Leuwisadeng | Jurnal Bogor
Sejumlah wali murid Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Leuwisadeng, Kabupaten Bogor mengaku keberatan dengan biaya perpisahan sekolah. Bahkan wali murid menduga pungutan tersebut terkesan adanya ajang bisnis antara komite dan pihak sekolah.
“Para wali murid merasa keberatan dengan biaya perpisahan. Para wali murid juga bertanda tangan dengan keterpaksaan dan banyak yang komplain,” kata salah satu wali murid yang enggan disebutkan namanya kepada Jurnal Bogor.
Dia menjelaskan, biaya yang harus dikeluarkan oleh para wali murid sebesar Rp850.000 ribu per siswa. Sebelumnya telah melakukan musyawarah antara wali murid, komite dengan pihak sekolah.
“Udah bayaran itu tinggi ditambah biaya perpisahan, jadi saya duga ada segi bisnis antara komite dengan pihak sekolahnya. Anehnya panitia minta tandatangan wali murid secara mendadak tanpa mengeluarkan surat, semuanya hanya lisan,” katanya.
Sementara Kepala Sekolah SMAN 1 Leuwisadeng, Dwi Astuti Indriati ketika dikonfirmasi menjelaskan, bahwa biaya acara perpisahan tersebut adalah ranahnya komite sehingga para wali murid yang merasa keberatan untuk menyampaikan kepada komite.
“Rapat itu silakan dengan komite, kalau kita tidak mengikat, kalau memang keberatan tolong sampaikan dengan komite,” katanya, Senin (13/03/2023).
Jadi kata dia, pihak sekolah tidak mewajibkan perihal biaya acara perpisahan. Hal itu juga sudah memberikan pesan kepada komite.
Karena, kata dia, tujuannya memimpin sekolah itu untuk mencari prestasi agar anak-anak lulus dengan nilai terbaik dan anak-anak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta terfavorit.
“Kita pesan ke komite, wali murid yang mampu atau tidak mampu semua ikut, kita harus mambantu kalau tidak mampu dan pihak sekolah tidak mewajibkan, kan perpisahan ibaratnya sunah hukumnya tidak wajib. Tapi karena kemauan anak dan orang tua sehingga saya serahkan ke mereka,” pungkasnya. Arif Ekon / Andres