Peringatan Hari AIDS se-Dunia di Kabupaten Bogor
Babakan Madang | Jurnal Bogor
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Bogor bersama Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor memperingati Hari AIDS se-Dunia di Hotel Darmawan Park, Babakan Madang, Kamis (1/12). Keberadaan lembaga ini untuk meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan AIDS yang lebih intensif, menyeluruh, terpadu dan terkoordinasi di bumi Tegar Beriman.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor Drg.Mike Kaltarina, MARS menyatakan target zero 2030 telah dimulai oleh berbagai pihak. “Masalahnya HIV AIDS seperti fenomena gunung es. Kalau jumlah yang terdata sekarang banyak berarti metode pelacakannya sekarang ini lebih bagus. Kami tidak bisa bekerja sendirian, ada lembaga yang membantu seperti Lekas Bogor,” jelas Kadinkes.
Sementara Kepala Sekretariat KPA Kabupaten Bogor Sugara,SE menyebutkan, saat ini HIV-AIDS telah menginfeksi usia produktif.
“Perlu kontrol orang tua dan masyarakat juga harus punya kesadaran agar- anaknya terhindar HIV-AIDS. Sekrang ini sudah eranya digital dengan sau genggaman saja seperti gadget akses lebih mudah,” jelasnya.
Sementara upaya yang dilakukan KPA dan Dinkes adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kemandirian masyarakat, khususnya perempuan, anak, dan remaja. Lalu bisa tertanggulanginya infeksi dan penularan HIV-AIDS, perempuan dan remaja secara aktif melakukan upaya pencegahan infeksi dan penularan HIV-AIDS bagi diri dan lingkungannya .
Kemudian upaya lainnya adalah meningkatnya keberpihakan dan kesetaraan dalam menyediakan layanan pencegahan, tes, dan pengobatan HIV-AIDS berkualitas untuk semua orang. Namun meningkatnya penggerakan sumber daya dalam mengakhiri AIDS sebagai ancaman kesehatan masyarakat di Indonesia
Sedangkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor menyatakan target zero 2030 diakui Drg.Mike Kaltarina, MARS mesti tercapai karena infeksi HIV masih menjadi masalah kesehatan global dan nasional. Kasus HIV di kawasan Asia Tenggara menyumbang 10% dari total beban HIV di seluruh dunia. Di Indonesia, prevalensi HIV di sebagian besar wilayah adalah 0,26%, sementara di Papua dan Papua Barat mencapai 1,8%.
Dengan demikian, dalam kurun waktu 20 tahun terakhir telah terjadi kemajuan dalam penanggulangan HIV-AIDS di dunia, termasuk di Indonesia.
Dari keterangan KPA, secara global epidemi HIV mengalami penurunan sekitar 33% sejak tahun 2001, sehingga pada tahun 2012 diperkirakan terjadi sekitar 2.3 juta infeksi baru pada dewasa dan anak. Kematian yang dikaitkan dengan AIDS menurun sampai 30% sejak 2005 karena peningkatan akses pengobatan ARV, termasuk kematian yang dikaitkan dengan TBC, juga menurun sampai 30% sejak 2004.
Kematian terkait AIDS menurun dari puncaknya pada tahun 2004 dengan 1.7 juta kematian terkait AIDS per tahun menjadi 770 ribu kematian terkait AIDS pada tahun 2016. Terjadinya penurunan infeksi baru HIV dan kematian terkait AIDS tercatat sebagai dampak akselerasi pengendalian yang berfokus pada intervensi pencegahan dan ekspansi berskala besar terapi anti retroviral.
Namun demikian disadari bahwa penurunan infeksi baru dan kematian ini masih belum mencapai target penurunan yang diharapkan. Terjadinya Pandemi COVID-19 sejak 2020 telah nyata memperlambat upaya eliminasi HIV-AIDS tahun 2030. Bahkan dalam 2 tahun terakhir, tercatat tidak banyak kemajuan berarti yang didapat di banyak negara. Indonesia bersama negara-negara lain di seluruh dunia berupaya mencapai Ending AIDS pada tahun 2030.
Upaya pengendalian dilakukan dengan menerapkan strategi promosi kesehatan, pencegahan, penemuan kasus, dan penanganan kasus, didukung berjalannya transformasi kesehatan,termasuk penguatan layanan primer, pencapaian cakupan kesehatan semesta, dan pelibatan masyarakat/komunitas. Tantangan penanggulangan HIV-AIDS di Indonesia cukup besar. antara lain upaya pencegahan yang belum optimal, retensi pengobatan ARV yang rendah, masih dirasakannya ketidaksetaraan dalam layanan HIV khususnya pada perempuan, anak, dan remaja, serta masih dirasakannya stigma dan diskriminasi.
Diperlukan dukungan semua pemangku kepentingan untuk mengatasi tantangan tersebut, baik oleh pemerintah pusat dan daerah, akademisi/praktisi, masyarakat, swasta, dan media.
Seperti diketahui, Hari AIDS Sedunia (HAS) pertama kali diperingati pada 1 Desember 1988. Sejak itu, tanggal 1 Desember, diperingati sebagai Hari AIDS se-Dunia. Pada peringatan Hari AIDS se-Dunia, orang-orang di seluruh dunia menunjukkan dukungan bagi mereka yang hidup dengan HIV, juga untuk mengingat mereka yang kehilangan nyawa karena AIDS. Peringatan Hari AIDS Sedunia di Indonesia dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kemandirian masyarakat, khususnya perempuan dan remaja, dalam pencegahan dan pengendalian HIV-AIDS melalui penggerakan sumber daya yang melibatkan semua sektor.
** Asep Saepudin Sayyev