Home Ekbis Meski Alami Penurunan, Pembuat Batu Bata di Sadengkolot Masih Bertahan

Meski Alami Penurunan, Pembuat Batu Bata di Sadengkolot Masih Bertahan

Batu bata merah di Sadengkolot

JURNAL INSPIRASI – Warga Desa Sadengkolot, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor tak sedikit menjadi pembuat batu bata merah.

Namun semakin merambahnya hebel, kini berdampak pada omset penjualan bata merah di Sadengkolot.

Salah satu pengusaha batu bata, Saepudin mengaku adanya persaingan usaha menjadikan hal biasa. Seperti adanya pengusaha hebel, meski tidak begitu berdampak secara drastis bagi usahanya, namun sebagai pembuatan batu bata di Sadengkolot kini mengalami penurunan pesanan.

BACA JUGA Fokus Percantik Pusat Kota, Warga Pinggiran Kota Bogor tak Diperhatikan

“Ada penurunan beberapa persen saja, di tambah saat ini masih pandemi Covid-19,” ujar Sepudin, kemarin.

Akan tetapi, menurutnya, semua rezeki sudah ada yang mengatur. “Namanya juga usaha ya, dijalani saja,” imbuhnya.

Dia mengaku usaha yang digelutinya sudah lama, selain untuk pembedayaan masyarakat dan pengembangan usahanya di bidang pembuatan batu bata, juga agar bisa bertahan ditengah sulitnya ekonomi.

“Berupaya tidak terjadi kebangkrutan, maka itu kami pertahankan usaha yang ada. Alhamdulillah sejauh ini pembuatan batu bata masih berjalan,” ungkapnya

Saepudin menerangkan, dalam sehari ia bisa memproduksi delapan ribu batu bata, bahkan dan proses pembuatannya bisa mencapai satu bulan.

BACA JUGA Revitalisasi Jalan Margonda Dibagi Tiga segmen

“Kalau tidak adanya kendala setiap harinya terus memproduksi batu bata. Masalahnya harga penjualan yang tidak stabil hingga kebutuhan bahan pokoknya juga ikut mahal,” tuturnya.

Saepudin menyebut, soal orderan batu bata ada saja, namun masalah harga bahan produksi yang menjadi mahal.

Dia menjelaskan, sekitar 12 pekerjaan dalam sehari yang terlibat dalam produksi pembuatan batu bata. Disamping dengan kebutuhan bahan baku yang semakin hari harganya semakin melonjak, dampak dari itu bisa terjadi pada pengurangan tenaga kerja.

BACA JUGA Siap Jadi Warisan Dunia, 1500-an Pusaka Ada di Saung Kujang

Untuk itu, diharapkan peran pemerintah agar bisa memberikan solusi terkait harga bahan pokok yang semakin mahal.

Sementara itu, Kaur Perencanaan Desa Sadengkolot Suhartono mengatakan, ada sekitar 20 kartu keluarga yang hidup dalam usaha batu bata. “Industri pabrik bata tidak banyak. Namun yang lebih mendominasi di sektor pertanian ada sekitar 70% warga yang hidup di bidang pertanian,” ujarnya.

Ia menjelaskan, adanya beberapa perusahaan batu bata tidak begitu berpengaruh terhadap kontribusi untuk desa. “Jadi untuk pemasukan ke desa itu tidak ada karena dalam Perdes aturannya tidak ada,” tukasnya.

**aripekon

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version