Home Edukasi Selamatkan Lingkungan Hidup, Institut Tazkia Ajak Hasilkan Cuan dari Daur Ulang Sampah

Selamatkan Lingkungan Hidup, Institut Tazkia Ajak Hasilkan Cuan dari Daur Ulang Sampah

Babakan Madang | Jurnal Bogor

Problem lingkungan merupakan salah satu masalah yang tidak ada habis-habisnya. Perubahan iklim karena pemanasan global, bencana alam yang disebabkan karena ulah tangan manusia seperti banjir, kebakaran hutan, hingga sumber air yang tercemari sampah dan limbah terjadi dimana-mana. 

Namun berbagai macam cara untuk mengurangi penyebab dan dampak kerusakan lingkungan telah banyak dilakukan, mulai dari pelarangan kantong plastik di area perbelanjaan, tidak disediakannya sedotan di area food court, kertas – kertas iklan di car free day, bank sampah hingga diadakannya konferensi lingkungan dunia yang membahas problem yang sama masih terbilang kurang teratasi.

Rektor Institut Tazkia Murniati Mukhilisin mengatakan, persoalan utamanya tentu bukan hanya dari bertambahnya limbah sampah yang menjadi penyebab semua kerusakan alam, tapi tentunya dari manusialah yang banyak menyepelekan hal-hal kecil seperti buang sampah sembarangan, boros, dan tidak peduli dengan lingkungan yang memperburuk keadaan. Hal ini sudah diperingatkan oleh Allah SWT di dalam (QS. Al-A’raf (7): 56):,

“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan,” ucap Murniati kepada Jurnal Bogor, Selasa (7/6).

Dalam konteks Islam, kata dia,  manusia diciptakan sebagai khalifah atau penjaga bumi, sehingga jelas tujuannya bukan hanya untuk menikmati semua hasil bumi, tapi juga menjaga dan melestarikannya. Sehingga para intelektual muslim merumuskan konsep baru dan memasukkannya sebagai bagian dari konsep maqashid as-asyari’ah, yaitu hifdzul-bi’ah (menjaga lingkungan).

“Dari sini jelas bahwa kita sebagai seorang muslim memiliki kewajiban individu untuk menjaga dan melestarikan lingkungan yang Allah SWT titipkan sebagai bagian dari tugas khalifatul ‘ardh. Yang menarik adalah pengelolaan lingkungan tidak hanya bisa menjadi kegiatan sosial yang tidak menghasilkan profit atau keuntungan komersil. Justru jika kita mau untuk menjadi lebih kreatif dan produktif kita dapat memanfaatkan dan mencari pasar yang tepat kita dapat mencoba mengelola bisnis berbasis lingkungan dan sampah,” jelas Rektor Institut Tazkia tersebut.

Menurutnya, terdapat beberapa ide dalam mengembangkan bisnis ini, diantaranya adalah bisnis produk daur ulang. Upaya mendaur ulang sampah ini menjadi barang-barang bermanfaat tidak pernah surut peminat karena dinilai unik dan peduli lingkungan.

“Terlihat dengan semakin banyaknya peminat barang daur ulang ditambah dengan menjamurnya video-video tutorial life hack. Membuat produk daur ulang dan menjualnya bisa menjadi salah-satu sumber pendapatan yang cukup menguntungkan. Bisnis menjual kebun mini, kegiatan berkebun merupakan kegiatan menyenangkan terutama saat tanaman yang ditanam berbuah,” paparnya.

Dengan adanya hal ini , lanjutnya, dapat menjadi peluang untuk berbisnis kebun mini dalam pot-pot kecil yang dapat ditanam dimana saja, selain itu dapat juga membuka jasa bagaimana menyusun dan menatanya meskipun dalam lahan yang sempit.

“Kami membuka bengkel kendaraan atau reparasi barang elektronik dengan banyaknya penggunaan kendaraan maupun barang elektronik tentunya membuka kemungkinan akan rusaknya barang-barang tersebut, sehingga dengan membuka bengkel reparasi tidak hanya mendatangkan cuan tapi juga membantu meminimalisir pembelian kendaraan atau barang elektronik baru sekaligus pembuangan yang tidak perlu,” tuturnya.

lalu, kata dia,  dari pengepul barang bekas (Trash Collection), mengumpulkan barang bekas sepertinya merupakan usaha termudah untuk mengumpulkan sedikit demi sedikit tambahan pemasukan sekaligus berkontribusi menjaga lingkungan. Dengan menjadi pengepul barang bekas dapat dimulai dengan mengumpulkan barang bekas di lingkungan sekitar hingga terkumpul pada besaran tertentu untuk dapat ditukar atau dijual.

“Nah, sudah terbayang kan cuan yang bisa didapat dari pengelolaan lingkungan? Tentu saja perlu menajamkan ide – ide di atas melalui diskusi lebih lanjut dengan para komunitas peduli lingkungan, ujarnya.

Misalnya, lanjut dia, Bumi Insipirasi Learning Center dengan motonya: Cerdas Finansial – Ramah Lingkungan – Akhlak Islami; ADUPI (Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia); Zero Waste Indonesia; Diet Kantong Plastik Indonesia; YFCC Indonesia (Youth for Climate Change Indonesia); Greenation Masuk RT; e -Waste RJ; Kemangteer; Kampung Dongeng Indonesia; Greenna; Navakara; Jakarta Osoji Club; Youth Corps Indonesia; dan Green Product Council Indonesia. 

“Selain itu, komunitas internasional seperti World Wildlife Fund (WWF) Indonesia yang mempromosikan perlindungan laut dan antisipasi perubahan iklim melalui Marrine Buddies dan Earth Hour. Adapun Greenpeace Indonesia adalah organisasi yang peduli dengan isu lingkungan, seperti pembakaran hutan, polusi udara, sampah plastik, lautan, perubahan iklim,” pungkasnya.

** Nay / Wisnu 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version