasilan pribadi,” papar H.Holil.
Lebih lanjut, H.Holil menjelaskan bisnis ikan lele yang dijalaninya ini sudah ada beberapa masyarakat yang mengikuti, mengingat lele itu ikan yang mudah untuk dirawat dan tidak mudah mati. Namun, jika ingin berbisnis, pastikan pakannya tidak beli di pasar tapi buat sendiri.
“Saya buat pakan sendiri dengan bahan ayam mati dari kandang yang kita rebus dahulu dicampur dengan tepung ikan, lalu kita giling. Dan alhamdulillah ada nikmat tersendiri yang saya rasakan dengan berbisnis ikan lele ini. Namun, untuk belutnya sendiri itu baru tahap uji coba yang kita lakukan,” cetusnya.
H.Holil menceritakan, jabatan kepala desa yang kini masih diembannya itu hanya sementara, sekalipun dia mendapat mandat dan kepercayaan dari warga selama 3 periode berturut-turut, bukan berarti membuat dirinya jumawa. Oleh karena itu, untuk menghadapi masa pensiun menjadi kepala desa dia ingin memulai bisnis sedari dini sekaligus untuk mengisi waktu luangnya.
“Anggaran desa tidak bisa kita andalkan, apalagi sampai dipergunakan seenaknya, kita salah peruntukan saja dalam menggunakan anggaran tersebut akan tersangkut kasus hukum. Mungkin ada oknum kepala desa yang bermain-main dengan uang negara tersebut, tapi untuk saya sendiri alhamdulillah masih selalu diingatkan dan masih ada rasa takut untuk melakukan hal-hal yang menyimpang dari aturan,” imbuhnya.
Dirinya berpesan kepada kepala desa yang baru menjabat untuk berinovasi dengan anggaran yang sudah ada di desa. Salurkan sesuai dengan yang sudah diarahkan, jangan sampai menyimpang apalagi digunakan untuk kebutuhan pribadi.
“Jangan kaget saat menerima uang miliaran, apalagi menjadi kepala desa saat ini sudah enak sekali, karena anggaran semua sudah ditopang oleh pemerintah pusat dan daerah, tinggal menyalurkan saja,” katanya.
Kenapa kepala desa itu harus punya bisnis dan berinovasi, Lanjut H.Holi, seringnya anggaran dari pemerintah pusat dan daerah itu turun per triwulan kadang molor sampai satu semestar. Tapi pelayanan kepada masyarakat harus tetap berjalan, begitu pun ketika masyarakat ada kematian ada hajatan tidak bisa menunggu anggaran turun.
“Namanya juga kita ini kepala desa pemimpin masyarakat, jadi bukan hanya senangnya masyarakat, susahnya warga kadang kita yang harus turun tangan. Warga ribut, terbentur kasus hukum dan lainnya, pasti melibatkan kepala desa. Jadi, jika seseorang ingin menjadi kepada desa harus siap menjadi pelayan masyarakat, jangan main-main dengan dana desa jika tidak ingin di penjara, lebih baik bisnis ikan hasilnya lebih memuaskan,” pesan H.Holil mengakhiri dengan tawa khasnya.
** Nay Nur’ain