Pamijahan | Jurnal Bogor
Komunitas Barisan Jalmi Peduli (Barjap) langsung bertindak setelah mengetahui ada warga Kampung Cisalak Satu RT 01 RW 14, Desa Cibunian, Pamijahan, Kabupaten Bogor yang kondisinya sangat memprihatinkan, dimana kulit di sekujur tubuhnya mengelupas. Barjap membawa Umar ke RSUD Leuwiliang untuk mendapat penanganan medis.
“Setelah mendapatkan informasi dari Ketum Genpar kita segera membantu memfasilitasi Umar Santosa (38) yang kulit di sekujur tubuhnya terkelupas ke RSUD Leuwiliang,” kata Founding Fathers Barjap Nurodin, Rabu (15/11/2023).
Nurodin yang yang merupakan anggota DPRD Kabupaten Bogor Dapil 5 tersebut menjelaskan, Barjap akan melakukan dengan gerak cepat jika menyangkut masalah sosial yang harus dilakukan selagi bisa dilakukan.
“Kita akan tunggu hasil pemeriksaan rumah sakit, tadi saya sudah sampaikan pada pihak keluarganya, dari sisi kemanusiaan Barjap siap memfasilitasi jika pun harus dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar. Misalkan RS Fatmawati atau RSCM sebagai pusat rujukan nasional,” jelasnya.
Dia membeberkan, bahwa salah satu salah satu anggota Barjap sudah melakukan evakuasi sekaligus mengurus administrasi rumah sakit dan menunggu pasien beserta satu orang kakaknya pasien.
“Barisan Jalmi Peduli atau Barjap adalah sebuah jaringan komunitas jalmi atau manusia yang memiliki dan menaruh perhatian dan kepedulian pada masalah-masalah sosial dan kemanusiaan,” bebernya.
Sebelumnya Ketua Umum LSM Genpar Sambas Alamsyah menyebut, Umar Santosa sudah sebatang kara dan tidak bisa melakukan aktivitas seperti pada umumnya, karena hanya bisa terbaring di tempat tidur.
“Malam ini kita didampingi ambulance dari Barjap, evakuasi pasien yang menderita diduga didiagnosa autoimun,” kata Sambas Alamsyah.
“Sangat memprihatinkan keadaan penyakit yang diderita Umar Sentosa. Dari mulai wajah sampai ke bagian ujung kaki kulitnya terkelupas,” kata dia.
Dia menyatakan, kondisi tersebut sudah berlangsung dua bulan. Namun baru satu kali dilakukan pengobatan yang mana dirujuk ke RSUD Leuwiliang selama dua minggu, akan tetapi keadaan Umar tidak kunjung membaik.
“Informasi dari warga dan keluargannya hampir sudah dua bulan lebih menderita penyakit autoimun ini. Sempat juga dibawa berobat ke RSUD Leuwiliang selama dua minggu, namun tidak ada perubahan,” katanya.
Dia menjelaskan, bahwa dia adalah seorang ustadz di wilayah kampung tersebut dan saat ini Umar hanya tinggal sendirian di rumahnya. Sebab sejak menderita penyakit tersebut, Umar harus ditinggal oleh istri dan anaknya.
“Umar seorang ustadz di kampung ini, tapi saat ini hidupnya sebatang kara. Karena setelah menderita penyakit ini dia ditinggal oleh istri dan anaknya,”jelasnya.
Sementara Umar untuk makan kesehariannya hanya dapat bantuan dari tetangga sekitar. Dalam hal ini, Sambas juga menerangkan bahwa pemerintah desa setempat tidak gerak cepat terhadap warganya.
“Sebetulnya pemerintah desa sudah mengetahui terkait permasalahan ini. Hanya saja diduga tingkat kepedulian terhadap warganya, yang menderita seperti ini terlebih seorang guru dan ustaz, seharusnya menjadi salah satu prioritas,” katanya.
Sambas membeberkan, pihaknya setelah mendapatkan aduan dari warga dan langsung turun ke kediaman penderita penyakit tersebut, dan telah melakukan komunikasi dengan tim medis kesehatan.
“Saya sudah melakukan komunikasi dengan tim kesehatan. Saya berharap pemerintah juga perlu turun ke lapangan untuk membantu Umar,” pungkasnya.
(andres)