Bogor | Jurnal Bogor
Komoditas perkebunan memberikan kontribusi signifikan dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Komoditas tersebut mampu menjadi salah satu penghasil devisa ekspor, termasuk teh yang kini menjadi andalan Produk Domestik Bruto (PDB). Tingginya permintaan komoditas perkebunan di Indonesia menunjukkan kualitasnya yang mampu bersaing dan memiliki keunggulan komparatif dibandingkan komoditas lain.
Oleh karenanya, Kementerian Pertanian terus mendorong peningkatan daya saing dan keunggulan komparatif salah satunya melalui inovasi teknologi agar mampu meningkatkan produktivitas komoditas perkebunan.
Dikatakan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo bahwa perlu langkah-langkah pasti dalam mengelola sektor perkebunan yang dipastikan akan berdampak pada pembangunan perekonomian nasional.
“Perkebunan itu adalah penyumbang terbesar ekspor kita. Sawit sebagai komoditas di bawah perkebunan, merupakan komoditas andalan dan komoditas unggulan ekspor. Oleh karena itu, kita harus memastikan adanya langkah-langkah pasti dalam mengelolanya”, kata Mentan Syahrul.
Sebagai implementasinya, Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) menggandeng Tea Innovator sekaligus Founder Sila Agri Inovasi, Iriana Ekasari dan Ketua Umum Perhimpunan Agronomi Indonesia, Muhammad Syakir dalam webinar “Bertani On Cloud, Kamis (05/01) mengajak masyarakat, terutama petani milenial dan pelaku bisnis pertanian untuk meningkatkan daya saing dan keunggulan komparatif komoditas perkebunan khususnya teh melalui inovasi teknologi.
Dalam arahannya secara virtual, Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi mengatakan terobosan inovasi dan teknologi dapat menjadi opsi keunggulan komparatif komoditas perkebunan, selain mengandalkan keunggulan komparatif geografis.
“Kita harus memiliki keunggulan komparatif yang lain. Kalau hanya mengandalkan geografis saja, pertumbuhannya akan sangat-sangat lambat. Kita harus terobos juga dengan berbagai keunggulan-keunggulan yang lain terutama dalam hal inovasi teknologi”, jelas Dedi.
Lebih lanjut Dedi menerangkan inovasi teknologi dalam sektor perkebunan mencakup beberapa aspek. Namun aspek yang paling penting dan utama dikuasai adalah benih dan bibit.
“Berbicara inovasi teknologi tentu yang pertama adalah benih dan bibit. Itu yang harus kita kuasai. Selain itu kita harus kuasai bagaimana irigasinya, bagaimana nutrisinya, bagaimana pengendalian OPTnya, bagaimana teknologi panen dan pasca panennya dan tentu bagaimana packagingnya sampai bisa dinikmati di meja makan” lanjut Dedi.
Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI) Muhammad Syakir mengungkapkan salah satu komoditas perkebunan yang perlu didorong agar memiliki keunggulan komparatif bagi Indonesia dan dunia adalah komoditas teh.
“Indonesia termasuk penghasil teh di dunia. Jadi, kita terus berupaya bagaimana agar bisa meningkatkan keunggulan komparatif, sehingga peringkat penghasil teh dunia Indonesia bisa meningkat. Sekarang ini kita berada di posisi 6,” ungkap Syakir.
Iriana Ekasari, Tea Innovator sekaligus Founder Sila Agri Inovasi mengungkapkan inovasi teknologi yang ia kembangkan dalam mengelola agribisnis tehnya meliputi varian produk, format kemasan, edukasi di hilir, metode branding termasuk penggunaan media sosial, pabrik yang tersertifikasi, serta pengembangan usaha melalui kolaborasi.
Ia pun menguraikan seni menghasilkan teh berkualitas tinggi.
“Untuk menghasilkan teh berkualitas tinggi, dibutuhkan beberapa faktor, diantaranya jenis klon, kualitas bibit/pohon, pemupukan ; jenis dan frekuensi, pemeliharaan dari gulma dan hama/penyakit, pemangkasan ranting teratur, pemangkasan total (besar) teratur, panen P+2, petik tangan, pengolahan yang terstandar dan berdisiplin dalam pencatatan serta administrasi yang baik”, terang Iriana.
** Nita/PPMKP