Cileungsi | Jurnal Bogor
Dua minggu pasca hari raya Idul Fitri, harga sejumlah kebutuhan pokok sudah mulai stabil. Namun berbeda dengan harga telor dan daging ayam yang masing tinggi dan cenderung mengalami kenaikan.
Hal ini disebabkan, pasokan telor dan daging mengalami kekurangan lantaran produsen ayam pedaging dan telor libur pada saat hari raya Idul Fitri.
“Untuk harga daging dan telor sekarang masih tinggi dan cenderung mengalami kenaikan, karena memang pasokan dari kendang yang sangat terbatas,” kata salah satu supplier ayam daging di Pasar Cileungsi, Andi kepada Jurnal Bogor, Selasa (9/5/23).
Andi mengatakan, minimnya pasokan daging dan telor lantaran produksi ayam pedaging dan telor sempat berhenti pada saat libur lebaran. Karena para produsen dan perusahaan banyak yang meliburkan karyawan dan produksi otomatis berhenti.
“Ya dampaknya sekarang, harga masih tinggi dimana permintaan banyak sementara pasokan terbatas,” ujarnya.
Dirinya memprediksi jika harga daging ayam baru akan normal dua pekan ke depan. Hal itu berdasarkan hitungan panen ayam pedaging dan telor dari para produsen.
“Minggu ini paling cepat atau minggu depan paling lambat harga mungkin sudah bisa normal lagi. Karena banyak kendang yang sudah bisa di panen. Kalau sekarang memang sangat terbatas kandang yang ayam nya bisa dipanen,” ungkapnya.
Menurutnya, harga daging ayam dan telor selama sepekan ini masih akan bertahan di sekitaran Rp 32.000,- per kilo. Hal itu akan dapat berubah sesuai dengan ketersediaan pasokan daging ayam dan telor dari produsen.
Masih tingginya harga telor dan daging ayam potong tersebut dikeluhkan oleh Yani (35) salah satu penjualan masakan siap saji. Menurutnya, dengan harga yang tinggi tersebut, ia terpaksa mengurangi pembelian lantaran dirinya mengaku tidak bisa menaikan harga jual makanan.
“Ya berharapnya sih bisa cepat turun lagi harganya seperti biasa,” pungkasnya.
** Taufik/Nay