Malang | Jurnal Inspirasi
Untuk kelangsungan hidup dan geraknya organisasi baik organisasi publik maupun swasta perlu adanya perubahan. Tanpa adanya perubahan, maka dapat dipastikan bahwa usia organisasi tidak akan mampu bertahan langgeng. Perubahan bertujuan agar organisasi tidak menjadi statis, melainkan tetap dinamis dalam menghadapi perkembangan zaman, kemajuan teknologi dan peningkatan kesadaran terhadap pelayanan yang berkualitas.
Tidak semua Sumber Daya Manusia (SDM) memahami dan mengerti tentang pentingnya melakukan perubahan. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan pemahaman terhadap karakter perubahan, apa itu perubahan, mengapa perlu perubahan, dan faktor apa yang mendorong perubahan. Termasuk juga kesiapan untuk melakukan perubahan dan bagaimana mengelola perubahan agar mencapai tujuan.
SDM merupakan kunci utama karena manusia menjadi subjek dan sekaligus menjadi objek perubahan serta mempunyai sifat menolak terhadap adanya perubahan. Oleh karenanya, perubahan SDM dimulai dengan melakukan pengikisan terhadap pola perilaku lama yang cenderung bertahan dengan keadaan yang sudah lama dijalaninya. Setelah itu, secara bertahap ditekankan upaya membuka diri agar bersedia menerima pola pikir baru yang berkembang secara dinamis.
Demikian kata pembuka Srikandi BPPSDMP, Dr. Ir. Siti Munifah, M.Si, Beliau adalah Sekretaris Badan PPSDMP yang dijumpai saat mendampingi kunjungan kerja Kepala Badan PPSDMP sekaligus peresmian labolatorium penyuluhan dan Asrama di Polbangtan Malang, Sabtu (19/09/2020).
Lebihlanjut, Sekretaris Badan, yang akrab dipanggil Munifah, mengatakan banyak dari kita yang beranggapan bahwa melakukan perubahan itu bagaikan masuk kedalam goa yang gelap gulita. Kita tidak mengetahui apa yang ada di dalamnya, jangan-jangan ada sesuatu yang akan membahayakan.
Berbeda ketika kita berjalan di tempat terang, semuanya akan nampak jelas terlihat. Mungkin saja benda yang ada di tempat yang gelap dan terang sebenanya sama, tetapi kita akan yakin kemana langkah kaki akan diayunkan sehingga terhindar dari bahaya, ketika kita sudah tahu dengan jelas benda tersebut.
Persoalan saat ini, ketika demokratisasi berkembang dan informasi cepat tersaji. Dampaknya, pola manajemen SDM tidak lagi menerapkan pendekatan pressure tapi kemitraan. Dibutuhkan sarana efektif dan mudah untuk menggerakkan pegawai agar kinerjanya optimal yaitu bagaimana kita mengkomunikasikannya.
Dalam sebuah organisasi pasti ada struktur dan itu harus dijadikan acuan untuk bekerja sesuai dengan ahlinya atau tanggungjawabnya. Menjadi atasan dan bawahan tidak bisa dihindari. Tidak mungkin semua orang menjadi atasan, atau seluruhnya bawahan. Kalau itu terjadi, siapa yang mendelegasikan tugas? siapa yang mengkoordinir? Sudah semestinya ada pembagian tugas.
Orang yang dapat menyesuaikan diri tidak akan canggung memfungsikan diri sebagai atasan atau bawahan. Dia tahu kapan berperan menjadi ketua tim, kapan menjadi bagian dari tim. Orang yang “sok” berkuasa, meskipun secara struktur memang berkuasa, di mata anak buah tidak ada harganya. Ia kan selalu dicibir disaat tidak berada di tempat. Bahkan menjadi bahan olok-olok.
Mestinya sebagai manusia dalam sebuah komunitas hendaknya berperilaku sederajad dengan yang lain. Ia mampu berbaur, dan berkomunikasi dengan bahasa bawahan. Memberi solusi saat menemui pekerjaan yang sulit.
Disinilah pentingnya melakukan komunikasi harus mengandung ruh, agar lawan bicara bisa menerima dengan sepenuh hati, masuklah kita ke dalam komunitas yang hendak dituju. Kaitannya dengan hubungan organisasi dan kedinasan. Semua jenis hubungan itu akan dirasakan nikmat, sejuk, dan menyenangkan jika dibangun dari hati ke hati. Karena hubungan dari hati ke hati biasanya mengedepankan kejujuran, keadilan, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian.
Melalui hubungan dari hati ke hati akan melahirkan suasana kasih sayang, saling percaya, sama-sama berusaha menghormati satu dengan yang lain, tidak ada yang berusaha untuk memperoleh kemenangan, pengaruh, atau keuntungan sepihak. Itulah hubungan yang dijalankan dari hati ke hati.
T2S/Wan