Jurnal Inspirasi – Sepekan perdagangan 11-15 November 2024 Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (USD). Mengutip data usd, Minggu (16/11/2024), rupiah pekan ini ditutup melemah ke Rp15.898 per USD.
Kini adalah adalah kelemahan yang terparah sejak 12 Agustus 2024 lalu yang sempat berada pada level Rp15.950 per dolar AS. Tapi rupiah tak sendiri, dalam sepekan mayoritas mata uang Asia juga tertekan lebih dari 1% dalam sepekan.
Ke 6 mata uang yang dimaksud adalah yen, ringgit, baht, rupiah, dolar Singapura, dan dolar Taiwan. Indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang Asia hari ini terkoreksi tipis ke 106,66 dari penutupan perdagangan kemarin di 106,67. Dalam sepekan, indeks dolar menguat 1,58% dari posisi 105 pada akhir pekan lalu.
Pelemahan rupiah ini terimbas sentimen kebijakan moneter dari Federal Reserve (The Fed). Ketua The Fed, Jerome Powell, mengisyaratkan perlambatan dalam pemangkasan suku bunga karena ekonomi AS yang tetap tangguh.
Dalam pernyataannya di hadapan para pemimpin bisnis di Dallas, Powell menyebut ekonomi AS tumbuh sebesar 2,8% pada kuartal III 2024, lebih tinggi dari tren historis.
Dengan pertumbuhan tersebut, The Fed melihat tidak ada urgensi untuk menurunkan suku bunga, meskipun tekanan inflasi masih ada. Di sisi lain, tingkat inflasi AS menunjukkan kenaikan tipis pada Oktober, mencapai 2,6% year on year (yoy), dibandingkan 2,4% pada bulan sebelumnya. Hal ini semakin menambah tantangan bagi The Fed untuk mencapai target inflasi 2% di tengah pertumbuhan ekonomi yang solid.
Selain itu pekan lalu dari sentimen dalam negeri, Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing keluar di pasar keuangan domestik mencapai Rp7,42 triliun selama periode transaksi 11-14 November 2024.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso mengatakan bahwa nilai tersebut terdiri dari aliran modal asing keluar bersih di pasar saham Rp4,12 triliun, dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) Rp3,65 triliun, sedangkan modal asing masuk bersih ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) Rp0,35 triliun.
(Mizie Apriansyah)