Bogor | Jurnal Inspirasi
Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim secara tegas mengatakan bahwa sesuai data, saat ini ada tingkat kedaruratan pada penyebaran kasus Covid-19 yang terjadi di Kota Bogor.
Hal itu ia katakan saat menjadi pemimpin Apel Sinergitas Bogor Mengabdi di Ramayana Mal Tajur, Kecamatan Bogor Timur, Rabu (30/6).
Dedie memaparkan melalui angka, warga yang terkonfirmasi positif Covid yang aktif per hari ini sekitar 3.500 kasus. Sementara ketersediaan tempat tidur atau bed di 21 rumah sakit hanya ada sekitar 950 bed. 50 persen di antaranya, merupakan pasien dari luar Kota Bogor.
“Artinya, ada kurang lebih 3.000 orang yang sedang melakukan isolasi mandiri di rumah masing – masing. Ada juga yang sedang keliling mencari rumah sakit, mencari fasilitas kesehatan. Kita sedang melihat adanya mobilitas dari virus itu sendiri,” kata Dedie.
Dengan demikian, tentu ada risiko tingkat penyebaran virus yang lebih tinggi lagi. Oleh karena itu, semua jajaran di wilayah dari mulai kecamatan, kelurahan, LPM, kader kesehatan, hingga karang taruna ikut membantu melakukan pendataan yang lebih maksimal.
Pendataan itu meliputi lokasi warga yang terpapar, kemudian berapa banyak orang yang kontak erat, serta segera melakukan konsolidasi dengan lurah atau camat.
Dedie juga meminta semua unsur tersebut memastikan, mereka yang tidak melakukan isolasi di rumah sakit ini juga mendapatkan perhatian fasilitas kesehatan di tingkat wilayah, seperti puskesmas.
“Paling tidak mendapat obat standar saja, itu yang penting. Jadi sudah dipastikan bahwa rumah sakit di Kota Bogor tidak mampu menampung semua pasien yang membutuhkan. Tapi kita tidak bisa tinggal diam, harus ada visitasi,” terangnya.
Termasuk kata Dedie, proses pemulasaraan jenazah Covid-19. Apabila diperlukan proses tersebut dengan protokol kesehatan yang ketat, hal itu bisa langsung dikoordinasikan dengan jajaran kepolisian yang sudah membentuk tim pemakaman.
Meskipun memang, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor juga sudah menyiapkan perihal sarana prasarananya. Hal ini, kata Dedie, penting menjadi perhatian mengingat angka kematian bagi warga yang isoman di rumah masing – masing juga harus ditekan.
Kepada para peserta apel, Dedie juga menyampaikan hasil keputusan bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) untuk wilayah RT maupun RW yang masuk dalam Zona Merah serta bagaimana cara penanganannya.
Beberapa di antaranya ialah, bila terdapat RT Zona Merah harus dilakukan pelaksanaan One Gate System. Jadi, akses masuk dan keluar wilayah tersebut hanya satu dengan kontrol yang ketat.
Lalu, wilayah Zona Merah harus terus dilakukan disinfektasi. Dedie mengatakan, BPBD dan Perumda Tirta Pakuan diberdayakan untuk melakukan sterilisasi.
“Lalu dalam keputusan bersama juga menutup area publik termasuk tempat ibadah. Semaksimal mungkin tempat ibadah tidak difungsikan dulu, terutama bagi RT yang Zona Merah,” jelasnya.
Begitupula pembatasan kegiatan masyarakat hingga pukul 20.00 WIB. Sudah tidak ada lagi aktivitas pada waktu tersebut. Tak terkecuali untuk anak – anak dan remaja.
“Hari ini Bogor 22 – 25 persen yang terpapar adalah anak – anak. Tolong diingatkan kembali oleh kita semua, untuk memberikan pemahaman bahwa hari ini terjadi peningkatan kasus di usia remaja dan anak – anak,” sebutnya.
Dalan keputusan juga ditegaskan bahwa wilayah harus mengaktifkan posko satgas Covid-19 RW dengan satu Polisi RW serta satu Babinsa. Fokusnya untuk melakukan pendampingan dan dibebaskan tugaskan dari kegiatan rutin.
“Kemudian ditingkatkan lagi pendataan, tracing serta memberikan bantuan sembako bagi masyarakat yang melakukan isolasi,” tutup Dedie.
Disamping itu, selain unsur wilayah dan TNI/Polri, pada apel siaga tersebut juga menghadirkan Wakil Ketua DPRD Kota Bogor, Jenal Mutaqin. Dalam sambutannya, Jenal mengatakan jika segala aturan yang ada ini sebagai ikhtiar Kota Bogor dalam memerangi Covid-19.
“Ini cukup menjadi perhatian kita semua, bahwa angka penyebaran sedang tinggi – tingginya. Perlu diseimbangkan juga, antara melawan Covid-19 dan kesehatan diri kita sendiri,” tambah Jenal.
** Fredy Kristianto