Bogor | Jurnal Inspirasi
Wacana Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor membangun Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) tipe A baru di kawasan Rancamaya, Kecamatan Bogor Selatan, mendapat respon berbeda dari legislator.
Anggota Komisi IV DPRD, Akhmad Saeful Bakhri (ASB) menilai sebelum wacana itu digelontorkan ke publik, seharusnya terlebih dulu ada kajian mengenai kebutuhan RS di ‘Kota Hujan’, tentunya mesti melalui konsultasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes).
“Yang jadi pertanyaan, kenapa harus di Rancamaya? Katanya pembangun RS untuk pemerataan pelayanan kesehatan warga. Justru bila di Rancamaya, malah semakin menjauhkan layanan dari masyarakat Kota Bogor. Mengapa tak manfaatkan lahan Kayumanis,” ujar ASB kepada wartawan, Minggu (28/3).
Politisi PPP ini menegaskan bahwa pembangunan RSUD baru di Rancamaya jangan sampai bertujuan untuk keuntungan semata. “Lagian di daerah sana kan dekat dengan RSUD Ciawi. Saya melihat di Kota Bogor RS cukup banyak, dan rasionya masih mencukupi. Saat ini pun ada beberapa RS yang tengah berproses sebagai rumah sakit baru” ungkapnya.
ASB menyarankan, apabila pemerintah ingin membuat RS, lebih baik membangun rumah sakit khusus, misalnya untuk kanker atau lainnya. “Lebih baik buat kajian. Jangan berwacana dulu. Sekarang ada nggak SDM-nya, anggarannya?,” katanya.
Sementara, sambung dia, apabila Komisi IV melaksanakan rapat dengar pendapat dengan RSUD, mereka selalu mengeluh kekurangan SDM dan kelimpungan dalam membayar gaji karyawan.
“Mesti diingat, kajian itu nantinya bukan dilakukan oleh RSUD tapi oleh Dinkes. Andaikan pemkot berencana membangun atau mendirikan RSUD lagi, itu bukan cabang RSUD yang ada, agar jelas dulu kerangka berpikirnya,” jelas ASB.
Lebih lanjut, ASB mengaku heran mengapa wacana pendirian RSUD baru justru dicuatkan direksi RSUD Kota Bogor, bukan oleh Dinkes. “Lebih baik fokus saja menambah fasilitas yang ada di RSUD,” ucapnya.
Kata ASB, bila ingin meningkatkan layanan kesehatan bagi masyarakat, justru pemerintah memperbaiki fasilitas di tiap puskesmas. “Saat ini yang dibutuhkan masyarakat adalah peningkatan taraf hidup melalui pemulihan ekonomi kreatif serta pembangunan mental spiritual,” katanya.
Sebelumnya, Direktur Utama RSUD Kota Bogor, dr. Ilham Chaidur mengatakan bahwa saat ini masyarakat harus didekatkan dengan pelayanan kesehatan. Sehingga diperlukan kehadiran rumah sakit baru, walaupun ini dalam sebatas wacana. Namun, mesti disikapi secara serius.
“Untuk membangun RSUD tipe A baru, ada beberapa syarat. Yakni, kapasitas tempat tidur harus diatas 250 unit tempat tidur. Hal itu diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomer 47 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan,” ujar Ilham.
Kata dia, RSUD Kota Bogor sudah bisa menjadi rumah sakit tipe A dengan total kapasitas tempat tidur sebanyak 395 tempat tidur. Namun, masih ada beberapa visi-visi RSUD yang belum terpenuhi, sebelum benar mendapat predikat tipe A.
“Jadi rumah sakit tipe A itu ada rumah sakit tipe A untuk umum, ada rumah sakit tipe A pendidikan. Nah, kayaknya kita ini masuk ke rumah sakit tipe A umum,” jelas Ilham.
Ilham menuturkan bahwa dipilihnya Rancamaya lantaran di kawasan itu, pemkot memiliki 9 hektar lahan kosong. Sedangkan RSUD saat ini hanya berdiri di atas lahan seluas 3 hektar. “Ada lahan kosong 9 hektar, jadi bisa dibangun lebih bagus lagi,” katanya.
Kata Ilham, saat ini sedang mematangkan perencanaan dan kebijakan. Setelah rampung akan masuk ke dalam proses Feasibility Study (FS), Detail Engineering Design (DED) hingga Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
“Kami tinggal masukkan dalam sisi kebijakan. Masuk dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, red) dan rencana berikutnya. Nanti kan ada Dinas Kesehatan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah itu untuk kebijakan. Kalau kita hanya operasional dan mengelola,” jelasnya.
** Fredy Kristianto