Pamijahan | Jurnal Bogor
Seni alat musik tradisional Sunda, Celempung dan Karinding keberadaannya saat ini nyaris hampir punah seiring dengan perkembangan zaman. Kendati demikian, segelintir orang yang masih melestarikan alat musik yang terbuat dari tumbuhan alam ini masih mempertahankannya.
Salah satunya warga Kampung Panoongan RT 03 RW 09, Desa Ciasmara, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Wahyu Saba yang saat ini bertahan melestarikan kedua alat musik tersebut. Pria yang sudah berusia 50 tahun itu menceritakan, bahwa dirinya mengenal seni dan alat musik tradisional tersebut dari sang ayah yang juga merupakan seorang seniman pada masanya.
Kata dia, untuk mempelajari kedua alat tersebut dia belajar secara otodidak, baik cara membuat maupun memainkannya.
“Dulu dari zaman bapak saya mempelajar nya secara otodidak dari lulus sekolah dasar,” ujarnya kepada wartawan belum lama ini.
Menurut Wahyu, menjadi pelestari alat musik Celempung dan Karinding merupakan pilihan hidup yang dia pilih, lantaran kecintaannya kepada seni dan budaya yang ditinggal oleh nenek moyangnya. Meski sampai sekarang belum ada tangan-tangan dari pemerintah terkait untuk mengangkat harkat dan martabat seni dan budaya yang ada di wilayah Bogor.
“Jangankan bantuan, sentuhan kecil dari pemerintah setempat maupun pemerintah terkait belum pernah ada,” sebutnya.
Sementara itu, salah satu pemerhati alat musik tradisional Karinding, Chingok mengakui, untuk saat ini musik tradisional tersebut kondisinya miris. Pasalnya di daerah luar hal tersebut itu diakui, tapi di wilayahnya sendiri itu seakan dicampakkan dan nasibnya kini seolah berada dibatas senja menuju kepunahan.
Padahal menurutnya, seni dan budaya yang ada di Kabupaten Bogor sudah sepatutnya menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah, entah dari pusat sampai ke daerah-daerah, karena kata dia, seni budaya itu adalah bagian dari jati diri dari sebuah bangsa.
“Seharusnya itu jadi perhatian khusus juga oleh pemerintah, tidak seperti sekarang ini peran aktif pemerintah terhadap seni dan budaya tradisional kurang, atau mungkin juga tidak ada,” ujarnya.
Chingok yang juga pemerhati alat musik tradisional pun menilai, Celempung dan Karinding selain mengandung sejarah juga memiliki nilai filosofis yang positif seperti, dengan masih adanya kelestarian alat musik tradisional adalah ciri masih adanya keberadaan manusia pada pendahulunya.
“Zaman boleh saja maju tapi kita tidak boleh lupa dari mana kita berasal, dan dari siapa kita berawal karena sebelum kita ada ibu bapak kita, ada kakek nenek kita, ada uyut, buyut kita dan seterusnya,” tukasnya.
** Andres