jurnalinspirasi.co.id – Keblinger, edan, kampus Perguruan Tinggi (PT) dituduh partisan politik, memihak kepada paslon Pilpres 2024 tertentu. Ketika sejumlah kampus PT baik negeri (PTN) seperti UGM dan swasta (PTS) seperti UII Yogyakarta dan banyak lagi yang lain, para Dewan Guru Besar (Profesornya) mengeluarkan pernyataan Sikap baik lisan dan tertulis di media massa, yang kontennya menolak perbuatan para Penyelenggara Negara, terutama Presiden RI, Jokowi memihak dan ikut berkampanye Pemilu Pilpres 2024.
Para Guru Besar sangat prihatin akan praktik penyelenggaraan negara yang amoral, nonetik, dan penyalahgunaan kekuasaan dan kewenangan (abuse of power and authority) serta melemahnya penegakan hukum (lowest law enforcement) serta berkembangnya politik dinasti yang menghambat dan merusak sistem demokrasi Pancasila, dan melabrak konsep bentuk negara Republik Indonesia (pasal 1 UUD 1945), bukan negara kerajaan (monarki) berbasis dinasti-nepotistik.
Komunitas Profesor partisan dan ditunggangi..? Begitu bunyi statement beberapa orang penjabat negara, yg masuk Timnas Paslon tertentu. Hal ini muncul.sebagai bukti ada perlawanan, kontra isu-isu terhadap bunyi sikap para begawan ilmuwan dan pakar sains-mumpuni, yang ada di kampus PT. Artinya para penguasa (the ruling party) saat ini, sudah menutup diri, “close mind” terhadap munculnya berbagai pendapat-pemikiran cerdas berupa saran-saran, nasehat dan kritik yang membangun dari komunitas Guru Besar PT yang sedang resah-gelisah, ikut bertanggungjawab akan nasib dan perjalanan negara-bangsa (nation state) dan menunjukan kepeduliannya dengan memberi peringatam dan solusi kepada para pemimpin negeri ini yang tengah berkuasa saat ini.
Sayang mereka berpikir seperti itu, menuduh para Guru Besar telah “ditunggani dan berbuat partisan.”.
Hal demikian itu, merupakan refleksi dari dampak negatif pola budaya politik dengan mindset yang dicekoki politik transaksional dan money politik (wabil fulus) dan akal busuk (wabil bulus). Mindsetnya “ngaco”, itu sudah kerasukan syaitan, keblinger.
Semoga mereka para penjabat negara yang beropini, mengeluarkan statement di media massa bahwa “Profesor ditunggangi” dan partisan”, harap segeralah bertaubat kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Pengampun, Allah SWT. Mohonlah dingat semua makhluk ciptaan-Nya yang bernyawa pasti mati tanpa kecuali termasuk yang menuding Guru Besar (Profesor) ditunggangi, kampus PT sudah berbuat partisan untuk menjatuhkan dan atau mengangkat paslon Capres-Cawapres 2024 tertentu.
Oleh karena itu, makanya jika berkeinginan atau berambisi menjadi seorang pemimpin nasional (a national leader), makanya bersekolahlah yang benar, jangan berijazah yang tak jelas alias diduga “palsu”yang kini diperkarakan di pengadilan negeri.
Mohon juga disimak itu opini Menko PMK RI bpk Prof.Muhajir Efendi, yang telah viral di medsos, ..”kampus itu menurut UU No. 20 thn 2003, ada namanya Mimbar Kebebasan Akademik, dan Otonomi Kampus. Beliau paham betul apa dan mengapa itu budaya ilmiah dalam kehidupan Universitas, selain bpk Muhajir seorang akademisi bergelar Profesor, kader Muhammadyah, beliau pernah belasan tahun menjadi Rektor Universitas Muhammadiyah Malang yang dikenal sukses dan populer itu.
Makanya sekali lagi nasihat saya, yakni bagi warga negara Indonesia yang ingin menjadi penjabat atau penyelenggarabnegara (jabatan publik) atau untuk menjadi tokoh politik nasional yang cerdas dan bijaksana, negarawan sejati, maka bersekolahlah yang benar dan di PT yang benar-benar terakreditasi rssmi.!
Sehingga kebodohan tidak dipertontonkan ke khalayak (publik), rakyat yang anda pimpin mereka sudah cerdas. Sebab mereka telah menamatkan pendidikan pada sekolah-sekolah dan PT yang benaran, sungguhan dan disiplin belajar menuntut ilmu.
Jika sekolah tidak benaran, maka tidak akan keluar dalam visi-misi Capres dengan program makan siang Rakyat gratis. Dengan program “makan siang gratis untuk mengatasi stunting’. Rasanya ini salah satu ungkapan yg kurang tepat, keblinger, karena sulit dipahami apa hubungan makan siang dengan gizi buruk”, secara nalar keilmuwan. Berikutnya ada pula pernyataan Paslon tertentu bahwa..”Asam Sultat bisa untuk perbaikan kesehatan ibu-ibu hamil, sebenarnya Asam Polat yang dimaksud, tetapi dia sebut Asam Sulfat”, ala mak, malu kita rakyat mendengarnya. “Asam Sulfat bisa mematikan ibu-ibu hamil. Akhirmya beredar viral di medsos banyolan dagelan, memei “Si Samsul”. Ada lagi yang lucu dari paslon Cawapres RI 2024 tertentu, ada muncul istilah “hilirisasi digital”. Ha ha ha statemen apa itu diluar nalar ilmiah (unlogical scientific), dengan kata lain pola pikir yang sesat dan menyesatkan (“mindset keblinger”).
Makanya sekali lagi, agar tidak keblinger mindsetnya seorang calon pemimpin, bersekolahlah yang benar untuk menjadi pemimpin nasional yang terdidik dan terpelajar, sehingga paham berbagai konsep visi-misi, tujuan, sasaran, pendekatan, jenis program/proyek, renstra, roadmap, master plan, dan tantangan pembangunan nasional yang sedang dan akan dihadapi bangsa dan negara NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, terutama di era millenial berbasis digital.
Demikian narasi ringkas ini dibuat agar kita paham dan mengerti akan sistem nilai, norma, moralitas, dan kaidah-kaidah ilmiah dan agama, yang harus dikuasai oleh seorang pemimpin yg berwatak siddiq, amanah, fathonah dan tabliq. Maaf jika ada yang tersinggung dengan narasi. Save rakyat Indonesia dan save NKRI yang sama-sama kita cintai ini dari sikap dan perbuatan orang-orang zholim.
Syukron barakallah
Wassalam
====✅✅✅
Penulis: Dr.Ir H.Apendi Arsyad, M.Si
(Dosen, Konsultan, Pegiat dan Pengamat serta Kritikus Sosial)