Jurnalinspirasi.co.id – Menarik saya baca salah satu postingan yang viral di medsos WAG, yang antara lain kontennya dengan pesan moral yang sungguh baik dan terpuji…”Orang yang meyakini dan punya agenda memperjuangkan kejujuran dan kebenaran akan siap hidup sederhana demi memelihara hidup yang halal” (Prof.Komaruddin Hidayat dikutif sahabat saya Dr.Syafriman Abas, pensiunan ASN Kemensos RI yang bermukim di Kota Bandung).
Saya terkesan dengan tulisan singkat itu, karena pesan moral demikian itulah sikap hidupku, yang saya pertahankan hingga kini, insya Allah tetap teguh pendirian (istiqomah) sampai di akhir hayat. Oleh karena itu, izinkan saya bernarasi singkat mengenai watak kesederhanaan, kejujuran dalam memperjuangkan kebenaran itu, kaitannya dengan suksesi dan seleksi kepemimpinan nasional dalam Pemilu, Pilpres dan Pileg RI tahun 2024.
Ajaran agama Islam (DinnulIslam), yang saya pahami, khayati dan insya Allah diamalkan, memang mengajarkan kepada kita umat manusia, terutama bagi mereka yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, bahwa hidup itu dijalani saja dengan cukup, alias hidup sederhana (qonaah), hal itu merupakan bagian terpenting dari berperilalu mulia (akhlaqul karimah).
Lebih jauh, gaya hidup bermegah-megahan (hedonist) sebagaimana firman Allah dalam Al Quran, itu perbuatan syeitan..alias sesat dan menyesatkan, cenderung berbuat jahat (munkar), dan menjauh dari perbuatan baik (ma’ruf). Watak buruk seperti keserakahan, gemar korupsi, haus kekuasaan, rakus dan tamak terhadap harta, angkuh dan sombong, berkata kasar, senang berselingkuh bahkan berzina, menipu, berbohong dan menzholimi orang lain, etc etc, demikian itu adalah sederet perbuatan buruk dan jahat bagi mereka yang gemar harta haram dan berbuat dosa besar seperti berzina, itu lengkap sudah.
Apalagi bagi mereka yang mendewa-dewakan atau diperbudak hidupnya oleh harta, tahta dan wanita (3 Ta) itu lebih sesat dan menyesatkan lagi. Bagi mereka hidup itu hanya untuk kesenangan dunia semata (ubud duniya), lupa kehidupan akhirat. Hidup orang-orang seperti ini, tidak akan memperoleh kebahagiaan yang hakiki, sebab tanpa ada keberkahan (not ridho ilahi) mereka hanya mendapat kesenangan semu (fatamorgana) dalam hidup dan kehidupan kesehari-hari, percayalah !.
Dalam kitab suci dikiaskan Allah bahwa “barang-barang haram sebagai sumber kemewahan itu, ibarat debu berada diatas batu yang licin, jika ada hembusan angin tiba atau air hujan mengguyurnya, maka dengan begitu mudahnya terbang, hilang (sirna)”
Gejala sosial 3 Ta komunitas elite politik inilah, sesungguhnya merupakan penyakit sosial, yang sangat merusak sendi-sendi atau tatanan sosial, terutama institusi keluarga dan negara, yang kini marak dan banyak terjadi dalam kehidupan masyarakat kita dewasa ini, di akhir zaman. Kita amati, dimana kaum munafikun hidup berkelindan dan berkeliaran di lingkaran elite kekuasaan sebagai oknum penyelenggara negara/pemangku kebijakan/pejabat publik (the ruling party) yang gemar hidup hedonist, yang sumber pendapatan (income) dari hasil merampok, mencuri aset publik dan korupsi (sogok menyogok, suap menyuap dan grafitasi jabatan publik lainnya) yaitu perbuatan haram dan amat tercela.
Kata Imam besar Al Ghazali, apabila seseorang gemar hidup menggunakan uang dan harta yang haram-haram, maka akibatnya pola berperilaku seseorang atau sekelompok orang (kroni) itu akan sesat dan menyesatkan, tega menzholimi rakyat yang dipimpinnya, sebagaimana tabiat syeitan karena darah yang mengalir dalam jejaringan syaraf dan urat nanti tubuhnya adalah darah syeitan.
Salah satu gerak gerik dan gaya hidupnya (gesture and life style) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, doyan, gemar dan pemuja 3 Ta (harta, tahta dan wanita/free sex) tersebut.
Para pemuja 3 Ta inilah merupakan penyebab utama (mainfactors) perusakan kehidupan bermasyarakat, perbuatan zholim, dan sangat menghambat kemajuan hidup berbangsa dan bernegara dalam wadah NKRI yang bersatu, berdaulat, rukun, damai berkeadilan dan makmur, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Dengan kata lain, pola dan gaya berperilaku para elite politik yang gemar (doyan) dan mendewakan 3 Ta untuk hidup mewah dalam masyarakat, NKRI sulit mendapatkan pemimpin yang kita idamkan, yang berwatak Siddiq, Amanah, Fathonah dan Tabliq. Justeru yang banyak bermunculan yang mengatur negeri NKRI saat ini kaum munafikun dan kafirun, yang jika berbicara-suka berbohong, jika berjanji-ingkar dan apabila diberi amanah-berkhianat. Inilah dinamika kehidupan dunia sosial-politik dan sosial ekonomi serta budaya kita Zaman Now, yang sungguh berbahaya untuk keselamatan dan keutuhan Indonesia.
Kita berdoa dan sangat berharap, semoga Allah SWT memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya kepada seluruh rakyat Indonesia yang memiliki hak memilih dan dipilih, agar diberikan akal sehat, terhindar dari perbuatan tercela dan terkutuk, akal fulus (money politic, sogok-menyogok, suap- menyuap) apalagi akal bulus (berbuat curang, melanggar azas Pemilu Luber, tidak Jurdil) melalui cara penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power).
Pesta demokrasi Pilpres dan Pileg RI tahun 2024, harapannya menjadi solusi terbaik dalam mendapatkan para pemimpin baru (new leader) yang benar dan bersih dari sifat kemunafikan pada Pemilu Pilpres dan Pileg RI pada 14 Februari 2024 yang akan datang, insya Allah aman dan lancar.
Demi menjaga persatuan dan kesatuan (keutuhan) hidup bermasyarakat, bernegara dan bernegara dalam wadah NKRI, maka setiap penyelenggara negara dan pemerintahan wajib mengedepankan nilai, norma dan kaidah moral, etika, ideologi Pancasila dan taat pada UUD 1945, serta menjunjung tinggi azas kepantasan dan kepatutan.
Kunci keberhasilan Pemilu 2024 nanti, ada pada para penyelenggara negara, teutama para pejabat Pemerintahan seperti Presiden, Menteri negara, Gubernur, Bupati, Walikota, Camat dan hingga para Kades, termasuk jajaran TNI dan Polri yang diberi amanah menjaga ketertiban dan keamanan serta pelayanan publik, wajib dan harus menegakan budaya kerja netralitas yang sesungguhnya, bukan janji palsu, tidak memihak kepada Paslon dan atau Caleg tertentu, bekerjalah profesional, jujur dan adil (jurdil), jangan sekali-kali berbuat curang. Jadilah penyelenggara dan sekaligus penengah atau wasit Pemilu 2024 yang baik.
Kepercayaan masyarakat harus dibangun dan dipelihara dengan sebaik-baiknya, dengan taat azas Pemilu Luber dan Jurdil, insya Allah warga masyarakat akan saling percaya (trust society) dampaknya akan melahirkan hidup rukun, toleran dan damai, terbebas dari konflik horizontal dan vertikal.
Lembaga Penyelenggara Pemilu.(KPU dan Bawaslu RI beserta jajarannya) wajib mentaati peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan bebas KKN. Lembaga penegak hukum harus melaksanakan tugas dengan profesional, transfaran, bertanggungjawab, tegas jurdil, presisi dan nondiskriminatif, serta menjunjung tinggi supremasi hukum.
Mudah-mudahan dengan Pemilu 2024, NKRI yang demokratis, berkemajuan, berperadaban dan masyarakat adil dan makmur segera dan tetap terwujud dengan kepemimpinan yang baik dan agar dipilih dari 3 Paslon Capres dan Cawapres RI yang terbaik.
Demikian narasi singkat tentang hidup yang cukup dan gaya hidup sederhana di lingkungan sosial, akan berdampak positif dan maslahat terhadap kehidupan masyarakat bangsa dan negara. Semoga tulisan ini bisa dibaca, dipahami maknanya dan bermanfaat bagi kita semua, yang mencintai negeri ini. Ingat sebentar lagi kita akan ikutserta dalam Pemilu, 14 Februari 2024, hendaknya kita menggunakan akal sehat, dan menjauh akal fulus dan apalagi bulus, demi untuk membangun Indonesia Jaya yang berdaulat dan bermartabat.
Syukron barakallah Aamiin.
Wassalam
====✅✅✅
Penulis: Dr. Ir. H. Apendi Arsyad, M.Si
(Pendiri dan Dosen Senior Universitas Djuanda Bogor, Pendiri dan Wasek Wankar ICMI Pusat merangkap Ketua Wanhat MPW ICMI Orwil Khusus Bogor, Konsultan K/L negara, Pegiat dan Pengamat serta Kritikus Sosial)