Sorong | Jurnal Inspirasi
Sukses meresmikan Petani Milenial di beberapa kabupaten dari 34 provinsi, Kementerian Pertanian kembali menggarap petani milenial diwilayah paling timur Indonesia wilayah Provinsi Papua Barat yaitu Kabupaten Sorong, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Pegunungan Arfak, Kabupaten Tambrauw dan Kabupaten Manokwari, Senin (4/10/2021).

Kebijakan pangan di era Jokowi yang tertuang dalam Nawacita menjadi landasan program kerja pemerintah yaitu mencapai swasembada pangan dalam rangka ketahanan pangan nasional. Lebih penting lagi berpihak pada petani yang bermuara pada peningkatankesejahteraan. Tiga hal yang harus digarisbawahi yaitu pangan yang cukup untuk masyarakat, menurunkan angka kemiskinan dan mensejahterakan petani.
Untuk mewujudkan hal tersebut, pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang maju, mandiri dan modern menjadi sangat penting karena dari karakter SDM seperti itu akan sangat berpengaruh pada produktivitas.
Kebijakan tersebut diimplementasikan Kementerian Pertanian melalui berbagai program terobosan kebijakan pembangunan pertanian diantaranya usaha untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni dari kalangan milenial. Target 2,5 juta Petani Milenial dari Sabang sampai Merauke akan diciptakan, dilatih, dibimbing dan difasilitasi.
Sementara untuk Papua dan Papua Barat, ditargetkan tercipta 20.000 Petani Milenial yang dikomandani oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan setempat, Dengan harapan Papua Barat menjadi salah satu lumbung pangan. Peluncuran program Petani Milenial di kabupaten Sorong Papua Barat dibuka oleh orang nomor 1 di Indonesia, dihadiri sejumlah pejabat Kementerian Pertanian, termasuk didalamnya.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian Prof. Dedi Nursyamsi, Sekretaris Badan, Dr. Siti Munifah, Kepala Pusat pusat Pelatihan Pertanian Dr. Leli Nuryati, Kepala Balai Lingkup BPPSDMP, para Kepala BPTP dan pejabat pemerintah kabupaten/kota Sorong

Menyadari akan pentingnya regenerasi petani, Kementerian Pertanian membuat program diantaranya program wirausaha muda pertanian, termasuk penumbuhan 2.000 Duta Petani Milenial (DPM) dan Duta Petani Andalan (DPA) di 34 provinsi. Sayangnya belum menjadi mainstream kebijakan di daerah, padahal Program Petani Milenial merupakan bagian dari Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2020.
Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo (SYL) mendorong generasi milenial untuk mengembangkan pertanian di daerah masing-masing, dan tidak lagi berfikir bahwa pertanian saat ini masih konvensional melainkan didukung teknologi informasi di era digitalisasi global.
“Petani itu keren, menjadi petani adalah kebanggaan! Jangan lagi berpikir bahwa petani itu konvensional. Petani saat ini harus cerdas, mandiri, berorientasi maju dan modern. Petani saat ini harus mampu menjawab tantangan digitalisasi global,” kata Mentan Syahrul.
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Prof. Dedi Nursyamsi mengatakan keberadaan para petani milenial sangat diperlukan untuk menjadi pelopor sekaligus membuat jejaring usaha pertanian. Petani milenial diharapkan mampu menarik minat generasi milenial menekuni usaha di bidang pertanian. Apalagi, sudah banyak petani milenial yang kini telah menjadi pengusaha sektor pertanian dan mengembangkan usahanya dari hulu hingga hilir. Ujarnya.

Lebihlanjut Dedi mengatakan usaha tani petani milenial bervariasi dari hulu ke hilir bahkan menembus ekspor.
Kehadiran mereka diharapkan menjadi ikon pertanian masa kini dan contoh bagi generasi milenial lainnya untuk menekuni sektor pertanian. Melalui pendidikan dan pelatihan kita bentuk generasi milenial yang mampu menerapkan perubahan tatanan pertanian sesuai dengan era society 5.0 seperti pemanfaatan sensor, pemanfaatan internet, inovasi teknologi, big data,pengoperasian alsintan tanpa awak, rice transplantor, smart green house, serta marketplace online.
**T2S /BBPP Batu