Bogor | Jurnal Inspirasi
Kementerian Pertanian mendorong petani bijak menggunakan pupuk secara berimbang. Jika petani bijak menggunakan pupuk secara berimbang, produktivitas pertanian dipastikan tetap bisa dipertahankan.
Untuk mengimplementasikan teknologi pemupukan berimbang di level penyuluh dan petani Kementerian Pertanian menggelar Training of Facilitator (ToF) Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kostratani penerima program Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Program (IPDMIP). Kegiatan itu ditujukan bagi 66.776 penyuluh di seluruh Indonesia serentak di tiga UPT Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP).
Salah satunya dilaksanakan di Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Petanian (PPMKP) Ciawi Bogor, 28 April – 2 Mei 2021. Kegiatan itu untuk penyuluh yang di wilayah Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Sumatara Barat, Aceh dan Lampung.
“Selain bermanfaat untuk keberlanjutan pertanian, pemupukan berimbang juga akan mengefisienkan penggunaan pupuk bersubsidi,” kata Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo.
Lisda Purba, Penyuluh Pertanian Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara menyampaikan kegiatan TOF menjadi penting karena di wilayah binaannya penggunaan pupuk oleh petani masih belum terkendali.
Untuk mengimplementasikan hasil pelatihan ini di lapangan, Ia berharap penyuluh dibekali dengan fasilitas PUTK/S (Perangkat Uji Tanah Kering/Sawah) agar dapat menganalisis kadar hara tanah lahan kering dan sawah; alat itu menurutnya, dapat digunakan di lapangan dengan cepat, mudah, murah dan cukup akurat. “Dari pusat diharapkan selalu melakukan monitoring agar kegiatan kami dilapangan bisa terkontrol dan dievaluasi,” ucapnya.
Sementara M. Arsyal dari Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat menilai, TOF pupuk berimbang merupakan modal besar bagi penyuluh di lapangan. Karena Kostratani membutuhkan penyuluh – penyuluh yang handal di lapangan.
“Dengan pelatihan seperti ini, ke depan BPP Kostratani akan lebih baik. Dan hasil dari pelatihan sesuai dengan RTL yang dibuat akan langsung ditindaklanjuti di masing – masing BPP,” ungkapnya.
Peserta dari Kecamatan Simpang Raman Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh, Teguh Yurial juga menyatakan, di wilayah binaannya selama ini petani menggunakan pupuk dengan tidak terukur. Dengan latihan ini penyuluh merasa sangat termotivasi untuk segera menerapkannya dilapangan. “Saya yakin, materi yang disampaikan sangat bermanfaat bagi petani nantinya. Apalagi kedepannya sudah ada lab lapangan,” ujarnya.
Revi Anggraeni dari Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Selatan mengatakan, Distan Prov akan segera ke lapangan melaksanakan bimtek bagi penyuluh di kabupaten se provinsi Sumatera Selatan, agar hasil TOF dapat segera ditindaklanjuti.
“Karena dari Sumsel banyak Kabupaten yang tidak ikut, maka pihak Distanprov akan segera kelapangan mengadakan bimtek. Dalam waktu dekat akan dilakukan di Kabupaten Lahat,” katanya.
Bimtek untuk BPP
Sementara itu saat menutup pelatihan Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian Lely Nuryati menyatakan, TOF akan dilanjutkan dengan bimbingan teknis di BPP Kostratani. Hasil yang diharapkan adalah perubahan dan implementasi teknologi pemupukan secara berimbang harus semakin luas diterapkan petani.
Ia pun meminta penyuluh rutin mengunggah data petani ke Sistem Informasi Penyuluhan Pertanian (Simluhtan) yang kini dilengkapi Nomor Induk Kependudukan (NIK) sebagai acuan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (eRDKK). Data ini akan menjadi acuan Kementerian Pertanian RI dalam mengukur secara tepat jumlah petani dan alokasi pupuk bersubsidi pada tiap kelompok tani (Poktan)
Sebelumnya saat membuka kegiatan secara virtual Kepala (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi memaparkan, filosofi pemupukan berimbang, dapat diartikan sebagai penggunaan pupuk sesuai kebutuhan. dalam pemupukan berimbang ada tiga kata kunci yaitu kebutuhan tanaman, kesuburan tanah dan kondisi favorable.
Kebutuhan tanaman akan pupuk dan hara menurutnya, berbeda-beda. Demikian pula dengan kesuburan tanah. Jika tanahnya subur berarti kebutuhan pupuknya sedikit. Sebaliknya ditanah tandus kebutuhan banyak, kondisi favorable manakala keseimbangan hara didalam tanah berimbang.
**PPMKP