Leuwiliang | Jurnal Bogor
Pascakebakaran Pasar Leuwiliang yang terjadi pada Rabu (27/9/2023) malam, tiga pekan lalu telah membuat trauma ribuan pedagang.
Terhitung lebih dari 2000 kios dan los milik pedagang yang menempati pasar tradisional terbesar di Bogor Barat Kabupaten Bogor itu, semua hangus tak tersisa mulai dari lantai 1 maupun lantai 2, termasuk kantor pengelola Perumda Pasar Tohaga, turut dilalap si jago merah.
Data kerugian akibat kebakaran yang melanda pasar tersebut ditaksir mencapai lebih dari Rp20 miliar, namun demikian tak membuat pedagang korban kebakarannya, putus asa.
Buktinya, sepekan kebelakang ini, tercatat lebih dari 300 pedagang yang masih semangat menggantungkan nasibnya berjualan di pasar tersebut. Semua berinisiatif mendirikan lapak baru terbuat dari kayu untuk dipakai menjual sisa sisa dagangannya yang selamat dari amukan api.
“Lapak kayu disamping Pasar Leuwiliang yang terbakar ini saya bangun dari biaya saya sendiri, dan bukan bantuan dari pihak pasar,” kata Lilis, pedagang pakaian yang mengaku baru lima hari menempati lapak kayunya kepada Jurnal Bogor.
Lucunya kata Elis, meski biaya pembangunan lapak yang ditempatinya berasal dari kocek pribadi, tapi kok malah dipungut retribusi. “Orang baru kena musibah, kok malah dipungut biaya,” keluhnya.
Dari pantauan Jurnal Bogor, ratusan bangunan lapak yang terbuat dari kayu dipastikan dalam waktu dua hari kedepan akan terisi penuh oleh penghuninya, lantaran masih ada sebagian lapak yang belum rampung pekerjaannya.
Tapi sayangnya saat Jurna lBogor mencoba mengkonfirmasi hal serupa kepada salah seorang pedagang lainnya yang ada di area Pasar Leuwiliang tersebut, dengan tegas ia menolak memberikan keterangan. “No comment,” pungkasnya.
** Bayup