Dramaga | Jurnal Bogor
Dua pintu air Situ Burung di RW 5, Desa Cikarawang, Dramaga, Kabupaten Bogor bertahun-tahun rusak parah. Akibatnya, menjelang akhir tahun 2023 ini membawa penderitaan bagi warga yang tinggal di beberapa RT di sekitar danau tersebut, yakni semua sumur-sumur warga mengalami kekeringan.
Situ Burung, danau kecil yang berfungsi sebagai resapan air tanah bagi kebutuhan air sumur warga, khususnya di Kampung Carangpulang KUD RT 01 / RW 04, yang dalam waktu 4 bulan ini debit airnya mengalami penyusutan hingga 70 centimeter.
Danu (68) warga sekitar Situ Burung mengungkapkan, menyusutnya debit air Situ Burung, seharusnya tidak perlu terjadi, meskipun saat ini sedang kemarau panjang.
“Danau Situ Burung ini merupakan danau yang terbentuk oleh mata air yang mengalir dari mata air tanah yang bersumber dari aliran sungai dan air persawahan yang ada di sekitarnya. Bahkan Situ Burung juga termasuk danau tadah hujan,” kata Danu, warga Kampung Carangpulang KUD kepada Jurnal Bogor, Rabu (25/10/2023).
Menyusutnya debit air Situ Burung ini ujarnya, bukan karena faktor kemarau saja, tetapi juga disebabkan bocornya dua pintu air utama situ yang mengalir ke pemukiman warga.
Contohnya tambah Danu, seperti pada Selasa sore (24/10/2023) hingga malam harinya wilayah Cikarawang diguyur hujan deras, menurut Danu, seharusnya, hujan deras pada Selasa sore itu, bisa memulihkan ketinggian air Situ Burung.
“Tetapi, karena ada dua pintu air situ yang bocor, sehingga air Situ burung yang seharusnya kembali penuh terisi air hujan, sedihnya malah tumpah keluar melalui kedua pintu airnya yang menganga bocor,” terangnya.
Mengapa pintu air Situ Burung jebol dan bocor? kata Danu, tak lain akibat pembangunan pondasi yang dikerjakan oleh pihak kontraktor pada beberapa tahun silam asal-asalan.
“Pondasi pintu airnya dibangun asal-asalan, sehingga dalam kurun waktu dua tahun, pintu airnya amblas. Sedangkan satu pintu airya lagi persis dibawah Kafe Payung, dulu oleh pihak pemborong, bongkahan tanah galiannya ditumpuk diatasnya dan tidak dibuang, sehingga longsoran tanahnya akibat hujan menutup dan merusak pintu airnya,” tukasnya.
Jaja (70), warga RT 02 RW 04 Kampung Carangpulang menambahkan, andai saja debit air Situ Burung tidak menyusut, maka kekeringan yang dialami sumur-sumur warga dan persawahan di sekitarnya, tidak terjadi.
“Melihat contoh ke belakang, dimana pada tahun 1975 atau pada beberapa tahun selanjutnya, Cikarawang juga pernah dilanda kemarau panjang, tetapi kemarau yang terjadi saat itu tidak berdampak apa-apa bagi debit air Situ Burung”, tandasnya.
Dari pantauan Jurnal Bogor, kasus kekeringan yang terjadi di Desa Cikarawang, meliputi 32 RT di 7 RW.
Bonita Staf Desa Cikarawang menjelaskan, musibah kekeringan di Cikarawang pada tahun ini sangat fatal.
“Semua sumur rumah warga kering total, sehingga berdampak buruk bagi warga Cikarawang pada masalah air bersih,” beber Bonita.
Tapi alhamdulilah sambungnya, walaupun Cikarawang kekeringan, semua warga sekarang sudah bisa bergantung pada sumur bor yang dibangun desa di 8 titik yang ada di 7 RW.
“Namun memang sih, masih ada juga warga yang mengambil air di pancuran mata air di pinggir sungai yang ada di RW 4 dan RW 6, sehingga masalah kesulitan air bersih bagi warga, bisa sedikit teratasi. Tapi yang justeru diluar pantauan kami, kok bisa ya debit air Situ Burung sampai menyusut 70 centimeter, itu gak pernah terjadi loh?,” pungkasnya.
** Bayup