Jurnal Inspirasi – Oh kata “pelangi” itu, maksudnya bu Dr.Sri, LGBT singkatan Lesbyan, Gay, Bisex and Transgender. Ya sekarang aku ngerti!. Perbuatan LGBT itu jelas dan tegas haram hukumnya secara syar’i DinnuiIslam, dan perbuatan sodomi itu berbahaya bagi kesehatan, kata dr Inong melahirkan predator akibat sangat “nikmat” dan ketagihan akhirnya cari mangsa kemana-mana, termasuk anak-anak juga “disantap”, maksudnya dicabuli dari duburnya.
Penyakit LGBT meruntuhkan institusi keluarga samarah yang menjadikan dambaan dan idaman kita semua, dan dampak daksyat penyakit LGBT memiliki daya rusak bagi kelangsungan dan eksistensi masyarakat dan peradaban umat manusia.
Bagaimana sikap kita ICMI, Ya harus kita lawan penyakit sosial LGBT terutama perbuatan amoral “Sodomi” yang asal muasalnya dari umat nabi Luth zaman bahela tsb. Allah SWT memberikan azab kepada kaum Sodom dengan bencana alam, berupa hujan batu dan angin topan, yang akhir episode masyarakat Sodom sehingga mereka bergelimpangan menjadi mayat-mayat, begitulah teguran keras dan azab Allah.
Jadi, perbuatan amoral LGBT itu, dikutuk Allah SWT dan itu merusak dan memporak porandakan peradaban madani, dimana manusia-manusianya berakhlaq mulia (akhlaqul karimah).
Saya masih ingat sepak terjang ibuku Dr.Sri Astuti Buchori di ICMI, selaku waketum MPP ICMI di era ketumnya abang Prof.Jimly Assiddiqie tentang giatnya ibu Sri menolak LGBT di tanah air.
Saya juga bergerak di Kota Bogor, melawan wabah LGBT, terinspirasi dan tergerak dari Semnas MPP ICMI di hotel Sahid Jaya Jakpus ketika itu. Saya pun tahu bahwa inisiator atau pelopornya ibuku Dr.Sri, alhamdulillah aktivis ICMI yg saya kenal sosok pemikir, idealis dan penuh semangat kepedulian terhadap nasib keluarga, masyarakat, umat dan bangsa.
Sepulang dari Semnas ttg Dampak Buruk LGBT tsb, saya sebagai Ketua Wandik Kota Bogor (2013-2019), lk sebulan kemudian Wandik menyelenggarakan seminar dengan tema “Anti dan Tolak LGBT” di Kota Bogor.
Forum Seminar mendapat sambutan positif, seminar dihadiri para Kepsek, para Ketua Komsek, ibu-ibu aktivis penggerak PKK dari 7 kec se Kota Bogor, pimpinan Ormas dan tokoh pendidik etc. Seminar mengambil tempat di ruang sidang Balaikota Bogor. Kami mendapat dukungan/ sponsor dari bpk Sekdakot Bogor bpk Drs.H Ade Syarif,M.Pd dan Pimpinan Baznas Kota Bogor.
Narasumber seminar anti dan tolak LGBT thn 2015 tsb, antara lain speakernya bu Prof.Euis Sunarti, dosen IPB University pegiat keluarga bahagia, seorang narsum lagi dari ICMI Pusat (lupa namanya “ibu dr.Inong” barangkali ya) dan saya AA sbg Ketua Wandik Kota Bgr, serta bpk Drs Fahmi selaku Kadisdik Bogor.
Seminar anti dan tolak LGBT bertempat di Balai Kota Bogor terekspose dgn baik di berbagai media massa dan medsos, diantaranya HU Radar Bogor, HU Pakuan Raya dll. Saya pun menulis di mass media dan wawancara dengan wartawan tentang bahaya LGBT bagi generasi muda penerus bangsa dan sikap kita wajib menolaknya, jangan sampai mewabah. Saya mendesak Pemkot Bogor agar tidak permisif, acuh tak acuh terhadap penyakit sosial tersebut.
Sikap tegas kita terhadap LGBT harus anti dan menolak LGBT jangan sampai berkembang biak di masyarakat.
Jujur saya berkata bahwa munculnya sikan tegas saya untuk anti dan tolak LGBT, ilmu pengetahuannya saya peroleh dari semnas MPP ICMI thn 2015 di hotel Sahid Jaya tsb.
Beberapa narsum dari berbagai latar belakang profesi spt ahli fiqih Islam dari MUI Pusat bpk Dr.Niam, dokter kesehatan kelamin ibu dr.Inong, psikolog dr siapa itu? maaf lupa, dan ahli komunikasi keluarga dari IPB alm Prof Aida Vitayala Sjafri, serta ibuku Dr.Sri Astuti sendiri. Sajian materi semnas anti dan tolak LGBT sangat bagus, membuka mindset dan alam sadar saya AA untuk bergerak mensosialisasikannya di kota Bogor.
Produk seminar tolak dan anti LGBT, kami semua peserta membuat pernyataan kesepakatan, dan deklatasikan di akhir seminar. Isi lengkapnya ada 5 butir, seperti apa bunyinya agar dibaca buku karangan saya berjudul “Kritik dan Saran Peningkatan Kualitas Pelayanan Kota Bogor”, IPB Press lk 560 hal, dipajang dan dijual di Serambi Mal Botani Square Baranangsiang Kota Bogor.
Sedang dampaknya dari seminar Dewan Pendidikan (Wandik) Kota Bogor thn 2015 tsb, menyadarkan publik Bogor, dengan indikasi adanya demontrasi besar-besaran (rubuan massa) unjuk rasa ke Balai Kota Bogor, yang digerakan sejumlah pimpinan Ormas Islam dan LSM spt Forum Sinergi Muslim dll.
Para habib, ustads dan pimpinan Ormas/LSM berorasi dari halaman Masjid Raya Bogor di Jalan Pajajaran, Otista, dan Jalan Ir.Djuanda, hingga sampai ke halaman Balai Kota Bogor. Waktu itu Walkot bpk Dr.Bima Arya dan Forkompinda Kota Bogor menerima kami para utusan demontran berasal beberapa elemen. Kami berdialog dgn unsur Forkompinda dengan sikap kami anti dan menolak wabah LGBT yang mulai marak di Kota Bogor, kami sampaikan data dan informasinya.
Setelah dialog Forkompinda dengan kami utusan demontran, bpk Walkot beserta sejumlah unsur Forkompinda termasuk Kasospp, kadisdik dll menemui massa demontran di depan Balai Kota Bogor. Tapi sayang, apa yang dijanjikan oleh Walkot Bogor, yang diketahui dan dirasakan “belum atau tidak ada” realisasinya.
Misalnya sebagai contoh kami bersama tokoh masyarakat, lsm FSM bersama 3-4 org anggota DPRD Kota Bogor (terutama fraksi PKS dll) yang peduli akan bahaya LGBT di masyarakat Kota Bogor beberapa kali kami melakukan diskusi focus group (Fgd) di Wandik Kota Bogor guna merumuskan konsep (naskah akademik) untuk rancangan Perda yang akan disampaikan ke Pimpinan DPRD Kota Bogor. Kami pun bersama pimpinan ormas Islam dan LSM mendatangi gedung DPRD Kota Bogor untuk berdialog dan menyampaikan aspirasi warga Bogor.
Alhamdulillah dalam perjalanannya, setahun kemudian, sekitar pertengahan thn 2016, DPRD Kota Bogor telah berhasilkan membuat, menyetujui dan memutuskan/menetapkan Perda tentang “Penanggulangan bahaya LGBT”. Akan tetapi proses implementasi Perda tersebut, tersendat, macet, akibat Perwalkot Bogor tidak kunjung dikeluarkan SKnya, konon draf Perwalkot Bogor sudah disiapkan oleh dinas terkait, tetapi tidak ditandatangi hingga Dr Bima Arya berakhir masa jabatan Wali kotanya.
Saya pun tidak tahu mengapa ? Jika mendengar suara-suara “sumbang” diluar sana, bahwa birokrat Pemkot Bogor muncul sikap keengganan keluarnya SK Perwalkot Bgr tsb, ada tekanan politik dari pihak-pihak tertentu dari luar dengan beberapa issu kebebasan dan pelanggaran HAM yang dihembuskan, sehingga Forkopimda ciut. Ya hingga kini gerakan anti dan tolak juga ikut melemah (ciut). Apakah masyarakat “egp” terutama pimpinan Ormas Islam permisif, pasif, emangnya gue pikirin/egp dan ciut nyalinya?. Wallahu aklam.
Harapan saya dan kita barangtentu, karena LGBT ini diharamkan DinnulIslam, perbuatan dikutuk Allah SWT, juga dari berbagai perspektif atau analisis saintek sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat dan merusak peradaban masyarakat madani yang dirahmati Allah SWT, makanya MPP ICMI harus peduli terhadap gerakan anti dan tolak LGBT seperti yang pernah dipraktekan ibuku Dr.Sri Astuti dkk, mendatangi beberapa Komisi DPR RI sekaligus menyampaikan konsep hasil rumusan Semnas MPP ICMI tentang bahaya LGBT bagi masyarakat Indonesia, dan mereka menjambangi beberapa PTN dan PTS di seluruh Indonesia untuk mensosialisasikan bahaya penyakit LGBT di kampus-kampus, yang mulai masuk aecara pelan.
Upaya keras dengan komitmen tinggi untuk membasmi wabah LGBT MPP periode lalu tersebut, sepatutnya kita apresiasi, mencontoh dan dilanjutkan oleh generasi MPP, MPW, MPD dan MPS ICMI se Indonesia, serta Batom ICMI zaman Now. Terutama kewaspadaan yang harus ditingkatkan kontrol terhadap produk legislasi tentang LGBT berupa UU yang diputuskan DPR RI, kita para cendekiawan muslim wajib mengawalnya, agar produk perundang-undangan tersebut jangan sampai isi pasal demi pasalnya sesat dan menyesatkan karena bertentangan dengan Al Quran dan Assunah Rasulullah Muhammad SAW.
Kita berharap agar MPP ICMI agar lebih proaktif mengkounter bahaya manipest dan latent LGBT di tanah air, yang telah mulai mewabah di lingkungan sosial di berbagai strata sosial atas (kls menengah atas, para elite dan the ruling party), Wallahusmaklam.
Kita paham bahwa masuknya wabah LGBT itu, karena adanya dukungan NGO internasional dan bahkan pimpinan tertinggi “imam” agama tertentu yang mendukung LGBT. Agenda dan target mereka setiap negara melagalkan LGBT, dan negara harus menerima dan mengakui keluarga yg dibangun melalui perkawinan sesama jenis (gay/sodom dan lesby).
Di dunia sudah lk 28 negara melegalkan LGBT, termasuk negara muslim Indonesia menjadi targetnya, dan beberapa NGO mensponsori dengan pendanaan yang cukup besar, miliaran rupiah (ingat statemen Menkopolkamhumham RI, bpk.Prof.Mahfudz MD di media massa), dan mereka aktif pula melakukan loby-loby politik bersama tokoh politik (the ruling party). Kita wajib mewaspadainya, jangan sampai mereka masuk.
Munculnya gejala sosial berkembangnya internasionalisasi gerakan wabah penyakit sosial LGBT di beberapa negara di dunia, mulai tampak eksis, dimana mereka menunjukan simbol-simbol di medsos dan mereka giat membangun opini publik bahwa menolak LGBT diartikan mereka pro LGBT berkedok dan melanggar HAM etc.
Demikian narasi singkat ini dibuat guna mengingatkan kembali perjuangan kita anti dan tolak LGBT di tanah air tercinta Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, warga negaranya beragama Ketuhanan Yang Maha Esa/bertauhid. Oleh karena itu sangat pantas dan wajib kita bersikap tegas menolak segala perbuatan maksiat, terutama LGBT yang dimurkai dan dikutuk Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT.
Saveg Keluarga Indonesia dari penyakit sosial LGBT, Save NKRI. :##
Gallery and Ecofumworkshop,Kp.Wangun Atas RT 06 Rw 01 Kel.Sindangsari Botim City, 4 November 2024
Wassalam
=====✅✅✅
Dr.Ir.H.Apendi Arsyad,M.Si (Pendiri dan Ketua Wanhat MPW ICMI Orwilsus Bogor merangkat Wasek Wankar MPP ICMI, Pendiri dan Dosen Universitas Djuanda Bogor thn 1986 sd 2024, Konsultan, Pegiat dan Pengamat serta Kritikus sosial melalui tulisan di media sosial, Ketua Wandik Kota Bogor tahun 2013-2019)