Bogor | Jurnal Inspirasi
Gelombang unjukrasa penolakan Undang Undang Omnibus Law Cipta Kerja kembali terjadi di Kota Bogor pada Rabu (14/10). Kali ini ratusan mahasiswa Universitas Pakuan menggelar aksinya di Tugu Kujang dan depan Terminal Baranangsiang. “Kami kecewa dengan pemerintah, atas disahkannya Omnibus Law,” kata salah seorang mahasiswa dalam orasinya.
Sedikitnya terdapat tujuh tuntutan yang diserukan mahasiswa. Pertama, meminta agar pemerintah mencabut UU Omnibus Law. Kedua, meminta polisi mengeluarkan para demonstran yang ditahan karena menyampaikan aspirasi.
Ketiga, elesaikan permasalahan HAM di Indonesia. Keempat, hentikan perusak lingkungan untuk kepentingan oligarki. Kelima, menolak Pilkada serentak. Keenam, mendesak presiden mundur dari jabatannya dan yang terakhur endesak anggota DPR mundur dari jabatannya.
Dalam aksinya mahasiswa juga membentangkan spanduk bertuliskan ‘Ada yang tidak mau mendengar, tapi mengaku mewakili DPR RI’ #Gagalkan Omnibus Law #Mosi tidak percaya.
Mahasiswa ini menyinggung Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Puan Maharani yang mematikan mic salah satu anggota dewan. “Jari Saya lebih panas dari mulut tetangga,” ucapnya.
** Fredy Kristianto