24 C
Bogor
Tuesday, December 10, 2024

Buy now

spot_img

Ingin Meregenerasi Petani, Alta Yani Fokus di Dunia Pertanian

Tamansari | Jurnal Bogor – Pertanian bukan sesuatu hal baru bagi Alta Yani (46) warga Desa Sukajadi Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, sejak dari kecil sudah terjun sektor pertanian.

Saat ini sehari-hari sebagai penyuluh petani swadaya. Bagaimana caranya petani punya nilai tambah salah satunya di combain dengan pariwisata dan edukasi wisata buat pertanian apa saja.

Sebelumnya Alta sempat membuka konveksi, tapi kesini nya, saya berfikir dengan melihat regenerasi pertanian itu sudah tidak ada, akhirnya balik lagi dan terjun kedunia pertanian.

Dulu itu ketika disni susah cari kerjaan dan konveksi belum banyak, cenderung anak muda pengen beli kendaraan dengan menjual sawah.

“Nah, kesininya konveksi sudah mulai banyak dan anak muda bisa kredit sendiri, tapi ada permalasahan lain, yaitu regenerasi pertanian tidak ada,” kata Alta, Kamis (31/7/24).

Ia menjelaskan, pada tahun 2010 mulai fokus dengan menghidupkan kelompok tani. Dulu disini pertanian padi masih merata, cuma karena sudah banyak bos-bos sayuran dan di fasilitasi akhirnya pada kesana.

“Kalau kita lihat dari sisi ketersediaan air cukup juga kalau disini, cuman perawatan irigasi tidak ada, jadi kaya P3A tidak aktif, itu yang harus di regenerasi lagi dan di remajakan lagi kepengurusannya,” terangnya.

Masih kata dia, pertanian kalau kita kelapangan tidak bisa menguasai satu bidang pertanian saja, tapi kalau dikalangan semua di tanyain misalkan peternakan, perikanan permasalahannya seperti ini itu harus menguasai.

Menjadi kendala di pertanian, yaitu pemasaran dalam artian petani itu belum bisa menentukan harga pasar, jadi petani ngikutin harga pasar. Yang jelas yang banyak di untungkan tengkulak, karena mereka ketika murah mereka dapat untung walaupun tidak seberapa dan tidak rugi, tapi ketika naik mereka ngambil untung banyak, berarti permasalahan petani ketika murah ketika mahal tidak semahal harga pasar.

“Solusinya adalah perbaiki mutu produk untuk bisa masuk ke pasar modern. Bukan memutus mata rantai pemasaran ke tengkulak kata Alta, tapi tengkulak juga tetap, karena daya tampung pasar modern terbatas juga. Ada juga pasar lain langsung ke konsumen seperti halnya melalui pariwisata, jadi konsumen beli barang tidak terlalu mahal dan petani tidak menjual tidak murah,” jelasnya.

Satu hal lagi, yakni harga pupuk tinggi dan susah nyari nya, apalagi yang bersubsidi banyak syarat-syarat yang harus di tempuh. Terus yang di subsidi juga gak semua komoditi, cuma beberapa komoditi yang di subsidi. Kaya pupuk jagung manis tidak bersubsidi, yang di subsidi jagung hibrida, padi cabe kopi, kalau yang banyak di budidayakan kaya timun sayur bahkan tidak di subsidi.

“Berharap keberpihakan pemerintah melalui kebijakan lebih memudahkan bagi para petani dari hal pupuk, pasar kemudahan-kemudahan ditingkatkan lagi,” ungkapnya.

Yudi

Related Articles

- Advertisement -
- Advertisement -

Latest Articles