Ciampea l Jurnal Bogor
Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrembang) di Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor mengungkap adanya tiga siswa sekolah dasar (SD) yang memilih ikut bekerja dengan orangtuanya menjadi pengamen ondel-ondel di jalanan dibandingkan masuk sekolah. Alasannya karena kesulitan ekonomi.
“Ada siswa saya yang tidak masuk sekolah dan malah memilih bekerja sama orangtuanya sebagai pengamen ondel-ondel, ” ujar salah satu guru yang tak mau disebut namanya kepada wartawan, kemarin.
Kasi Pemerintah Kecamatan Ciampea, Ivan Crisdiana membenarkan telah mendapatkan laporan dari pihak sekolah saat Musrembang Desa Cibanteng. Menurutnya, fenomena mengamen memang terjadi tahun lalu saat Covid 19. Saat itu, siswa libur sekolah dan memilih membantu orangtuanya bekerja sebagai pengamen ondel-ondel di jalan.
“Intinya, kita prihatin. Jika saat ini masih ada siswa yang putus sekolah dan memilih bekerja sebagai pengamen ondel-ondel itu mah dijadikan ladang usaha bukan faktor ekonomi, ” tegasnya.
Terpisah, Camat Ciampea, Yudi Santosa mengaku tanggung jawab siswa tetap harus bersekolah dan bukan hanya tanggung jawab guru saja, akan tetapi peran orang tua sangat penting dalam mendukung anak agar tetap bersekolah.
Untuk mengatasi persoalan siswa putus sekolah dan bekerja sebagai pengamen ondel-ondel, pihaknya sudah memberikan arahan kepada pihak desa termasuk, RT dan RW agar melakukan pendataan.
“Ketika ada, mereka perlu diberikan bantuan sosial. Orang tua siswa diedukasi agar anaknya tetap bersekolah jangan ikut bekerja sebagai pengamen ondel-ondel, ” ujarnya.
Menurut Yudi, ada alasan khusus ketika orang tua mengikut sertakan anaknya berkerja sebagai ondel-ondel. Ketika orang lain melihat ada anak kecil yang ikut bekerja sebagai ondel-ondel tentunya bakal iba atau kasian. Namun, hal tersebut bukan menjadi alasan orang tua. Anak harus tetap bersekolah, apalagi sekolah SD negeri itu gratis.
“Sampai saat ini, Kecamatan Ciampea angka anak SD putus sekolah rendah. Yang jelas, tidak ada alasan anak tidak bersekolah atau putus sekolah karena faktor ekonomi. Sebab, sekolah SD gratis. Saat Musrembang tingkat desa, saya juga menyarankan agar desa bisa menganggarkan bantuan beasiswa bagi siswa kurang mampu, ” tukasnya.
** Arip Ekon