jurnalinspirasi.co.id – Harga bahan sembako di Pasar Tradisional Leuwiliang, Kabupaten Bogor mengalami lonjakan kenaikan. Seperti kenaikan beras yang mencapai 30 persen. Dengan terus meroketnya harga beras membuat menurunnya daya beli masyarakat.
“Kenaikan harga beras terjadi pada sebelum Pilpres lebih tepatnya beberapa minggu lalu juga sudah naik,” kata Kepala UPT Pasar Tohaga Leuwiliang, Mulyadi, Kamis (22/02/2024).
Ia mengatakan, untuk persentase kenaikanya sekitar 30 persen, saat ini untuk beras premium kisaran 16.000 per kilogram dan untuk medium sekitar Rp14.000 .
“Secara daya beli ada penurunan karena dari harga ada kenaikan sehingga berdampak terhadap daya beli terhadap masyarakat makin menurun,” paparnya.
Selain dampak dari Pilpres, menurutnya, kenaikan harga beras juga akibat akan berlangsung bulan Ramadhan
“Kurang lebih, tapi kita belum bisa memastikan ini dampak dari akan menginjak bulan Suci Ramadhan atau tidak,” jelasnya.
Sementara itu, pedagang beras Didin Yaman mengatakan, akibat kenaikan harga beras tentunya berdampak terhadap daya beli masyarakat.
“Kenaikan sekitar 30 persen kalau dirupiahkan ya sekitar 2000 per kilo, kenaikan tersebut terjadi sejak dua bulan lalu,” ujarnya.
Penurunan daya beli terhadap masyarakat dirasakan, bahkan secara persentase sekitar 30 persen penurunannya.
“Pasti ya, pasti terdampak biasanya beli 50 liter sekarang belinya cuma 20 liter, jadi dampaknya sangat dirasakan oleh kita selaku pedagang,” jelasnya.
Ia juga berharap, pemerintah segara melakukan langkah-langkah yang cepat terhadap lonjakan harga beras, mengingat beras salah satu kebutuhan pokok.
“Saya berharap pemerintah bisa melakukan langkah-langkah yang cepat dan tanggap terkait dengan lonjakan harga beras,” pungkasnya.
(andres)