Cileungsi | Jurnal Bogor
Puluhan warga Desa Cileungsi dan Limusnunggal, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, menggelar unjuk rasa di depan PT Indesso Aroma, Rabu (13/7/2022). Warga yang demo tersebut diketahui tidak dipekerjakan meskipun berada warga lingkungan perusahaan.
Dalam aksi itu warga menuntut pertanggungjawaban perusahaan atas dugaan pencemaran lingkungan yang dilakukan perusahaan tersebut.
Kepala Desa Limusnunggal, Galih Rakasiwi turut berkomentar dengan aksi demo yang dilakukan warganya kepada PT Indesso Aroma yang berada di perbatasan di wilayahnya.
“Itu adalah aksi spontan warga yang mungkin geram dengan sulitnya pekerjaan,”ujarnya Galih pada Jurnal Bogor, Minggu (17/7/2022)
Menurutnya, terkadang memang perusahaan tidak pernah melibatkan lingkungan terkait perekrutan dan lain-lain. “Apakah masih ada warga yang nganggur, atau kasih quota berapa untuk bekerja saat rekrut untuk lingkungan atau desa, selama ini terkadang banyak perusahaan yg mengabaikan itu,” terangnya.
Galih pun menjelaskan, padahal CSR sudah diatur warga sekitar 40% dan mereka yang terkena dampaknya dan lain-lain. “Bukan hanya pekerjaan, perusahaan punya tanggung jawab sosial (TJSL) dulu namanya CSR kepada lingkungan, nah itu juga perlu diperhatikan oleh perusahaan,” tuturnya.
Dia juga berharap kepada pemerintah pusat, aturan-aturan terkait perizinan perusahaan harusnya dari bawah dulu baru ke atas.
“Jangan dari atas ke bawah itu terkadang membuat kita agak sulit mengontrol perusahaan, apalagi sekarang SKDU banyak perusahaan yang tidak memperpanjang karena ada kebijakan yang katanya dari pusat, itu membuat kami Pemdes sulit mengontrol dan perusahaan terkadang merasa tidak butuh desa,” keluhnya.
Selanjutnya, dia akan berkomunikasi dalam waktu dekat untuk memanggil pihak perusahaan, dan warga terkait permasalahan tersebut.
“Saya akan coba komunikasi dalam waktu dekat akan saya panggil ke desa, dan saya akan sampaikan ke inginan warga dan perusahaan pun perlu memenuhi kewajibannya terhadap warga,” tutupnya.
Sebelumnya warga berinisial H mengaku, warga di dua desa merasa terganggu atas bau tak sedap yang ditimbulkan oleh hasil produksi dari pabrik penyulingan minyak cengkeh tersebut dan berharap perusahaan memperhatikan warga sekitar, seperti membuka lapangan kerja bagi warga maupun kompensasi lainnya.
“Cuma kebagian baunya doang. Kita maunya perusahaan menunaikan janjinya kalau mau menerima warga sekitar kerja di perusahaan itu,” ucapnya.
Sekedar diketahui, sampai berita ini diterbitkan belum ada pihak perusahaan yang bisa dikonfirmasi.
** Wisnu / Nay