Menembus Jalan Rusak dan Minim Fasilitas
Cigudeg | Jurnal Bogor
Pengabdian para guru yang mengajar di pelosok negeri layak dihargai. Mereka berjuang bertahan hidup bertemu siswa-siswi ditengah keterbatasan fasilitas terutama akses transportasi.
Seperti halnya seorang guru honorer Yuli Oktavia yang sudah mengajar lebih dari 14 tahun di Sekolah Dasar Negri (SDN) Cilangkap, Kampung Cilangkap, Desa Banyuasih, Cigudeg, Kabupaten Bogor.
Yuli Oktavia menyampaikan, lokasi sekolah tempatnya mengajar berada di pelosok Kecamatan Cigudeg. Setiap pagi dirinya harus rela menembus jalan rusak dan kotor dengan diantar oleh sang suami. Sedikitnya ada sekitar 300 siswa dan siswi yang bersekolah di sana.
“Pokoknya sekolah itu menurut saya berada di wilayah 3T deh Terluar, Tertinggal dan Terpencil,” kata Yuli Oktavia seraya tersenyum.
Meskipun menggunakan sepeda motor hasil pinjamannya itu bukan berarti pakaian yang dikenakan bebas dari tanah becek. Jalan yang dilaluinya itu melewati jalan rusak, bahkan ada beberapa kilometer jalan yang sudah tidak beraspal dan hanya menyisakan bebatuan dan tanah merah.
“Ditambah lagi kan kalau hujan itu jalan sudah dipenuhi lumpur dan makin membuat jalan itu jadi licin, pokoknya jadi coklat semua jalannya,” kata Yuli Oktavia kepada wartawan, Senin (3/03/2023).
Yuli Oktavia mengatakan, dari rumahnya menuju sekolah tempat dia mengajar berjarak sekitar 32 kilometer.
“Jarak sekolah 32 kilometer kalau di lihat dari jarak Kecamatan Cigudeg ke Desa Banyuasih,” kata dia.
Yuli Oktavia mengaku, bahwa sebelumnya dia bersama keluarga sempat tinggal di daerah Desa Banyuasih dekat dengan sekolah dimana dia mengajar. Namun, lantaran minim fasilitas seperti terkendala sinyal sehingga dia bersama keluarga sejak tahun 2015 lalu tinggal di wilayah Desa Cigudeg, Kecamatan Cigudeg.
“Sekarang turun gunung karena terlalu minim fasilitas, sinyal gak ada. Jadi, buat guru tidak berkembang untuk pengetahuan seputar pendidikan, kalau disini bisa internet untuk menambah pengetahuan,” katanya.
Ibu tiga anak itu menyampaikan, suka duka saat menempuh jarak untuk mencapai sekolah dimana dia mengajar tersebut. Tak hanya jalan rusak yang harus dilaluinya setiap hari, tak jarang ia mengaku khawatir lantaran jalan yang dilintasinya itu sepi ditambah minim penerangan terlebih saat dia harus bekerja hingga malam.
“14 tahun mengajar suka dukanya tentu banyak. Motor butut kemarin turun mesin di tengah-tengah jalan mogok, kehujanan itu hal yang sudah biasa, belum lagi kita pernah jatuh ke jurang bareng anak murid karena jalanya luar biasa,” katanya.
Tak hanya itu, guru kelas 4 itu juga menyampaikan, kondisi sekolah tempatnya mengajar membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah.
“Saya titip pesan buat pemerintah tolong untuk diperhatikan daerah kami dan fasilitas pengen ada perhatian masalah sinyal dan bangunan yang layak juga mebeler yang masih kurang. Bahkan, banyak anak-anak didik masih ngesot (Lesehan) di bawah saat mengikuti kegiatan belajar mengajar,” katanya.
Yuli Oktavia berharap, kepada pemerintah untuk memprioritaskan rekrutmen pengangkatan CPNS terhadap guru honor seperti dirinya.
“Jadi tolong pengangkatannya diprioritaskan. Untuk masalah akomodasi kalau misalkan pemerintah bisa menyediakan menolong kita untuk masalah akomodasi menyediakan kendaraan operasional sangat bersyukur, karena kendaraan hambatan kita pengen punya motor yang sesuai dengan treknya,” pungkasnya.
** Andres