30.9 C
Bogor
Thursday, November 21, 2024

Buy now

spot_img

WHO: Lebih Dari Satu Miliar Orang di Dunia Alami Obesitas

jurnalinspirasi.co.id – Menurut perkiraan terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan sekelompok peneliti internasional, lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia saat ini diketahui mengalami obesitas, sebuah kondisi yang dikaitkan dengan meningkatnya risiko berbagai masalah kesehatan serius.

“Dulu, kita berpikir obesitas sebagai masalah orang kaya. Obesitas adalah masalah dunia,” ucap Francesco Branca kepala nutrisi di WHO dalam konferensi pers dilansir dari Reuters, Sabtu (2/3/2024).

Obesitas begitu merajalela sehingga sekarang lebih umum terjadi daripada kekurangan berat badan di sebagian besar negara, termasuk banyak negara berpendapatan rendah dan menengah yang sebelumnya berjuang dengan masalah kekurangan gizi.

“Tingkat obesitas telah meningkat. Di seluruh dunia atau di sebagian besar negara. Hanya sedikit negara yang mampu mempertahankan tingkat tersebut, pada tingkat sepuluh tahun yang lalu. Tetapi secara umum, terjadi peningkatan besar, baik di negara-negara berpendapatan tinggi maupun di negara-negara berpendapatan rendah,” jelas Francesco.

Selain itu, salah satu peneliti internasional sekaligus penulis senior artikel, Prof. Majid Ezzati, menyatakan dalam artikelnya bahwa obesitas sudah masuk dalam ranah sejumlah besar hidup seseorang.

“Sejumlah besar orang hidup dengan obesitas,” pernyataan tulis Prof. Majid Ezzati, penulis senior artikel yang diterbitkan di The Lancet pada Kamis (29/02/2024) dan seorang profesor di Imperial College London.

Temuan tersebut, dianggap sebagai salah satu perkiraan independen paling otoritatif, berdasarkan pada data dari lebih dari 220 juta orang di lebih dari 190 negara.

“Meskipun tingkat obesitas stabil di banyak negara kaya, namun angkat tersebut meningkat pesat di negara lain,” tambah Ezzati.

Dan sementara itu kekurangan berat badan semakin jarang terjadi secara global, di banyak negara, masalah ini tetap menjadi isu yang signifikan, meninggalkan semakin banyak negara menghadapi apa yang dikenal sebagai ‘beban ganda’ dari masalah gizi buruk.

Tingkat obesitas pada orang dewasa lebih dari dua kali lipat antara tahun 1990 dan 2022, dan lebih dari empat kali lipat di antara anak-anak dan remaja berusia 5-19 tahun, demikian dikatakan oleh artikel tersebut.

Dalam periode yang sama, proporsi anak perempuan, anak laki-laki, dan orang dewasa yang dianggap kurang berat badan turun sebesar satu perlima, sepertiga, dan setengahnya, demikian temuan analisis tersebut menunjukkan.

Ezzati menyebutkan bahwa peningkatan tingkat obesitas pada anak-anak ‘sangat mengkhawatirkan’, mencerminkan suatu tren yang terlihat pada orang dewasa bahkan sebelum tahun 1990. Pada saat yang sama, katanya, ratusan juta orang masih tidak memiliki cukup makanan.

Sebagai catatan, kekurangan berat badan yang parah dapat sangat merugikan perkembangan anak-anak dan, pada tingkat yang paling ekstrem, dapat menyebabkan orang mati kelaparan. Orang obesitas juga berisiko mengalami kematian dan cacat dini karena kaitannya dengan awal munculnya diabetes, penyakit jantung dan ginjal, serta sejumlah masalah kesehatan serius lainnya.

Peningkatan beban ganda ini terbesar terjadi di beberapa negara berpendapatan rendah dan menengah, artikel tersebut menyatakan, termasuk di beberapa bagian Karibia dan Timur Tengah. Di negara-negara ini, tingkat obesitas sekarang lebih tinggi daripada di banyak negara berpendapatan tinggi, terutama di Eropa. Di beberapa negara Eropa seperti Spanyol, ada indikasi bahwa tingkat obesitas mungkin mulai menurun atau setidaknya stagnan, lanjut Ezzati dalam artikelnya.

Pembaruan ini adalah yang pertama kali dari tim tersebut sejak tahun 2017, dan dikompilasi oleh lebih dari 1.500 ilmuwan dalam Kolaborasi Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular. Pada saat itu, sekitar 774 juta orang di atas usia 5 tahun diperkirakan hidup dengan obesitas, proporsi yang sama – sekitar 1 dari 8 orang – seperti angka baru ini.

Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan langkah-langkah seperti pajak untuk produk gula tinggi dan mempromosikan makanan sehat di sekolah diperlukan untuk membantu mengatasi tingkat obesitas.

“Penting, ini membutuhkan kerja sama dari sektor swasta, yang harus bertanggung jawab atas dampak kesehatan produk mereka,” lanjutnya.

Branca dan Ezzati mengatakan obat-obatan obesitas baru yang efektif seperti Wegovy dari Novo Nordisk (NOVOb.CO) dan Mounjaro dan Zepbound dari Eli Lilly (LLY.N) merupakan alat yang mungkin membantu, tetapi biaya dan ketersediaan yang rendah berisiko meningkatkan ketidaksetaraan lebih lanjut.

Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, termasuk kurangnya data setelah pandemi COVID-19, dan penggunaan indeks massa tubuh (BMI) untuk menentukan obesitas, yang digambarkan sebagai ukuran yang ‘tidak sempurna’ oleh para peneliti.

(lia puspitasari/mg-uik)

Related Articles

- Advertisement -
- Advertisement -

Latest Articles